Taman hiburan yang berada di dekat Jl. Asoka ramai dikunjungi. Banyak orang yang hadir dari berbagai usia. Semuanya tak henti-hentinya membuat antrian memanjang hingga sepanjang empat meter. Suasana pagi itu begitu cerah. Pepohonan nan hijau juga terasa asri.
Di beberapa jalan juga berdatangan pedagang keliling dan truk bertuliskan "Shizuka". Entah apa isi dari truk itu. Semua orang memperhatikan truk itu hingga berhenti tepat di sudut taman. Salah seorang wanita setengah tua menghampiri mobil itu. Ia menanyai supir truk tentang muatannya.
"Ini apa? Maksud saya kamu membawa apa nak?"
"Ini adalah mesin jahit dan beberapa lagi adalah perlengkapan menjahit. Saya permisi dulu Bu."
Ia mengangguk mendengar perkataan anak muda itu. Semua orang memperhatikan anak muda itu mengatur posisi barang-barang dari dalam truknya. Mereka terpukau dengan hal yang belum pernah terjadi di kampung mereka selama ini. Itu terlihat seperti pameran pakaian muslimah. Beberapa truk lagi datang membawa patung-patung serta rak gantung. Terakhir mereka melihat kepala desa datang dengan perempuan yang dinanti-nanti oleh mereka.
perempuan itu memakai baju sederhana. Baju stelan bewarna putih dan di rambutnya ada jepitan yang membiarkan keningnya terlihat dengan indah. Perempuan mungil itu bernama Shizuka. Disebelahnya ada juga Zeex yang selalu setia menemani.
"Tolong beri jalan. Bapak kepala desa kita akan segera melewati jalan ini," ucap seorang polisi yang mengatur barisan.
Semua warga mengatur barisan dengan rapi. Tanpa ada yang menghalangi atau menutupi jalan dari para rombongan perangkat desa. Shizuka berjalan dengan ekspresi wajah berseri-seri. Namanya terus diteriaki seperti seorang Miss World. Di barisan paling ujung juga tampak beberapa kameraman sedang mengambil gambarnya dan suasana acara itu.
Sesampai di kursi yang telah disediakan untuk mereka, Shizuka terlihat masih kurang yakin berada di tempat yang seheboh, terindah, terbaik, dan yang paling mengejutkan baginya. Ia terus berdiri dihadapan warga desa.
"Kak duduklah," ucap Zee memanggilnya.
Shizuka mengikuti Zee dan duduk di sebelahnya. Mereka berdua saling tatap seolah bermimpi. Pada saat itu, kepala desa telah berbicara dengan lantang. Ia berpidato dengan durasi yang agak lama. Sampai pada akhir mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Setelah itu nama Shizuka dipanggil atas permintaan kepala desa. Shizuka sedikit malu karena ia belum pernah seperti itu. Dipanggil dengan hormat dan dinantikan oleh banyak orang.
"Silahkan Shizuka! Waktu dan tempat kami persilakan," ucap pembawa acara tersenyum ramah.
"Pergilah kakak. Kakak pasti bisa. Jangan khawatir! Allah bersama kakak. Semangat kak!" Ujar Zee menyemangati.
"Assalamu'alaikum. Selamat Pagi semuanya."
Semua orang menjawab penuh semangat. Terlebih kepala desa. Beberapa menit setelah Shizuka menyampaikan pesan dan kesannya selama menekuni bakatnya dalam desain, ia diminta menunjukkan karyanya. Shizuka pun menata pakaiannya yang selama ini dia jahit. Dibantu oleh beberapa orang asisten kepala desa dan juga Zee dalam menata pakaian di rak gantungan serta patung-patung.
Taman itu terlihat seperti pasar tradisional. Namun hanya ada satu yang diperjual belikan yaitu pakaian muslimah dari Shizuka. Banyak orang yang terkesima dengan buatan Shizuka. Berbagai pujian membuatnya melayang di udara. Semua orang juga menawar pakaian buatan Shizuka dengan berbagai harga. Zee sampai bercucuran keringat melayani para pembeli.
"Katakan nak kenapa kamu tidak membuka usaha ini sejak dulu?" ucap wanita berkerudung merah muda.
"Iya nak. Kamu terampil dalam membuat pakaian muslimah yang keren dan unik begini. Apakah kamu sebelumnya kursus atau kuliah?"
"Shizuka ini adalah anak yang cerdas. Dia menekuni hobinya ini secara otodidak," ucap kepala desa menghampiri mereka.
"Itu hal yang luar biasa pak. Kami bangga bisa kenal anak perempuan sehebat kamu Shizuka," ucap seorang pria tua yang memakai topi warna coklat.
"Perhatian semua. Ini akan saya sampaikan titik puncak acara kita ini."
"Apa ya yang akan dia sampaikan?" Ucap perempuan yang memakai daster modern.
"Sebelumnya saya berterima kasih atas kedatangan kepala desa, warga setempat, Shizuka dan Zeex yang kita banggakan. Sampailah kita pada momen yang ditunggu-tunggu yaitu pemberian atau sebuah bentuk dukungan dari kita semua Desa Unicorn kepada Shizuka dan Zee."
"Apa ya?" Tanya gadis ABG berjilbab hitam pada temannya yang fokus menatap pembawa acara.
"Ini untuk kamu Shizuka dan Zeex."
"Masyaallah sungguh baik ya kepala desa kita. Dana sebesar itu mudah-mudahan dapat membantu Shizuka dalam membangun usahanya," ujar nenek berkaca mata kepada anaknya yang tampak berusia 20an.
"Kami juga memberikan beberapa perlengkapan dalam menjahit utk Shizuka dan adiknya Zee."
Semua orang bertepuk tangan. Mereka semua bersorak gembira atas acara yang begitu meriah itu. Shizuka membalas dengan wajah tersipu malu karena ia seperti berada dalam sebuah ajang Fashion Show. Acara itu berakhir dengan sangat baik.
...****************...
"Vikram cepatan dong halalin aku," ucap Debi manja.
"Tahu sendiri kan, aku ini hanya anak kuliahan. Kita bisa merencanakan sebuah pernikahan jika semuanya sudah ada, seperti rumah, siap mental, ilmu agama yang sudah mantap, dan mahar mu sudah ada. Bukankah begitu tuan putri?"
"Bagaimana jelasinnya padamu Vikram. Sebenarnya diriku sudah sesuci perempuan lainnya. Makanya aku mau kamu cepat meminang ku," gumam Debi resah.
"Halo! Udah dulu ya Debi. Aku mau olahraga dulu."
Telponnya terputus. Debi terdiam mengingat ucapan Vikram. Perlahan air matanya jatuh membasahi pipinya. Seakan hidupnya sudah tenggelam di samudera Hindia. Rasa khawatirnya karena tak seorang pun diantara pacarnya yang menikahinya membuat ia terus saja ikut aplikasi cari jodoh. Tidak ada yang mengetahui masalah besar yang dihadapi oleh Debi. Ia menyimpan rahasia itu bertahun-tahun lamanya. Trauma yang ia hadapi terasa begitu menyakitkan. Ia tak berdaya untuk melawan semua rasa takut yang bercampur aduk dengan sesal.
Hari demi hari ia lewati seperti perempuan tangguh lainnya. Ia menerjang masa lalu kelam akibat mengenal lawan jenis yang tak bertanggung jawab. Waktu tak dapat ia hentikan karena dipikirannya berhenti itu lebih baik dari pada terus mengejar masa depan yang masih kelabu.
"Aku bingung harus apa. Setiap menatap wajahku di cermin, aku tak bisa memaafkan diriku," ucap Debi tersedu.
"Salwa apakah kita terima saja kekalahan kita? Shizuka sudah mengambil hati banyak orang sehingga mau tidak mau kita harus ikut setuju tentang dia yang lebih unggul dari kita."
"Salwa, Kartika kok kalian masih berdiskusi sih. Ayo kita ke ruang rapat. Shizuka sudah datang," ujar Andini yang berdiri di depan pintu.
"Apa? Dia juga terima tawaran Haikal? Dasar! Ini sangat membuatku kesal."
"Ayolah Salwa kita ke ruang rapat."
"Aku gak mau. Kamu saja. Aku lagi tak enak badan," ucap Salwa ketus.
Rangkaian acara langsung dimulai. Haikal duduk bersebelahan dengan Shizuka. Penampilan Shizuka hari itu masih sama seperti ditemui oleh Haikal, sederhana dan Rapi. Ketika acara sedang berlangsung, Kartika tiba. Semua orang menatapnya karena ia terlambat.
"Kenapa kamu terlambat Kartika?" Tanya Ian berbisik.
"Jangan bertanya karena ini semua salah perempuan itu," ucap Kartika menatap Shizuka.
"Haikal tolong kamu tunjukkan hasil kerja perancang busana kita sebelumnya," ucap Egi.
Haikal tampil ke depan ruangan. Ia berbicara dengan sangat jelas, tenang, dan dapat dipahami. Slide demi slide ia jelaskan hingga selesai. Semua gambar pakaian yang sudah berhasil terjual di beberapa toko maupun mall di tunjukkan oleh Haikal. Gaya desainnya sampai sekarang masih tak terlupakan.
"Kita semua tahu kemajuan perusahaan adalah berkat usaha dan kerja sama kita semua. Dari berbagai divisi serta kreativitas yang diciptakan juga sangat menarik hati semua orang atau khalayak untuk tetap memakai produk kita."
"Wah dia sangat keren," ucap Shizuka dengan nada suara pelan.
"Siapa yang keren?" Tanya Eca tersenyum.
"Telingamu tajam juga. Padahal aku bicaranya pelan tadi," ucap Shizuka tertawa.
"Iyalah telingaku masih berfungsi bagus. Jawab dulu siapa yang keren? Haikal ya?"
Shizuka kaget mendengar ucapannya.
"Apakah ada yang kurang jelas Shizuka?" Tanya Haikal.
Shizuka menggelengkan kepalanya.
"Kenapa dia bertanya denganku? Haikal sangat keren sih?" gumam Shizuka tersenyum-senyum.
"Oke. Persentasi mengenai perancang busana kita sebelumnya telah selesai. Sekarang saya akan menampilkan bakat seseorang. Bakatnya ini sudah dikenal oleh banyak orang, khususnya di desa kecil Unicorn. Prestasi nya juga sudah diakui oleh orang banyak termasuk kepala desa Unicorn. Ini adalah yang kita nanti-nantikan," ucap Haikal dengan memulai pada slide pertama.
"Tunggu sebentar Haikal," teriak Kartika.
"Kenapa kamu Kartika?" Tanya Ian heran dan menatap semua orang yang juga terheran.
Haikal menghentikan persentasinya. Ia melihat Kartika yang sedang datang menghampirinya.
"Sebelum kalian semua mendengar bakat perempuan itu, kalian harus mendengarkan saya terlebih dahulu. Tak perlu heran dengan tindakan saya. Saya yakin kalian tak percaya."
"Tolong kembalilah ke tempatmu Kartika," ucap Haikal dengan wajah datar.
"Haikal kamu juga akan terkejut mendengarnya. Apakah kalian siap mendengar cerita saya ini?"
"Apa yang mau dia sampaikan?" Gumam Shizuka.
"Sebelum memuji seseorang kita harus melihat kinerja terlebih dahulu atau melihat prestasinya. Apakah kalian tahu perempuan yang bernama Shizuka itu siapa? Tentu kalian tidak tahukan. Dia tak lain adalah seorang perempuan kampungan. Tahukah kalian bahwa ia merintis usahanya dengan meminta belas kasih kalian. Dia juga pernah tu menjual dirinya pada laki-laki yang kaya. Kain yang dipakainya untuk menjahit adalah kain bekas. Kain bekas itu kalian tahu dia dapat dari mana? Itu dari hasil meminta-minta dari tukang jahit satu ke tukang jahit lainnya. Bisa dikatakan dari sampah asal bahannya. Sekarang dia sulap menjadi pakaian mewah. Saya sih awalnya tak percaya. Tapi saya mendapatkan informasi ini baru saja dari tetangganya. Ini bukan gosip lagi tapi sudah menjadi fakta segar yang harus kita dengar agar kalian semua tidak menyesal memilih perempuan itu bekerja sama untuk perusahaan kita ini."
"Gurauan apa yang kamu katakan ini Kartika? Tidak lucu bercanda mu tahu," ucap Haikal gusar.
"Shizuka kamu mau kemana?"
"Gak usah tanya dia kemana Ian karena ini adalah sebuah kesalahannya telah masuk ke perusahaan kita," ucap Kartika menatap Shizuka.
"Kartika tolong minggirlah. Kamu sudah mengacaukan acara ini. Apakah kamu senang?" Ungkap Haikal.
"Saya akan pergi dari sini."
"Tolong jelaskan semua ini Shizuka. Apakah kamu punya jawaban atas perkataan saya tadi? Itu semua benarkan?" Ujar Kartika.
"Dasar gak tahu malu banget ya. Sudah miskin, dia juga ternyata perempuan yang tidak baik, ucap perempuan berstelan hitam.
"Saya gak abis pikir perusahaan ini mau menerimanya," ucap perempuan berstelan coklat.
Semua orang menatap Shizuka seperti penjahat. Mata mereka tak lepas memandangnya dengan kasar. Faiz sebagai manager perusahaan juga ikut tercengang akan situasi itu. Ia memukul meja dengan sangat keras. Emosinya membuat semua orang ketakutan. Meja rapat itu bergetar seperti gempa. Orang-orang tertunduk penuh ketakutan.
"Kalian tidak malu apa berbisik untuk mengatai orang. Kartika coba katakan pada saya semua yang kamu ketahui itu dan kamu Shizuka tetap di sini. Sementara yang lainnya tolong keluar. rapat hari ini selesai, ujar Faiz.
Air mata Shizuka mengalir tiada henti. Ia tak menyangka bahagia yang impikan berubah menjadi lautan luka. Berat rasanya untuk tetap di ruangan itu karena semua orang menyudutkannya. Tak seorang pun yang mempercayainya. Justru mereka semua menganggapnya sebagai kotoran.
Haikal keluar ruangan tanpa menoleh kepada Shizuka. Hal itu membuat Shizuka teriris kecewa. Laki-laki yang ia percaya akan membawa sebuah kedamaian itu sekarang meninggalkannya. Kini ia hanya ada dalam ruangan seperti penjara. Faiz menginterogasinya seolah ia telah melakukan dosa besar.
"Tolong kamu jelaskan semuanya Shizuka."
Faiz menanti penjelasan Shizuka. Namun Shizuka hanya tertunduk malu. Bibirnya tertutup rapat. kedua tangannya gemetar. Pertanyaan demi pertanyaan melayang tanpa jawaban. Shizuka makin tertekan. Ia hendak menjawab semuanya. tetapi pikirannya saat itu begitu kalut karena laki-laki itu begitu menakutkan baginya jika membayangkannya.
"Shizuka pak Faiz menanti jawabanmu. Apakah engkau harus tetap diam hingga malam tiba? Tolong bicaralah," ujar Kartika.
"Saya..."
"Terus lanjutkan. Kamu mungkin gugup karena faktanya sudah jelas," ujar Kartika tersenyum.
"Saya, bukan seperti yang dituduhkan Kartika pak," bantah Shizuka masih dengan kepala tertunduk.
"Itu benar. Apakah kamu bisa jelasinnya hah?"
"Biarkan dia mengatakannya Kartika," ucap Faiz.
"Saya adalah manusia biasa pak. Saya diciptakan Allah agar saya beribadah kepada-Nya. Lantas untuk apa saya mengerjakan hal yang dibenci Allah. Kartika mengatakan semua itu tanpa menanyai kebenarannya terlebih dahulu pada saya. Saya pikir ini adalah ujian Allah untuk saya melalui ucapan Kartika yang salah total."
"Bapak dengar apa yang ia katakan? Dia masih mengelak. Padahal sudah jelas kebenarannya."
"Tolong jangan memotong pembicaraan Shizuka. Kamu diam dulu. Nanti ada saatnya giliran mu akan bicara."
Kartika cemberut mendengar dirinya diabaikan. Ia diam sesuai permintaan Faiz. Kata demi kata terlontar dari mulut Shizuka. Faiz mendengarkan dengan serius. Sedangkan Kartika sudah muak mendengarnya berbicara. Ia tak sabar diminta untuk bicara hingga mulut dan ekspresi tubuhnya tampak hendak memotong pembicaraan Shizuka lagi. Tapi ia tak mendapatkan kesempatan berbicara karena cerita Shizuka membuat Faiz terharu.
"Saya dan Zeexsa hidup tanpa kasih sayang kedua orang tua kami pak. Kami berusaha bangkit meski beribu kali jatuh bahkan tersungkur di jalanan. Pahit banget rasanya pak setiap saat saya berusaha untuk bertahan. Pekerjaan yang saya kerjakan halal. Saya tidak mencuri atau pun menipu orang-orang pak. Ketika itu memang saya tidak punya dana sedikit pun pak. Jadi saya berinisiatif untuk mengumpulkan kain bekas. Semua orang mendukung saya pak. Sejak saat itu saya makin bertekad untuk maju dengan jalan saya sendiri. Asal bapak tahu semua bahan atau pun alat perlengkapan saya menjahit, itu adalah hasil keringat saya sendiri. Semuanya halal pak. Terus kain itu juga saya daur ulang tanpa mengurangi keindahannya. Semua bersih, rapi, dan layak pakai pak."
"Saya harap itu adalah benar karena dari cerita mu itu begitu membuat saya senang karena kamu juga mengurangi atau membantu agar lingkungan kita bersih. Kemudian ide-ide kamu itu juga sangat kreatif dan bisa membuka lapangan pekerjaan di tengah dunia yang sedang penuh persaingan."
Shizuka mengangguk setuju dengan pendapat Faiz dan tersenyum.
"Lantas soal laki-laki itu bagaimana?"
Air mata Shizuka mengalir tanpa isyarat darinya. Air mata itu keluar sendirinya. Ia kembali terdiam. Wajahnya tampak layu tak berdaya. Ucapan Faiz membuatnya terborgol ke masa lalu yang hitam. Bayangan-bayangan menakutkan itu terlintas olehnya lagi. Shizuka memejamkan matanya seperti hendak ditangkap oleh hantu.
Faiz terheran-heran lagi karena sikap Shizuka. Ia memanggil nama Shizuka. Tapi Shizuka terus memejamkan matanya. Faiz pun menepuk tangan Shizuka dengan agak perlahan. Shizuka terbangun. Tapi setelah itu ia berteriak. Faiz bangkit dari kursinya karena Shizuka tiba-tiba saja bersembunyi di bawah meja.
"Kamu kenapa Shizuka? Apa yang kamu pikirkan?"
"Tolong jangan ganggu saya. Saya takut."
Faiz pun menghentikan pertanyaannya tentang laki-laki itu. Ia membujuk Shizuka untuk keluar dari kolong meja. Setelah agak tenang situasinya, Shizuka kembali duduk di bangkunya. Kali ini ia hanya terdiam. Mematung dengan pandangan kosong.
"Kamu terlihat tidak baik-baik saja Shizuka. Maaf saya bertanya sesuatu yang membuat mu seperti ini. Sekarang kamu pulang saja. Kamu istirahat di rumah dulu."
"Bagaimana dengan jawabannya pak?" Tanya Kartika kesal.
"Saya tak bisa melanjutkan pertanyaan itu lagi. Sepertinya itu membuatnya terluka."
"Tidak bisa pak. Dia harus menjawabnya karena kita tidak boleh memperkerjakan orang yang seperti ini pak."
"Saya akan mempertimbangkannya. Kamu boleh keluar sekarang dan tolong kamu antarkan Shizuka pulang."
"Apa? Kok saya sih pak. Saya masih banyak pekerjaan," ucap Kartika menolak.
"Ya sudah tolong kamu suruh Haikal kemari."
"Permisi pak! Ini dokumen kemarin yang bapak minta," ucap Haikal.
"Haikal sudah di sini pak. Saya permisi dulu," ujar Kartika.
"Haikal tolong kamu hantarkan Shizuka pulang ke rumahnya."
"Baik pak," jawab Haikal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments