Warm Home
Tahun 1984. kota S, Amerika.
Buk!
Buk!
"Hey! Buka pintunya! Hik!" Seorang pemuda menggedor pintu rumah dalam keadaan mabuk dan marah karena, ia kalah lagi di meja judi. Ibunya sudah menasihatinya berkali-kali tapi, tak pernah ia dengar.
Seorang wanita paruh baya berjalan cepat sambil menenteng kantong-kantong belanjaannya menuju rumah yang digedor-gedor oleh pemuda mabuk tersebut, diikuti bocah berusia 4 tahun yang sangat menggemaskan. Dengan ngos-ngosan, wanita paruh baya itu berkata.
"Cukup, nak. Jangan buat keributan. Ayo, masuk ke dalam." Ajak wanita itu. Pemuda tersebut bernama Alan Jackson dan wanita paruh baya itu ibunya bernama Lynn White.
Saat sudah didalam rumah, Alan langsung membentak ibunya. "Hey! Kau tau? Uang yang kau berikan kemarin, tidak cukup!" Katanya masih dalam keadaan mabuk. "Berikan aku 15.000 Dollar lagi!"
Haah... Lynn menghela napasnya. Ia hanya memiliki uang sedikit sedangkan pengeluarannya sangat banyak. Untuk makan saja kurang. Pernah, Lynn menjual anting emasnya untuk modal jualan dan membayar hutang Alan.
Sebenarnya ia ingin menyewa sebuah ruko dekat rumahnya tapi, ia tidak punya cukup uang. Uang yang Ia punya selalu Alan ambil dengan paksa. Alan selalu mengancamnya jika Lynn tidak mau memberinya uang, ia akan menuju rumah itu pada temannya yang kaya. Padahal, rumah itu harta mereka satu-satunya.
"Tolong mengerti, nak. Ibu tidak punya uang lagi. Uang yang tersisa untuk makan kita selama satu pekan. Ibu baru saja membeli bahan-bahan untuk membuat kue." Jelas Lynn sambil menahan rasa sakit hatinya. Ia berharap, kali ini Alan mau mengerti. "Bagaimana kalau kamu bantu ibu membuat kue dan menjualnya? Ibu janji akan memberikan kamu uang" kata Lynn harap-harap cemas karena, ia tau apa yang akan Alan lakukan.
BRAK!! PRANG!!
Benar saja. Si Alan langsung membanting benda-benda sekitarnya. Bukannya senang diberi pekerjaan, malah mengamuk. Lynn hanya berdiri menatap anaknya yang mengamuk tak karuan. Seorang bocah kecil mengintip dari balik tembok melihat Alan yang mengamuk dalam keadaan mabuk. Lynn langsung menghampirinya.
"Apa yang kamu lakukan disini? Tetaplah di kamar dan jangan keluar, ya. Nanti dia menyakitimu lagi." Kata Lynn pada bocah tersebut dengan khawatir. Tak lama, Alan keluar dari rumah dalam keadaan marah sambil komat-kamit dan menendang barang di depannya. Keadaan rumah seketika menjadi hening .
Haaah.... Lynn menghela napasnya. Pekerjaan bertambah satu, merapikan ruang tamu. "Nek.." seorang bocah kecil dan tampan menghampiri neneknya sambil membawa sapu dan pengki.
"Wah! terimakasih, cucuku sayang." Kata Lynn sambil tersenyum. "Yasudah, kamu kembali ke kamar, ya. Biar-" Belum selesai Lynn bicara, bocah itu berkata "Aku bisa bantu nenek. Aku tidak mau melihat nenek kelelahan lagi."
Lynn terharu. Memang, hanya sang cucu yang bisa menghiburnya kala sedih. "Baiklah. Tapi, setelah itu cuci tangan dan ganti baju, ya." "Iya, nek." Kata si bocah semangat.
Di sore hari, Lynn dan cucu kesayangannya memasak makanan untuk makan malam. Mereka tampak bahagia meskipun dalam keadaan sulit. Hidup yang pas-pasan tidak membuat mereka murung.
Malam tiba.
Lynn meyiapkan hidangkan diatas meja kecil di ruang tamu. "Hhhhmmmm wangi. Pasti semuanya enak" kata sang cucu sambil menghampiri meja makan. Bocah itu tidak pernah mengeluh soal makanan. Ia selalu suka apa yang neneknya buat. Itulah yang membuat Lynn bersemangat.
"Selamat makan" ucap Lynn dan cucunya bersamaan sebelum mulai makan. Mereka makan dengan damai. Setelah makan, Lynn membawa peralatan makan ke dapur untuk di cuci dan cucunya membersihkan meja bekas mereka makan.
Waktu sudah menunjukkan jam 10.00 tandanya mereka harus tidur. Lynn dan cucunya tidur sekamar. Sebelum tidur, mereka biasanya mengobrol. Entah itu Lynn atau cucunya yang memulai.
"Nek, aku ingin sekali makan kue stroberi dengan selai coklat" kata si bocah dengan wajah cerianya. "Tapi, nenek tidak bisa membuatnya." Kata Lynn sambil melihat wajah imut cucunya. "Kita bisa membelinya di toko kue Mr Joe" kata si bocah dengan mata yang berbinar-binar.
Seketika Lynn terdiam. Ia tidak tau harus
berkata apa.
"Bagaimana ini? Apa yang harus ku katakan padanya? Cucuku hanya minta kue stroberi yang harganya pun tidak mahal. Tapi, uang ku tinggal sedikit." Batin Lynn.
Ia berpikir keras bagaimana cara menyampaikannya. Bukannya pelit tapi, memang tidak punya uang. Uang yang Lynn simpan untuk makan selama satu pekan. Kalau dipakai, mereka akan kelaparan. Akhirnya, dengan berat hati Lynn berkata.
"Maafkan nenek. Nenek belum bisa membelinya, uang yang nenek punya untuk makan kita selama satu pekan. Nenek janji. Kalau ada uang, nenek langsung belikan kue stroberi kesukaanmu."
Lynn mengatakannya hati-hati. Ia tak mau membuat cucunya sedih tapi, apa boleh buat. Keadaannya sedang sulit. Bukan hanya sekali, ini sudah ke-dua kalinya Lynn tidak mengabulkan permintaannya.
Sang cucu diam sambil melihat wajah neneknya. Tidak ada raut sedih sedikitpun. Tiba-tiba, ia tersenyum dan berkata "tidak apa-apa, nek. Kita bisa membelinya lain kali. Kalau begitu, aku mau kue kering bentuk bunga buatan nenek dengan selai coklat."
Lagi-lagi Lynn terharu. Hanya cucunya yang mau mengerti dan peduli padanya. Sambil memeluk tubuh kecilnya, Lynn berkata "baiklah nenek janji. Besok pagi nenek buatkan-" Belum selesai Lynn bicara, cucunya tiba-tiba berkata dengan wajah cerianya. "Bagaimana kalau kita membuatnya sama-sama?"
"Hahahaha" Lynn tertawa, ia gemas melihat muka imut itu. "Duh bikin kaget saja. Iya, besok pagi kita buat kue kering bentuk bunga sama-sama. Selai coklatnya nenek masih punya, jadi kita buat kuenya saja."
Sang cucu memeluk neneknya dan tertidur. Lynn membalas pelukannya sambil mengusap kepalanya. "Nenek harap saat kamu besar nanti, hidupmu bahagia dan sejahtera. Kamu satu-satunya hartaku yang paling berharga."
Mereka pun tidur dengan damai.
Esok harinya di pagi hari. Lynn bangun lebih awal, jam 05:15. Ia ingin menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue bunga. Sebelum keluar kamar, ia mencium pipi cucunya yang makin gembul. Kemudian, Lynn pergi ke kamar mandi membersihkan dirinya dan mengganti baju. Setelah itu, ia bergegas ke dapur menyiapkan semua peralatan dan bahan-bahan untuk membuat kue.
Lynn pergi ke kamar untuk membangunkan cucunya. "Hai pangeran kecil, ayo bangun. Siapa yang mau makan kue bunga?" Kata Lynn sambil mencolek pipinya.
Seketika bocah itu pun langsung bangun dan duduk dengan muka bantalnya. "Nek, ayo kita buat kue bunga yang banyak! Yang banyak, yaaa" katanya dengan bersemangat.
Lynn tersenyum lebar. "Ayo bersihkan dirimu dan ganti baju. Nenek temani yaa". Bocah lucu itu menggeleng cepat "tidak, tidak. Aku bisa sendiri kok. Kan aku sudah besar." Katanya meyakinkan. Cucunya memang pintar. Ia mudah mengingat apa yang telah diajarkan Lynn padanya. Makanya, ia bisa melakukan banyak hal sendiri.
Setelah semuanya siap, mereka pun mulai membuat kue dengan perasaan senang. Meskipun perut masih lapar, Lynn dan cucunya tetap membuat kue dengan semangat.
Dua jam kemudian, kuenya pun jadi. Tidak hanya bentuk bunga, ada bentuk kucing, ada juga yang berbentuk boneka.
"Waaaahhhh! Nenek, lihat! Kue yang ku buat bagus, kan?" Lynn tersenyum sambil menahan tawanya karena sebenarnya kue tersebut berbentuk aneh. "Iya, bagus. Cucu nenek pintar, ya." Bocah itu pun cekikikan sambil ingin mengambil kue lainnya.
"Eiits! Nanti yaaa. Bersihkan badanmu dulu. Nenek mandikan, ya. Setelah badan bersih, kamu boleh menikmati kue-kue itu" kata Lynn sambil memegang tangan cucunya.
"Oke, nek. Tapi, aku mau memakannya bersama nenek. Jangan lupa selai coklatnya, yaa" kata bocah imut itu sambil melepas pakaiannya.
Sejam kemudian, mereka sudah bersih dan sekarang duduk bersama-sama di ruang tamu. Menikmati kue kering buatan mereka dengan hati yang senang. Setelah makan, Lynn bersiap-siap membungkus kue-kuenya untuk di titipkan di toko kue dekat rumahnya. Ada juga pesanan tetangga jauhnya. Banyak yang suka dengan kue kering buatan Lynn.
"Maaf, ya. Kali ini nenek pergi sendirian saja. Nenek tidak mau kamu kelelahan." Kata Lynn saat hendak pergi dan melihat cucunya bersiap mau ikut. "Oh, begitu. Yasudah, aku duduk di kamar menunggu nenek pulang. Hhmm.... Roti yang dikamar, boleh untukku?" Kata si bocah imut itu. Lynn tersenyum. "Tentu. Roti itu memang untukmu, pangeran kecil". Bocah itu tersenyum lebar.
"Kalau begitu, nenek pergi dulu. Jangan lupa kunci pintu yaaa" kata Lynn saat sudah di luar rumah. "Tenang saja, nek. Aku selalu ingat kok. Nenek hati-hati, ya. Bye". Lynn berjalan meninggalkan rumah sambil melambaikan tangannya.
Didalam rumah, hal tak terduga terjadi pada cucu kesayangannya.
BRUK!!
Tiba-tiba, bocah itu terjatuh saat hendak mengambil susu di dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments