Kenangan Pahit

"Assalamu'alaikum!"

"Tidak ada orang di sini. Kemana adikmu Shizuka?"

"Kamu tidak lihat pintunya ada gembok. Berarti Zeexsa tidak di rumah."

"Bang Haikal kenapa kemari?" Tanya Debi beberapa jarak darinya.

"Debi apakah kamu tahu Zeexsa dimana?" Tanya Shizuka.

"Tidak. Aku baru aja sampai ke sini."

"Abang kenapa kemari? Bukannya sekarang Abang harusnya di kantor?"

"Ini karena Shizuka. Dia membuat Abang harus mengantarnya pulang."

"Saya gak meminta kamu mengantarkan ku pulang. Kamu sendiri yang mau antarin saya."

"Terus kenapa kamu terlihat tidak baik-baik saja? Siapa yang tega biarin orang sakit pulang sendirian."

"Sakit apa kamu Shizuka?" Tanya Debi.

"Saya tidak apa-apa kok. Kamu kembali saja ke kantor mu pak Haikal."

"Oke.Tapi kamu bagaimana? keadaan mu kan sekarang sedang sakit. Lebih baik kamu ikut saya."

"Abang mau bawak Shizuka ke rumah kita ya?"

"Apa? Saya tidak mau."

"Siapa juga yang bawak kamu ke rumah. Saya mau bawak kamu berobat. Kita ke rumah sakit sekarang."

"Saya baik-baik saja kok."

"Udahlah bang. Sekarang Abang kembali bekerja saja. Aku juga akan di sini menanti Zeexsa."

"Okelah," ucap Haikal agak ragu.

"Kamu yakin gak mau ke rumah sakit Shizuka?" Tanya Haikal kembali.

"Hm," jawab Shizuka mengangguk.

Beberapa menit setelah Haikal pergi, Zeexsa datang. Ia datang dengan beberapa warga. Debi mengejarnya yang masih berada di seberang jalan. Sedangkan Shizuka duduk di teras rumah.

"Hai Debi. Ada apa kamu mencari ku?"

"Aku mau ikut kursus samamu."

"Serius kamu. Kan kamu tahu bahwa kami gak bisa juga kasih sertifikat atau pun fasilitas lainnya yang kamu inginkan."

"Nak Debi apakah kamu gak kena marah ibumu?" ujar Jani.

"Ibu Jani, Aku itu juga pengen sukses. Apakah salah aku ikut bergabung dengan kalian? Kalau gak dapat sertifikat dan fasilitas lainnya gak apa-apa kok. Asalkan aku sudah mahir menjahit, itu adalah hasil yang teramat ku harapkan. Tentang ibuku, kalian jangan khawatir karena ibuku mengizinkanku kok."

Zeexsa hanya terdiam saja bersama ibu-ibu lainnya. Mereka berjalan hingga sampai ke rumah Shizuka dan Zeexsa. Shizuka menatap Zeexsa dengan wajah pasi.

"Kakak? Kakak kenapa pucat? Bukannya sekarang kakak masih di kantor bang Haikal?"

"Kamu gak lihat apa? Shizuka sakit. Dia menunggumu sangat lama di sini, kata Debi.

"Ayo kita masuk ke dalam kak. Ayo ibu-ibu silahkan masuk."

...****************...

"Aku yakin kamu pasti bertepuk tangan atas kejadian yang terjadi di rapat tadi."

"Kenapa Kartika?"

"Ayo ikut aku sebentar. Aku akan ceritain hal yang membahagiakan ini."

"Eh Salwa! Kenapa kamu tidak hadir rapat tadi?" Tanya Ian seraya membuka dasinya.

"Saya kurang sehat."

"Ayolah ikut aku Salwa."

"Kalian mau kemana? Ini masih jam kerja," ucap Ian.

"Aku gak yakin akan Shizuka. Perempuan desa ternyata bahaya juga ya."

"Apa yang mereka bicarakan Kartika?" Tanya Salwa menatap beberapa orang yang keluar ruang rapat.

"Saya juga merasa kecewa Intan," ujar Pandita.

"Itulah kamu ikut aku dulu Salwa," ujar Kartika lagi.

"Oke."

"Hai kalian jangan lama-lama. Pekerjaan masih banyak," teriak Ian.

"Ibai sini dulu," panggil Ian.

"Aku tak mau membahas tentang perempuan desa itu lagi Ian. Aku mau kerja dulu."

"Kok tahu dia aku akan bahas perempuan desa itu lagi? Dia membaca pikiranku dengan benar."

"Ian kamu ini mau terus melamun atau segera bekerja? Dokumen yang mau di print mana karena aku mau ke bawah ni," ucap Andri.

"Ngapain melamun buang waktu saja. Ini ni dokumennya masih aku kerjain."

"Apa belum selesai juga?"

"Iyalah Andri. Tapi kenapa kamu mau memprintkan dokumenku? Bukankah di ruang ku ada juga print?"

"Karena aku yakin kamu pasti ngeprint banyak dokumen. Aku hanya membantu saja agar pekerjaan mu cepat selesai."

"Kamu baik sekali. Tapi maaf dokumennya masih ada beberapa yang harus aku perbaiki," ujar Ian menyalahkan komputernya.

"Kak Shizuka ada apa kak? Kakak kenapa?"

Shizuka tak menjawab pertanyaan Zeexsa. Dia berlari ke meja jahitnya. Meja jahit itu bertumpuk kantongan pelastik berisi sisa-sisa kain yang tak terpakai lagi. Dia duduk dengan wajah penuh kebingungan. Tak sanggup membendung sederet kata-kata yang menghancurkan hatinya. Sampai-sampai Shizuka tak mendengar panggilan adiknya.

Zeexsa kemudian bertanya pada Debi.

"Apa yang terjadi Debi?" Tanya Zeexsa menatap kakaknya.

"Entahlah aku gak tahu."

"Sepertinya kakakku kurang sehat. Kursus hari ini kita batalkan saja ya Debi. Tolong kamu sampaikan ke ibu-ibu lainnya."

"Kenapa Zee? Aku pengen menjahit sekarang."

"Keadaan kakakku sedang gak baik. Nanti kalau kakakku sudah baikan, aku akan mengabarimu."

"Hm oke deh," jawab Debi lesu.

Setelah semua orang pergi, Zeexsa menghampiri kakaknya dengan memberikan segelas air putih. Lagi-lagi Shizuka tak menghiraukan Zeexsa. Zeexsa terdiam lagi menanti kakaknya berbicara. Tak lama kemudian, Shizuka menoleh kearah Zeexsa. Kedua bola matanya sudah basah. Ia berlari merangkul Zeexsa yang sedang merapikan kain-kain yang berserakan.

"Zee, semua orang menuduh kakak. Mereka menghina kakak. Kakak juga merasakan bahwa laki-laki itu akan kembali."

"Apa yang terjadi kak? Ceritakan saja padaku. Aku akan mendengarkan dan membantu kakak."

"Zee, perempuan yang bersama Haikal. Salah satunya menuduhku. Dia memfitnah ku di depan banyak orang. Di sana ada Bos perusahaan itu. Haikal pun di sana."

"Apa yang mereka katakan kak? Tolong jangan menangis kak!" Pinta Zeexsa menghapus air mata kakaknya.

"Zeexsa kamu tahukan usaha kita adalah pekerjaan yang halal. Semuanya juga hasil kinerja kita. Terus kita juga tidak ada melibatkan secara paksa orang lain untuk membantu bisnis kita. Tapi kenapa perempuan teman Haikal itu berkata begitu?" Ujar Shizuka tersendat-sendat.

"Jadi mereka mengatakan hal yang tidak kakak lakukan? Apa kak? Apa yang dikatakan mereka?"

"Kakak dipermalukan di depan banyak orang. Tak seorang pun yang mempercayai kakak. Aku akibat ucapan perempuan itu, kakak tidak diterima bekerja sama dengan perusahaan mereka," ujar Shizuka berlinang air mata.

"Apa mereka tak sadar telah menyakiti kakak? Mereka tak mengenal kakak. Jadi kenapa mereka menuduh begitu? Dari mana mereka mendapatkan informasi hoax itu? Dari mana mereka mendapatkan informasi yang tidak akurat itu kak? Siapa penyebar dusta itu kak? Katakan padaku kak agar aku melaporkannya ke pihak berwajib?"

"Zeexsa, Zeexsa kakak sangat sedih. Dia mengatakan kakak perempuan yang tidak baik."

"Astaghfirullah! Ayo kita ke kantor polisi kak."

Shizuka menangis histeris. Dia begitu sedih hingga seluruh wajahnya banjir air mata. Zeexsa terus-menerus membantunya bangkit. Namun Shizuka menolak untuk pergi ke kantor polisi. Kantor polisi hanya akan membuatnya makin tertekan karena akan mendapatkan banyak pertanyaan. Makanya Shizuka tidak mau ke sana.

"Aku paham kak. Tapi jika kakak diam saja, mereka akan semena-mena dengan kakak. Katakan padaku siapa nama orang yang menyebarkan serta membuat kakak sesedih ini?" Ucap Zeexsa dengan wajah berapi-api.

"Aku senang membuat Shizuka diam dan tak berkutik sedikit pun. Hal yang luar biasa lagi, dia bakalan tidak mendapatkan kepercayaan Haikal ataupun Pak Faiz."

"Seberapa yakin kamu Kartika?"

"Keyakinan ku bukan hanya membuatku bangga. Tapi ini akan makin seru jika wajahnya tercoreng."

"Emang kamu melakukan apa sih?"

"Salwa aku melakukan apa yang harus kita lakukan. Tahu gak kamu Shizuka itu tak bisa menjawab semua pertanyaan Pak Faiz. Justru dia menangis sekencang-kencangnya. Kolong meja adalah tempatnya," ucap Kartika tertawa.

"Shizuka kenapa? Apa yang kamu lakukan padanya?

"Aku mengatakan pada semua orang yang di ruang rapat bahwa dia merintis usahanya dengan hal yang tidak benar, seperti mengemis, jual diri, dan semua perlengkapannya menjahit itu tidak higienis, daur ulang yang menjijikkan."

Salwa kaget. Lalu bertanya lagi dengan wajah bersinar. Kartika menjelaskannya sampai ending. Diakhir cerita ia bertepuk tangan dan tertawa terbahak-bahak sampai wajahnya memerah. Salwa ikut bahagia sambil memuji-muji Kartika.

"Kak jangan takut. Kakak katakan saja siapa orangnya yang membuat kakak seperti ini?" Tanya Zeexsa berkali-kali.

"Aku gak akan bisa terima gadis desa itu menjadi terkenal. Apalagi bekerja sama dengan perusahaan kita."

"Kartika kamu emang hebat!" Ungkap Salwa menepuk pundak Kartika.

"Namanya Kartika," ucap Shizuka terbata-bata.

"Siapa Kartika kak? Ayo kita temui dia. Aku akan menjambak rambutnya dan akan merontokkan giginya," ucap Zeexsa menaikkan kedua baju tangannya.

"Jangan Zee. Kakak mau kamu tetap di sini. Kita lupakan saja kejadian ini ya Zee. Kakak tidak akan ke sana lagi atau pun menerima tawaran kerja sama mereka."

"Lagian siapa juga yang merekomendasikan kakak untuk berkerja dengan mereka?"

"Haikal Zee."

"Haikal abangnya si Debi? Pasti si Debi ni yang kasih tahu abangnya kalau kakak berbakat dalam desain pakaian."

"Sudahlah Zee. Ayo kita kerjakan lagi jahitan yang belum selesai."

"Ini seperti makan bakso pedas dan tidak ada air putih," ucap Deni membuka dokumen Shizuka yang ada di meja Haikal.

"Ya benar sekali Deni," ujar Salwa serentak dengan Kartika.

"Kalian bicara apa tadi? Lama sekali!" ucap Ian.

"Kepo amat si kamu Ian," ucap Salwa.

"Deni, gadis desa itu emang layaknya di desa saja. ngapain ke kota. Penampilan, pendidikan, attitude, hingga keluarganya aja gak baik."

"Apa kamu bilang? Shizuka itu gadis baik-baik dan cerdas," sanggah Ian.

"Itu hanya tertulis di kertas ini aja loh Ian. Perkataan mu hanya sebuah pemanis buatan," ujar Deni manyun.

"Kamu ya Deni suka banget menyamakan sesuatu itu dengan makanan. Ini serius tahu."

"Eh Ian! Apa yang dikatakan Deni itu tidak salah. Justru kamu aja yang gak menerima faktanya," ucap Kartika.

"Haikal! Bagaimana kabar Shizuka?" Tanya Ian.

"Dia sepertinya terpukul dengan peristiwa tadi."

"Tapi sekarang dia udah gimana? Kamu gak bawa dia berobat?"

"Dia sakit mental loh Ian. Kenapa kamu mempedulikannya? Dia juga gak peduli dengan perusahaan ini. Berani banget dia masuk ke sini dengan karakternya yang buruk," ucap Salwa tersenyum sinis.

"Biasanya sih perempuan seperti Shizuka itu pasti mencari keuntungan yang besar dari perusahaan-perusahaan terkenal seperti perusahaan ini," ucap Deni.

"Berhentilah berasumsi hal yang tidak ada buktinya. Sekarang kalian kembalilah bekerja. Jangan membicarakannya lagi," tegas Haikal.

"Ini karena kamu Haikal. Kenapa kamu merekomendasikan dia kemari?" ujar Kartika.

"Saya tidak peduli dengan ucapanmu di ruang rapat tadi. Saya mau tanya padamu sekarang. Kamu dapat informasi itu dari mana? Apakah kamu ada buktinya?" Ucap Haikal menatap Kartika dengan kesal.

"Bukti? Ya jelas saya ada buktinya. Kamu tahu kan saya ini gak pernah bohong. Sebelum kamu datang membawanya ke sini, saya sudah mencari tahu tentangnya."

"Kamu kepo juga ya Kartika," ujar Ian menggelengkan kepalanya.

"Ini demi perusahaan. Saya rela mengorek informasi ini dari warga kampung itu. Mereka yang memberitahukan kepada saya bahwa Shizuka itu perempuan tidak baik. Bukan hanya satu atau dua orang saja. Bahkan semua tetangganya tahu bahwa dia itu pernah terlibat kasus dengan laki-laki tak bertanggung jawab. Ini sudah jadi topik hangat di sana. Kalau kalian gak percaya, coba aja tanya pada warga kampung itu," ujar Kartika.

"Kenapa kamu mengatakannya kepada semua orang Kartika? Kamu tahukan ini sama aja kamu membunuh seseorang."

"Lebih tepatnya ini disebut fitnah. Iyakan Haikal?" Tambah Ian.

"Fitnah apaan. Ini benaran tahu. Warga kampung yang bilang. Saya gak ngarang," sanggah Kartika.

"Intinya sebelum kamu mengatakan itu semua, kamu harus membuktikan ucapan para warga desa itu. Apakah yang dikatakan mereka benar atau tidak? Jadi kamu itu jangan asal berbicara saja Kartika. Apalagi kamu sudah mengacaukan rapat penting kita," ujar Haikal.

"Iya tepat sekali," ucap Ian membenarkan.

"Seperti makanan yang gak ada rasanya. Begitulah perasaan ku terhadap Shizuka," ujar Deni meninggalkan perdebatan itu.

"Tu perempuan bikin perumpamaan tentang makanan mulu. Saya jadi lapar," ucap Ian mengelus-elus perutnya.

"Sudah bubar semuanya!" Pinta Haikal seraya duduk di kursinya.

Salwa dan Kartika pun pergi dengan wajah berkerut. Mereka menggerutu tentang Haikal yang tidak mempercayai informasi di rapat itu. Tetapi Kartika kembali kegirangan karena Shizuka sudah pergi dan seterusnya juga begitu. Begitu pun dengan Salwa yang tak menyebut nama Shizuka lagi karena Shizuka pergi dengan harga dirinya yang telah jatuh.

Episodes
1 Dibilik Bambu
2 Tatapan Cinta
3 Tak Berdaya
4 Kenangan Pahit
5 Isu-isu yang Terabaikan
6 Kepergian
7 Gerimis
8 Diamuk Massa
9 Kantor Kepala Desa
10 Toko Shizuka
11 Foto di Gawai
12 Lanjutan Penyelidikan
13 Relakan Aku
14 Haruskah Aku melupakanmu?
15 Penyelidikan berikutnya kepada Zeexsa
16 Ingin kembali
17 Hotel Sasaki
18 Kamar 31
19 Bukan Sedarah
20 Maaf
21 Tak Terbiasa
22 Melepasmu Bukan Sebuah Kekalahanku
23 Lukanya Masih Sangat Dalam
24 Pertemuan yang Tak Disengaja
25 Meningkat Pesat
26 Menghindar
27 Kamu adalah Perempuan ku
28 Melamar Pekerjaan
29 Tawaran Pekerjaan
30 Tak Ada Lagi Sisa Cinta
31 Cinta ku Surut
32 Hilang
33 Tak Kembali Lagi
34 Tawaran Kerja Kilat
35 Rumah Bordil Nona Kelly
36 Tempat Gelap
37 Pengakuan yang Menyakitkan
38 Berita Debi
39 Di Belenggu Penyesalan
40 Tak Bisa Melupakan Mu
41 Masih Tentang Mu
42 Bagaimana Kabarmu?
43 Tak Memahami Mu
44 Penculikan
45 Rumah Sakit Sisingamangaraja
46 Taring Nona Kelly
47 Dia Dalam Bahaya
48 Merek Elvis Presley
49 Rumah Sakit Sehati
50 Pengorbanan Senior
51 Serangan dari Nona Kelly
52 Mereka Kembali
53 Ibu Terluka
54 Perlawanan Sengit
55 Tertunda
56 Keliru
57 Berusaha
58 Pencarian
59 Ingkar Janji
60 Tak Berhasil
61 Kamu Dimana?
62 Melupakanmu
63 Pertunjukan Sirkus
64 Bekerja Paruh Waktu
65 Tak Dianggap
66 Akankah Bertemu?
67 Bertemu dengan Naoki
68 Tenggelam
69 Pemberitahun
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Dibilik Bambu
2
Tatapan Cinta
3
Tak Berdaya
4
Kenangan Pahit
5
Isu-isu yang Terabaikan
6
Kepergian
7
Gerimis
8
Diamuk Massa
9
Kantor Kepala Desa
10
Toko Shizuka
11
Foto di Gawai
12
Lanjutan Penyelidikan
13
Relakan Aku
14
Haruskah Aku melupakanmu?
15
Penyelidikan berikutnya kepada Zeexsa
16
Ingin kembali
17
Hotel Sasaki
18
Kamar 31
19
Bukan Sedarah
20
Maaf
21
Tak Terbiasa
22
Melepasmu Bukan Sebuah Kekalahanku
23
Lukanya Masih Sangat Dalam
24
Pertemuan yang Tak Disengaja
25
Meningkat Pesat
26
Menghindar
27
Kamu adalah Perempuan ku
28
Melamar Pekerjaan
29
Tawaran Pekerjaan
30
Tak Ada Lagi Sisa Cinta
31
Cinta ku Surut
32
Hilang
33
Tak Kembali Lagi
34
Tawaran Kerja Kilat
35
Rumah Bordil Nona Kelly
36
Tempat Gelap
37
Pengakuan yang Menyakitkan
38
Berita Debi
39
Di Belenggu Penyesalan
40
Tak Bisa Melupakan Mu
41
Masih Tentang Mu
42
Bagaimana Kabarmu?
43
Tak Memahami Mu
44
Penculikan
45
Rumah Sakit Sisingamangaraja
46
Taring Nona Kelly
47
Dia Dalam Bahaya
48
Merek Elvis Presley
49
Rumah Sakit Sehati
50
Pengorbanan Senior
51
Serangan dari Nona Kelly
52
Mereka Kembali
53
Ibu Terluka
54
Perlawanan Sengit
55
Tertunda
56
Keliru
57
Berusaha
58
Pencarian
59
Ingkar Janji
60
Tak Berhasil
61
Kamu Dimana?
62
Melupakanmu
63
Pertunjukan Sirkus
64
Bekerja Paruh Waktu
65
Tak Dianggap
66
Akankah Bertemu?
67
Bertemu dengan Naoki
68
Tenggelam
69
Pemberitahun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!