Chapter 2

Toko bunga Elsa

"Waaah! Benar kata Ibuku. Kue buatan tante memang wangi dan enak, ya" Kata Elsa, pemilik toko bunga tersebut. Ya, Lynn sedang berada di toko bunga yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Saat itu, ibunya Elsa ingin memberi kejutan untuk anaknya dan anaknya sangat menyukai kue kering dari kecil.

"Aku ingin memesannya lagi untuk akhir pekan nanti, bisa?" Tanya Elsa pada Lynn dengan senyuman manisnya. "Oh, tentu. Mau diantar kemana?" Jawab Lynn bersemangat. "Aku ingin mengambilnya sendiri sekaligus ingin mengunjungi rumah tante".

Lynn dan ibunya Elsa memang sudah akrab sejak setahun yang lalu. Dulu, sebelum toko bunganya ramai, Elsa sering mengunjungi rumah Lynn dan bermain bersama Raka. Elsa sudah mengaggap Raka adiknya sendiri karena ia sangat ingin mempunyai adik laki-laki.

"Kalau begitu, Tante pamit dulu ya. Harus segera pulang, Raka sudah menunggu." Kata Lynn saat hendak keluar dari toko tersebut. "Sampaikan salam ku untuk Raka, ya. Aku sangat merindukan bocah itu." Kata Elsa. "Tentu. Raka juga pasti merindukan kakaknya. Tante pulang dulu ya "

Lynn pulang dalam keadaan senang. Makin banyak orang yang suka dengan kue-kuenya. Pesanan pun sering berdatangan. Ia ingin sekali memiliki toko kue dan merekrut beberapa karyawan untuk membantunya membuat kue yang banyak.

"Aku ingin mengajak cucuku ke toko mainan. Dia pasti senang." Batin Lynn sambil tersenyum.

Saat sudah sampai depan rumah, Lynn mengetuk pintu dan tidak ada yang membuka. Ia khawatir karena biasanya, cucunya langsung membukanya.

"Apakah dia sedang tidur?" Batinnya bertanya-tanya. Lynn melihat jendela dapurnya masih terbuka. Ia pun menghampirinya dan melihat ke dalam. Tiba-tiba badannya kaku, ia kaget dengan apa yang dilihatnya. Raka, cucu kesayangannya tergeletak di lantai.

Tanpa berpikir panjang, Lynn langsung masuk ke dalam melalui jendela dapur dan menghampiri cucunya. Dengan tangan yang bergetar ia menggoyangkan badan cucunya, berharap segera bangun. Tapi hal itu tidak membuahkan hasil.

Lynn bergegas menggendong cucunya dan keluar dari rumah menuju klinik yang jaraknya agak jauh. "Jangan tinggalkan nenek. Kamu satu-satunya orang yang sangat menyayangi nenek. Kalau tidak ada kamu, nenek sendirian." Batinnya sambil menangis.

Tak lama kemudian, sampailah di klinik. Lynn langsung masuk berteriak minta tolong. Perawat di situ langsung menenangkan Lynn dan membawa cucunya ke ruang rawat.

"Tidak perlu khawatir, nyonya. Ia hanya kelelahan dan sepertinya kurang cairan di dalam tubuhnya. Sebaiknya di rawat dulu semalaman. Supaya lebih mudah memantau keadaannya." Kata Dr Hans, dokter umum yang bertugas di klinik tersebut.

"Iya, dok. Saya ingin yang terbaik untuk cucu saya." Kata Lynn dengan lirih.

Malam pun tiba. Lynn dengan setia menemani cucunya. Sore tadi, Raka sudah di pindahkan ke kamar inap. Lynn khawatir dengan biayanya. Bukannya pelit, tapi ia hanya takut tidak bisa membayar semuanya.

Lynn menyeka airmatanya. Ia sudah membayangkan wajah ceria cucunya saat pergi jalan-jalan dan berencana membelikannya mainan baru tapi, semuanya pupus sudah.

"Jangan khawatir, cucu anda akan sembuh. Besok pagi, ia akan bangun." Kata dokter dengan tersenyum, yang tiba-tiba datang. Lynn menoleh kearah dokter. "Iya, saya hanya merasa kasihan pada cucu saya. Sejak bayi, dia memang sering sakit. Saya sudah memberikan makanan yang sehat untuknya tapi..." Kata Lynn sambil memegang tangan cucunya.

"Sebenarnya, dari tadi saya ingin bertanya. Kemana orang tuanya Raka?" Tanya dokter Hans sambil memperhatikan wajah Raka.

DEG DEG!

Jantung Lynn berdegup sangat kencang. Lidahnya mendadak kaku, tubuhnya membeku.

"Apa yang harus ku katakan? Aku tidak mau mengingat itu lagi. Terlalu menyakitkan!" Batin Lynn. Dokter Hans memperhatikan raut wajah Lynn dan tersenyum miring.

"Sepertinya ada rahasia besar yang disembunyikannya."

"Kalau anda keberatan untuk menceritakannya, tidak masalah. Maaf, sudah membuat anda gelisah." Kata dokter Hans sambil bangkit dari duduknya.

"Ah, tidak Dok. Saya hanya belum siap bercerita pada orang lain. Kejadiannya sangat menyedihkan." Kata Lynn dengan perasaan tidak nyaman.

Dokter Hans hanya tersenyum. "Untuk pembayaran..."  Lynn langsung menatap sang dokter dengan ekspresi terkejut.

"Tidak perlu khawatir, semuanya gratis." Dokter Hans melanjutkan kata-katanya dengan senyuman yang tulus.

Lynn tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia terdiam, memproses kata-kata dari Dokter Hans.

"Benarkah? Saya tidak salah dengar, kan? Semuanya gratis? Siapa yang membayarnya?" Tanya Lynn penasaran.

"Klinik ini memang di bangun untuk masyarakat yang tidak mampu. Kalaupun ada yang membayar, mereka membayar semampunya. Kami tidak pernah menetapkan biayanya." Kata Dokter Hans menjelaskan.

"Terimakasih, dokter. Sudah membantu kami." Kata Lynn dengan mata berkaca-kaca.

"Kalau begitu, saya permisi dulu yaaa" Kata Dokter Hans mengakhiri percakapannya.  Lynn mengangguk sambil tersenyum.

Di sebuah tempat yang sangat ramai dengan musik yang keras dan suara orang-orang bersorak gembira. Duduklah seorang pemuda mabuk yang tampilannya acak-acakan dan di tangannya memegang gelas berisi alkohol. Dialah Alan.

"Sial!!! Siaaalll! Uangku sisa sedikit. Harus cari kemana lagi? Ini semua gara-gara Steven!" Gumam Alan dengan mata yang menyiratkan amarah yang mendalam.

Gluk. Gluk! Brak!!!

"Bocah itu... Selalu mengambil uang ku. Kalau saja uangnya tidak digunakan untuk membeli obat-obatan sialan itu, aku pasti mendapat bagian yang banyak." Alan meracau setelah menghabiskan minumannya.

Tiba-tiba, ia tersenyum menyeringai. "Aku ada ide. Hahahaha" Ia tertawa kencang seperti orang yang kurang waras. Entah apa yang ia rencanakan. Yang pasti.... Bukan hal baik.

Tengah malam, tepatnya jam 23:30. Raka terbangun dari tidur panjangnya dan membangunkan neneknya. Ia minta minum dan di temani ke kamar mandi. Setelah itu, Lynn langsung memanggil perawat untuk memeriksa keadaan cucunya. Dan ternyata, besok siang boleh pulang.

Srek!

"Selamat pagi, pangeran tampan. Bagaimana tidurmu? Apakah kamu bermimpi indah?"

Lynn membuka gorden di kamar inap itu. Hari ini, Ia begitu senang dan bersemangat karena cucunya boleh pulang. Keadaan Raka sudah lebih baik.

"Ayo kita sarapan." Kata Lynn sambil menyodorkan potongan kecil buah apel yang manis. Raka menggelengkan kepalanya. "Tidak mau. Rasanya pahit".

Lynn mengernyitkan dahinya, lalu memakan potongan buah tersebut. "Hhhmmm... Rasanya manis dan bikin ketagihan lhooo. Ayo dimakan. Ini benar-benar manis dan enak" kata Lynn meyakinkan cucunya.

"Tapi, kalau aku memakannya rasanya jadi tidak enak" Raka makan buah itu sambil menggerutu.

"Kamu mau cepat sembuh, kan? Ayo semangat. Katanya ingin cepat pulang" bujuk Lynn.

"Oh iya! Susu stroberi ku. Nek.... Aku mau susu stroberi ku lagi." Raka teringat susu stroberi yang hendak ia ambil di dapur tapi, tidak jadi karena kepalanya sakit dan ia pingsan.

"Tidak. Minum susu stroberi nya libur dulu. Kamu harus minum susu yang dokter berikan." Kata Lynn sambil merapihkan bekas makan.

"Rasanya pasti-"

"Rasanya enak, Raka. Itu susu khusus anak seusia mu" Lynn sudah tau bahwa cucunya akan menolak minum susu itu. Tapi, demi kesehatannya, ia harus tegas.

Waktu yang di tunggu-tunggu sudah tiba. Raka sudah tidak sabar untuk berbaring di kasur rumahnya. Ia sangat bosan di klinik itu. Bocah lucu itu menarik perhatian para perawat di sana karena ketampanannya. Para perawat selalu gemas dengan pipi chubbynya yang makin tembam.

Sebelum pulang, Dokter Hans juga memberitahu untuk minum air mineral lebih banyak, dan rajin makan buah karena Raka kekurangan cairan.

Raka diberi oleh-oleh dari klinik berupa susu anak, buah-buahan yang segar dan boneka kecil. Lynn sangat bersyukur dan berterimakasih kepada dokter n para perawat di klinik tersebut yang telah mengobati cucunya.

Mereka pun pamit pulang. Raka duduk di atas kursi roda karena badannya masih lemas. Dan jarak dari klinik ke rumah cukup jauh. Oleh-oleh yang di berikan kepadanya sebagian ia pangku, sebagian di bawa Lynn.

Mukanya tampak bahagia meskipun belum sembuh total. Tak lama, mereka sampai.

"Waaaaaahhhh sampai di rumah. Aku rindu kasur empuk ini dan bau adonan kue nenek. Ohya! sudah lama aku tidak makan roti dengan sel-"

"Eeiits! Tidak ada roti dan selai. Libur dulu, yaaaa. Nanti kalau sudah sembuh total, Kamu boleh memakannya lagi. Ingat kan ? apa yang dikatakan Dokter Hans tadi?" Tegas Lynn

"Iya, aku ingat. Kalau gitu, aku ingin mengganti pakaian ku dan setelah itu, makan buah anggur.  Kita makan sama-sama ya, Nek." Jawabnya sambil mendorong-dorong kursi roda yang digunakannya tadi.

Setelah mereka bersih, mereka makan buah anggur yang manis sambil sesekali bercanda. Lynn bersyukur keadaan cucunya kembali seperti sediakala. Tiba-tiba ia murung karena teringat Alan.

Walaupun sering kurang ajar dan selalu menyusahkannya, anak tetaplah anak. Ia khawatir bagaimana pola hidupnya diluar sana. Apakah ia makan teratur, dimana dia tinggal.

Raka melihat raut wajah neneknya berubah. Ia seakan tau apa yang neneknya pikirkan.

"Nenek sedang mengkhawatirkan paman?" Tanyanya.

Lynn tersadar dari lamunannya, dan minum segelas air mineral di dekatnya.

"Iya, dari kemarin-kemarin ia belum pulang." Jawabnya lesu.

"Nanti paman juga pulang. Bukankah biasanya juga seperti ini?"

"Iya, kamu benar. Yasudah kalau begitu, nenek mau membuat kue pesanan Elsa dan Miss Alice. Kamu istirahat saja, yaaa." Kata Lynn sambil beranjak dari meja makan.

"Nenek juga istirahat saja kalau sudah capek, yaa. Nanti nenek sakit." Kata Raka sambil memegang ujung baju Lynn.

Lynn tersenyum "iya, hari ini bikinnya tidak terlalu banyak, tenang saja." Lynn senang cucunya perhatian padanya.

Malam pun tiba. Mereka sudah siap untuk tidur. Lynn mengambil selimut dari lemari dan membentangnya. Raka sudah terlelap dari tadi, efek obat yang ia minum.

Lynn tak bisa tidur. Entah kenapa ia tiba-tiba merasa gelisah. Tak mau mengganggu cucunya tidur, ia pun berjalan dengan pelan menuju ruang tamu.

Lynn duduk di atas bangku kayu sambil menatap pemandangan malam yang indah. Kemudian, matanya melirik sesuatu. Ada orang yang berjalan dengan sangat aneh, dekat rumahnya.

Buru-buru ia periksa pintu rumahnya, sudah terkunci. Aman.

Srek!

Lynn tidak lupa menutup jendela dengan gorden. Dengan perlahan, ia berjalan mundur kembali ke kamar. Tapi, langkahnya terhenti saat orang tersebut menggedor pintu rumahnya.

Buk!Buk!

BRAK!

Pintu terbuka dengan paksa sampai ada bagian yang rusak.

"Berikan semua uang yang kau punya atau..... Ku jual rumah tua ini!"

Terpopuler

Comments

Nur Kediri

Nur Kediri

semangat Thor

2023-09-04

1

FUNtasy

FUNtasy

Terimakasih, guys. Maaf ya, kalo ada kata2 yang berulang atau gak nyambung. Selamat membaca

2023-08-05

0

Devan Wijaya

Devan Wijaya

cerita ini bener-bener bikin ketagihan

2023-08-05

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Salam dari author
15 Season 2 Chapter 1
16 Season 2 Chapter 2
17 Season 2 Chapter 3
18 Season 2 Chapter 4
19 Season 2 Chapter 5
20 Season 2 Chapter 6
21 Season 2 Chapter 7
22 Season 2 Chapter 8
23 Season 2 Chapter 9
24 Season 2 Chapter 10
25 Season 2 Chapter 11
26 Season 2 Chapter 12
27 Season 2 Chapter 13
28 Season 2 Chapter 14
29 Season 2 Chapter 15
30 Season 2 Chapter 16
31 Season 2 Chapter 17
32 Season 2 Chapter 18
33 Season 2 Chapter 19
34 Season 2 Chapter 20
35 Season 2 Chapter 21
36 Season 2 Chapter 22
37 Season 2 Chapter 23
38 Season 2 Chapter 24
39 Season 2 Chapter 25
40 Season 2 Chapter 26
41 Announcement
42 Season 3 Chapter 1
43 Season 3 Chapter 2
44 Season 3 Chapter 3
45 Season 3 Chapter 4
46 Season 3 Chapter 5
47 Season 3 Chapter 6
48 Season 3 Chapter 7
49 Season 3 Chapter 8
50 Season 3 Chapter 9
51 Season 3 Chapter 10
52 Season 3 Chapter 11
53 Season 3 Chapter 12
54 Season 3 Chapter 13
55 Season 3 Chapter 14
56 Season 3 Chapter 15
57 Season 3 Chapter 16
58 Season 3 Chapter 17
59 Season 3 Chapter 18
60 Season 3 Chapter 19
61 Season 3 Chapter 20
62 Season 3 Chapter 21
63 Season 3 Chapter 22
64 Season 3 Chapter 23
65 Season 3 Chapter 24
66 Season 3 Chapter 25
67 Season 3 Chapter 26
68 Izin
69 Season 3 Chapter 27
70 Season 3 Chapter 28
71 Season 3 Chapter 29
72 Season 3 Chapter 30
73 Season 3 Chapter 31
74 Season 3 Chapter 32
75 Season 3 Chapter 33
76 Season 3 Chapter 34
77 Season 3 Chapter 35
78 Season 3 chapter 36
79 Season 3 Chapter 37
80 Season 3 Chapter 38
81 Season 3 Chapter 39
82 Season 3 Chapter 40
83 Season 3 Chapter 41
84 Season 3 Chapter 42
85 Season 3 Chapter 43
86 Season 3 Chapter 44
87 Season 3 Chapter 45
88 Season 3 Chapter 46
89 Terimakasih kepada para pembaca
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Salam dari author
15
Season 2 Chapter 1
16
Season 2 Chapter 2
17
Season 2 Chapter 3
18
Season 2 Chapter 4
19
Season 2 Chapter 5
20
Season 2 Chapter 6
21
Season 2 Chapter 7
22
Season 2 Chapter 8
23
Season 2 Chapter 9
24
Season 2 Chapter 10
25
Season 2 Chapter 11
26
Season 2 Chapter 12
27
Season 2 Chapter 13
28
Season 2 Chapter 14
29
Season 2 Chapter 15
30
Season 2 Chapter 16
31
Season 2 Chapter 17
32
Season 2 Chapter 18
33
Season 2 Chapter 19
34
Season 2 Chapter 20
35
Season 2 Chapter 21
36
Season 2 Chapter 22
37
Season 2 Chapter 23
38
Season 2 Chapter 24
39
Season 2 Chapter 25
40
Season 2 Chapter 26
41
Announcement
42
Season 3 Chapter 1
43
Season 3 Chapter 2
44
Season 3 Chapter 3
45
Season 3 Chapter 4
46
Season 3 Chapter 5
47
Season 3 Chapter 6
48
Season 3 Chapter 7
49
Season 3 Chapter 8
50
Season 3 Chapter 9
51
Season 3 Chapter 10
52
Season 3 Chapter 11
53
Season 3 Chapter 12
54
Season 3 Chapter 13
55
Season 3 Chapter 14
56
Season 3 Chapter 15
57
Season 3 Chapter 16
58
Season 3 Chapter 17
59
Season 3 Chapter 18
60
Season 3 Chapter 19
61
Season 3 Chapter 20
62
Season 3 Chapter 21
63
Season 3 Chapter 22
64
Season 3 Chapter 23
65
Season 3 Chapter 24
66
Season 3 Chapter 25
67
Season 3 Chapter 26
68
Izin
69
Season 3 Chapter 27
70
Season 3 Chapter 28
71
Season 3 Chapter 29
72
Season 3 Chapter 30
73
Season 3 Chapter 31
74
Season 3 Chapter 32
75
Season 3 Chapter 33
76
Season 3 Chapter 34
77
Season 3 Chapter 35
78
Season 3 chapter 36
79
Season 3 Chapter 37
80
Season 3 Chapter 38
81
Season 3 Chapter 39
82
Season 3 Chapter 40
83
Season 3 Chapter 41
84
Season 3 Chapter 42
85
Season 3 Chapter 43
86
Season 3 Chapter 44
87
Season 3 Chapter 45
88
Season 3 Chapter 46
89
Terimakasih kepada para pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!