"Ayah, ini menantu yang ayah tunggu-tunggu kehadirannya. Ayo sayang. Perkenalkan dirimu." Kata Robert sambil mendekatkan istrinya pada George. "Selamat pagi, ayah. Saya Joanna." Katanya sambil menunduk. George mengangguk tersenyum.
"Hhhmmm.... Seleranya Robert agak berubah ya. Tidak seperti perempuan-perempuan murahan yang di bawanya dulu. Tapi, sepertinya ia menyembunyikan sesuatu." George membatin saat melihat penampilannya.
"Dan ini anak kami. Lihatlah. Cucu ayah cantik, bukan?" Robert mendekatkan bocah 2 tahun pada sang ayah. "Wah, cantik sekali! Siapa namamu, tuan putri?." George gemas melihatnya. Bocah imut itu hanya tersenyum.
"Namanya Kate. Kami sering memanggilnya Kitty karena ia lucu seperti kucing kecil." George menggendong bocah cantik itu dan mencium pipi tembamnya. Joanna tersenyum sambil melirik ke arah Robert.
"Zack, lihat cucuku yang cantik ini. Muach.. sepertinya kamu suka makan yaa. Pipimu menggemaskan sekali."
Zack melihat tuannya sangat senang dengan kehadiran cucunya. "Nona Kate memang lucu dan menggemaskan. Saya berharap Nona Kate tumbuh menjadi gadis yang baik dan pintar." Kata Zack sambil melirik kearah Robert dan istrinya, Joanna.
"Baiklah, sekarang waktunya makan bersama. Zack, antarkan mereka ke ruang makan. Aku sudah menyiapkan sarapan spesial untuk kalian. Ku harap kalian akan menyukainya." George masih setia menggendong cucunya.
"Wah, terimakasih ayah. Kami merasa tersanjung." Ucap Joanna dengan senyuman manisnya. Robert sudah menahan rasa kesalnya dari tadi karena Zack terus memperhatikan Joanna. Ia mengira Zack menyukai istrinya. Padahal, Zack sedang merencanakan sesuatu. Ya, Zack sudah tahu siapa Joanna itu sebenarnya.
Acara makan Berlangsung dengan khidmat. Mereka semua makan dengan tenang. Sedangkan Kate, bermain bersama Zack. Ia berlari kesana-kemari di taman bunga belakang rumah.
Setelah selesai makan, Robert mengajak istrinya berkeliling rumah. Banyak pajangan baru dan tampilan rumah sudah banyak di rombak oleh George. Setelah berkeliling, mereka duduk di taman bunga sambil memperhatikan putrinya yang asik memetik bunga. Ditemani oleh pelayan bermuka datar, Zack.
Sesekali ia mendelik tajam kearah Robert dan Joanna. Robert langsung berdiri meninggalkan tempat itu di susul oleh istrinya.
Sejak pertama kali Zack kerja di rumah George, Robert sudah tidak suka padanya. Selalu mencari celah untuk mencari kesalahannya agar sang ayah memecatnya. Tapi, semuanya sia-sia karena George sudah tau mengenai kehidupan Zack.
Robert berjalan dengan terburu-buru. Mukanya merah menahan amarah dan mengepalkan tangannya.
Di ruang kerja George, Robert memberitahu ayahnya tentang kelakuan Zack saat di ruang tamu.
"Sudah kukatakan dari dulu. Pecat saja dia atau kalau ayah tidak tega, suruh dia bekerja sebagai cleaning service di perusahaannya ayah. Aku sudah tidak tahan melihat ekspresi sombongnya." George hanya duduk santai mendengar ocehannya sambil sesekali menyeruput kopinya.
"Apalagi saat ia memperhatikan Joanna sambil senyum-senyum aneh. Apa maksudnya? Jangan-jangan dia menyukai Joanna dan ingin merebutnya dari ku. Huh!" Robert membanting dirinya ke sofa. Joanna memberikannya jus yang memang disediakan di meja. Robert pun meminumnya sampai habis.
"Aku percaya pada Zack. Dia bukan seseorang yang berperangai buruk seperti yang kamu katakan. Dia sudah bekerja padaku lebih dari 10 tahun dan terbukti sudah perilaku baiknya. Kamu saja yang sedari awal tidak menyukainya."
"Ya! Karena mukanya, sikap sombongnya dan merasa tau segala hal. Dia pikir-"
BRAK!!
Robert kaget dan langsung terdiam. Begitu juga dengan Joanna yang kaget melihat ekspresi marah mertuanya.
"Cukup, Robert! Aku yang mau Zack bekerja di sini. Aku yang menggajinya dan ingat! Kau tidak berhak mengatur. Kalau kedatanganmu hanya untuk menyampaikan hal itu, pergi sana! Aku sudah bosan mendengarnya. Jangan pernah datang lagi!" Dadanya naik turun meluapkan amarahnya. Robert selalu seenaknya mengatur padahal bukan dia tuan rumahnya.
"Maafkan kami. Sudah membuat keributan di rumah ayah. Hhmmm .. kalau begitu kami ingin pamit pulang." Kali ini Joanna yang buka mulut. Mereka pun keluar dari ruang kerja George.
Awalnya, George ingin mengajak Robert dan keluarga kecilnya menginap karena ia masih ingin bermain bersama cucunya. Tapi, karena sikap Robert yang menyebalkan, ia berubah pikiran.
Robert dan Joanna berjalan ke taman bunga tempat putri mereka bermain. Robert melihat Zack disana, menggendong Kate dan memeluknya. Mereka seperti kakak adik yang harmonis. Zack terlihat senang bermain dengannya. Ia tersenyum dan tertawa.
Saat Zack menyadari keberadaan mereka berdua, ekspresinya berubah seperti semula. Datar.
Joanna pun melihatnya. Ia juga tidak suka dengan Zack. Ia merasa risih saat Zack memperhatikannya.
"Tundukkan pandanganmu, pelayan! Saya sudah tidak bisa menahannya lagi! Sejak kami baru datang tadi, kau terus memperhatikan istriku dengan tajam seakan mau mengulitinya. Apakah istriku pernah berbuat salah padamu?!" Robert berkata sambil mengepalkan tangannya.
"Sudahlah, sayang. Biarkan saja dia. Kita pulang yaa." Kata Joanna menenangkan Robert yang siap memukul Zack.
"Hai, cucu kakek yang cantik. Mau pulang ya." Mereka terkejut, entah sejak kapan George berdiri di belakang mereka.
Kate yang sedang di gendong Joanna tertawa riang melihat kakeknya. "Lain kali datang lagi, ya. Nanti kita bermain sama-sama."
"Huh! Gara-gara pelayan sialan itu. Rencana ku kacau semua!" Robert membatin sambil berjalan menuju pintu keluar. Akhirnya, Robert dan keluarganya pulang dengan perasaan kesal.
"Haaahh..." George membuang napasnya, merasa lega. "Anak dan menantu sama saja! Yang satu arogan, yang satu manipulatif. Cih! Dia pikir dia bisa menipuku dengan senyuman manisnya itu?!" Gerutunya sambil berjalan ke kamar tidurnya ditemani pelayan setianya.
"Sudahlah, Tuan. Lebih baik anda beristirahat. Saya sudah menyuruh 3 orang pelayan untuk menyiapkan tempat tidur anda." Ia berjalan mendahuluinya sang tuan dan membukakan pintu kamar untuknya.
"Sebenarnya, aku ingin kembali ke ruang kerja tapi, kejadian tadi membuat kepalaku pusing. Padahal, tadi aku merasa senang melihat cucuku yang lucu. Tapi, kelakuan orang tuanya membuatku merasa jengkel." George sudah berganti pakaian di bantu oleh Zack. Zack hanya diam setia mendengarkan ocehan tuannya.
"Tuan, ini buku anda." Ya, George memiliki kebiasaan membaca buku sebelum dan sesudah tidur. Tugas Zack sudah selesai, ia hendak keluar dari kamar tapi, langkahnya terhenti saat...
"Sudahkah kau menemukannya?" George tiba-tiba bertanya. Zack membalikkan badannya melihat tuannya yang sedang menatap tajam dirinya. Dia tidak takut malah tersenyum.
"Masih di usahakan, Tuan George." Jawabnya.
George menutup bukunya dan menoleh ke arah jendela.
"Hhm. ... Oh! Katakan pada Chef Bardy. Aku ingin ikan salmon setengah matang untuk hidangan sore nanti."
"Baik, Tuan. Akan saya sampaikan. Ada lagi?" Tanyanya
"Tidak! Keluarlah. Makin banyak bicara, makin pusing kepalaku" Jawabnya ketus sambil tetap melihat jendela. Zack hanya tersenyum dan keluar kamar.
Tap.Tap!
Zack berjalan dengan muka tersenyum yang mengerikan. Pelayan lainnya yang melihat merasa heran tapi, mereka tidak berani bertanya. Ekspresi Zack benar-benar mengerikan seolah-olah ia sedang meredam amarah.
"Lihat saja nanti. Akan ku balas perbuatanmu, Ular betina! Nyawa harus dibalas dengan nyawa!"
~~``~~~``~~~``~~~
Seorang bocah sedang berjalan dengan riangnya meskipun cuaca agak panas, sambil memegang mainan baru di tangan kanannya dan sebungkus kue di tangan kirinya. Ia ditemani nenek kesayangannya yang berjalan di belakangnya sambil tersenyum.
Ya, Lynn dan Raka baru saja pulang dari festival yang ada di kota B. Disana mereka menjual kue kering, selai aneka rasa dan susu stroberi. Semua terjual habis dan mereka mendapatkan uang yang banyak.
Tidak hanya itu, banyak pelanggan baru yang memesan kue-kue dan selai coklat buatannya. Tentunya Lynn akan mendapat uang yang lebih banyak lagi.
Meskipun lelah, Lynn tetap menikmatinya. Apalagi, ia selalu ditemani cucunya membuat kue.
Ceklek!
Lynn membuka pintu rumah dan Raka langsung masuk dan merebahkan dirinya di lantai.
"Huh! Capek sekali. Tapi, kita punya uang yang banyak ya." Lynn hanya mengangguk. Tangannya sibuk merapikan barang-barang yang ia bawa.
Kemudian, Lynn menghampiri cucunya yang masih tiduran di lantai. "Ini bonus untuk Raka. Terimakasih ya, sudah banyak membantu nenek."
Lynn memberikan uang untuk Raka. Ia tau cucunya sangat suka menabung.
Raka langsung bangun dan duduk memperhatikan uang yang neneknya berikan. "Nek, aku ambil sedikit saja. Nenek sudah memberikanku banyak hal. Uang yang dulu nenek kasih masih ada. Lagipula... Tiap hari kan aku makan kue buatan nenek."
Lynn menggelengkan kepalanya. "Jangan bilang begitu. Uang ini memang nenek sisihkan untuk kamu".
"Nenek lupa? Nenek kan harus membelikan ku obat-obatan yang harganya tidak murah." Raka menjauh, ia tidak mau mengambilnya.
Lynn akhirnya diam dan memandang wajah cucunya yang tersenyum manis padanya.
Grep!
Lynn memeluknya sambil mengusap rambutnya. "Nenek janji. Nenek akan bekerja lebih giat lagi. Maaf ya, selama ini kamu menderita."
Raka mengurai pelukannya dan mendongakkan kepalanya melihat neneknya yang bersedih.
"Jangan bekerja sendirian. Aku juga mau membantu nenek. Kalau nenek kecapean dan jatuh sakit, siapa yang akan membuatkan cemilan yang lezat untukku?"
"Terimakasih yaaa. Kamu selalu sayang sama nenek. Iya, kita kerja dan berusaha sama-sama. Nah, sekarang mandi dan ganti baju."
"Hhm. Nenek juga yaaa."
"Raka duluan."
"Oke"
Ia pun bergegas ke kamar mandi. Saat memastikannya sudah masuk kamar mandi, Lynn meletakkan kue stroberi favorit cucunya di meja makan. Tapi, masih terbungkus rapi. Ia ingin memberi cucunya kejutan.
Raka sudah keluar kamar mandi, Lynn langsung melenggang masuk sambil senyum-senyum. Raka yang melihatnya tidak merasa curiga sama sekali. Yang Ia tau, hari ini Lynn memang sedang berbahagia.
Lynn sudah selesai dengan mandinya. Ia melihat cucunya sibuk menulis di kamar.
"Waktunya makan." Raka langsung menoleh ke sumber suara.
"Oke, sebentar ya." Katanya sambil merapikan alat tulisnya.
Saat ini, mereka sudah duduk di ruang tamu. Raka memperhatikan kotak persegi diatas meja makannya.
"Bukalah" kata Lynn. Raka tak berkata apapun dan langsung membukanya. Saat terbuka, matanya berkaca-kaca.
"Nek... Ini.. kapan nenek membelinya?" Tanyanya
Lynn tersenyum. "Kejutan! Ini hadiah untuk cucu nenek yang rajin dan baik hati."
Hiks! Hiks!
Raka menangis terharu. "Terimakasih ya, nek. Akhirnya aku bisa makan kue stroberi kesukaanku. Aku benar-benar sangat ingin."
"Dan sekarang sudah ada di tanganmu. Ayo di makan."
"Aku ingin memakannya tapi, tidak sendiri. Kita makan bersama ya, nek."
Mereka pun makan dengan lahap sambil sesekali bercanda. Lynn berharap kebahagiaan ini terus berlanjut sampai akhir hayatnya. Sudah banyak kepahitan yang harus ia telan.
8 tahun yang lalu, Lynn ditinggal sang suami karena penyakit jantung yang di deritanya dan berjuang sendiri mengumpulkan uang untuk membayar hutang yang jumlahnya tidak sedikit.
Ia berhutang pada sepupunya yang pelit untuk biaya operasi dan pengobatan suaminya.
Dua anaknya? Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.
Puk!
Raka menepuk pelan lengannya. Lynn langsung tersadar dari lamunannya.
"Kenapa tidak dihabiskan kuenya?" Tanya Lynn saat melihat kuenya masih tersisa.
"Nenek kenapa berhenti? Kan makannya sama-sama." Kata Raka sambil cemberut.
"Begini... Nenek sudah tua, tidak boleh makan kue banyak-banyak. Jadi, Raka habiskan saja yaaa"
Raka mengangguk dan melanjutkan makannya. Selesai makan, mereka membersihkan rumah dan mengobrol sampai malam.
Lynn memutuskan untuk libur jualan selama beberapa hari supaya bisa main bersama cucunya.
~```~```~```~```~~~````
"Hhhmmm.... Ini menarik baru kali ini aku melihat manusia dengan warna mata yang sangat unik. Tapi, melihat warna matanya aku jadi teringat seseorang. Siapa ya???" Kata seorang pria sambil memandang hasil gambarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments