Klinik Dr Hans
Seorang pria muda berkemeja abu-abu dan celana hitam menghampiri suster yang sedang bertugas. "Permisi, bisakah saya bertemu dengan Dr. Hans?"
Suster itu menatapnya heran. "Maaf, anda siapa ya?". "Hhmm. Sepertinya dia orang baru disini" Batin pria itu. "Saya teman lamanya." Tiba-tiba seseorang datang dari arah belakang. "Seharusnya kamu memberitahuku kalau ingin berkunjung."
Suster itu terkejut dan menoleh ke belakang. Itu Dr. Hans. "Dr. Hans. Apakah pemuda ini benar-benar teman anda?" Tanya suster itu meyakinkan. Hans mengangguk dan merangkul pundaknya. "Ya, dia adalah teman lamaku. Ingat wajahnya ya, supaya kalau dia berkunjung lagi dan mencariku, kamu tidak bingung."
Sekilas tentang Hans dan Zack. Mereka adalah sahabat bahkan lebih erat dari sahabat. Mereka seperti 2 orang saudara.
Suster itu mengangguk pelan dan pamit. "Sudah lama tidak bertemu, Zack. Mukamu masih datar saja. Ayo bincang-bincang di ruanganku." Ajaknya. Zack mengikutinya dari belakang. Tak disangka sahabatnya sesukses ini.
Satu fakta tentang Hans yang banyak orang tidak tau adalah, dia mantan pelayan di kediaman Tuan George.
Flashback Hans
Dulu, saat masih menjadi pelayan, ia seringkali meluangkan waktunya untuk membaca buku mengenai kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kedokteran. Ia bercita-cita menjadi dokter karena ia tidak bisa membawa ayahnya yang saat itu sakit parah ke rumah sakit.
Di karenakan tidak punya uang. Sejak ditinggal mati oleh ayahnya, ia yang awalnya ingin menjadi teknisi, merubah keinginannya menjadi seorang dokter yang bisa membantu orang-orang yang sakit. Khususnya orang-orang yang tidak mampu.
George sering melihatnya keluar dari perpustakaan dan membawa banyak buku kemudian membacanya di taman belakang perpustakaan. Tidak hanya itu, seorang kepala pelayan pernah melihat lampu kamar Hans masih menyala tengah malam. Saat melihat kedalam, ternyata Hans sedang menulis dan disampingnya ada tumpukan buku.
Selama 3 tahun berturut-turut Hans rutin dengan kegiatan belajar mandirinya. Dia bisa membagi waktunya untuk belajar, bekerja n istirahat. Sampai pada suatu hari....
"Apakah kau masih bercita-cita menjadi seorang dokter?" Tanya George pada Hans dengan tiba-tiba saat ia sedang membersihkan sofa di ruang kerja George.
Hans terdiam & menoleh kearah tuannya yang tersenyum padanya. "Aku sudah tau kegiatan belajar yang kau lakukan setiap hari. Aku juga sering melihatmu bolak-balik keluar dari perpustakaan menuju taman dan duduk dibawah pohon apel favorit istriku."
Ia terkejut dan tak percaya tuannya tau. "Ku tanya sekali lagi, pemuda ambisius. Apakah kau masih bercita-cita menjadi seorang dokter?"
Pertanyaan itu membuyarkan lamunannya. Dengan yakin, ia menjawab "tentu saja, Tuan. Saya tidak akan melepas impian itu." George mengangguk. Kemudian menyuruh pelayan di sampingnya untuk memanggil seseorang.
"Santai saja. Duduklah dahulu di sofa." Kata George menenangkan Hans yang raut wajahnya terlihat tegang.
Beberapa menit kemudian.
"Hans. Ini Mr. Michael, dosen jurusan kedokteran di Universitas J. Dia yang akan membimbingmu sampai lulus dan menjadi dokter.
Mereka pun berjabat tangan dan dosen itu tersenyum padanya. "Dengan senang hati saya akan membimbing anda. Saya bisa merasakan tekad yang sangat kuat pada diri anda."
"Kalau begitu, Hans. Besok lusa kau bereskan barang-barangmu karena kau akan tinggal di asrama kampus." Hans terkejut mendengarnya ia langsung menggeleng tanda tidak setuju.
"Biarkan saya tetap bekerja di sini. Saya bisa mengatur waktu saya untuk bekerja n belajar." George pun menyetujuinya.
Akhirnya, Hans benar-benar belajar di universitas J, kampus impiannya. Tiap hari ia belajar dengan tekun dan selalu mendapatkan nilai yang memuaskan. Zack, sahabat baiknya selalu mendukungnya. Ia kerap kali berkunjung ke asramanya sebulan sekali untuk berbagi cerita mengenai kesehariannya. Dalam waktu 4 tahun, karena semangat dan kegigihannya, ia bisa lulus dan diterima kerja di rumah sakit dekat kampus itu sebagai dokter umum.
Flashback off
"Selamat datang. Silahkan masuk, Tuan" candanya. Zack melihat-lihat kedalam, ruangannya agak berantakan. "Cih! Ternyata dokter sama seperti orang pada umumnya. Lihat! Apakah kau bisa meyakinkanku bahwa kau benar-benar seorang dokter dengan ruang kerja yang berantakan seperti ini?"
"Hey! Aku sangat sibuk dari kemarin. Jadin, belum sempat merapikannya." Ucapnya kesal dengan mulut pedas sahabatnya.
"Sudah lama kita tidak ngobrol santai. Aku juga sedang ada waktu luang sampai jam 5 sore nanti." Zack mengeluarkan cemilan yang ia beli sebelum datang ke klinik Hans.
"Wah! Aku rindu masa-masa saat masih jadi pelayan. Ngobrol santai di dapur sambil makan cemilan." Kata Hans sambil menuang teh. Mereka menikmati cemilan yang manis itu sambil tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Tak!
Zack meletakkan cangkirnya sambil menatap jendela. "Hans, aku bertemu dengan 'wanita' itu" ucapnya santai. Hans yang asik mengunyah langsung berhenti menatap temannya dan buru-buru minum tehnya.
"Benarkah?? Dimana??" Tanyanya dengan ekspresi kaget. Zack menoleh dan tersenyum miring. "Di kediaman Tuan George"
BRAK!!!
"Bagaimana bisa?!"
"Tentu saja bisa. Dia tinggal bersama Robert, anak kedua Tuan George." Jawab Zack santai. Hans menggelengkan kepalanya, tidak percaya.
"Bisa-bisanya dia hidup bahagia dengan tangan yang masih 'berlumuran darah' "
"Oh, tentu saja. Kan ada Robert." Ucap Zack sambil mengepalkan tangannya. Memang, dari awal bertemu Robert, ia sudah sangat membencinya karena sifat angkuhnya itu. Dan ia pernah memergoki Robert sedang menendang adiknya.
Melihat gelagat sahabatnya, Hans buru-buru mengganti topik pembicaraan. "Hey! Aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu." Ia langsung membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah gambar anak laki-laki yang tampan dengan warna mata yang unik.
Zack menautkan alisnya. "Siapa dia?" Tanyanya. "Apa yang ada di pikiranmu saat melihat wajahnya?" Hans balik bertanya.
"Tampangnya seperti orang keturunan bangsawan. Mukanya mirip...." Zack menatap Hans yang duduk santai sambil menautkan jemarinya.
"Mirip 'dia' kan???" Tanya Hans. Zack hanya manggut-manggut. "Apakah warna rambutnya benar-benar seperti ini warnanya? Coklat kemerahan"
"Tentu! Aku sangat yakin. Bahkan aku sempat mengelusnya. Sangat tebal dan halus.".
Hans memiliki satu keahlian tersembunyi, yaitu menggambar apa yang ia lihat. Seperti sekarang ini. Menggambar bocah tampan yang menarik perhatiannya dan membuat penasaran.
"Dia pasien istimewa mu, ya?"
"Bukan, yaaa seperti pasien pada umumnya. Kasihan dia. Hidupnya pas-pasan. Orang tuanya entah pergi kemana. Dia tinggal bersama neneknya." Jelas Hans.
"Aku harus segera pulang. Gambar ini, biar ku bawa." Kata Zack yang bersiap keluar.
"Ya, bawa saja. Aku masih bisa menggambarnya lagi."
Saat Zack sudah di ambang pintu, Hans mencegatnya. "Ini alamat rumahku, jangan lupa berkunjung ya." Hans memasukkan kertas kecil yang ia lipat kedalam saku Zack.
"Tentu. Terimakasih atas penyambutan dan hadiahnya."
"Sampaikan salam ku untuk Tuan George." Kata Hans saat mengantarnya keluar. Zack mengangguk kemudian berjalan meninggalkan tempat itu.
"Ini makin seru. Tuan akan menyukainya." Gumamnya sambil menyeringai. Matanya terpejam mengingat gambar itu. "Tuan Raphael pasti senang memiliki adik laki-laki."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Halu
Wau misteri
2023-10-05
2
Helmi Sintya Junaedi
lanjut,,, bikin penasaran💪💪💪💪
2023-08-08
1