Keringat Lynn mengucur deras padahal, cuaca sedang tidak panas.
BRAK!
Pintu terbuka dengan paksa. Pemuda mabuk itu menyeringai, membuat Lynn ketakutan.
"Kenapa lama sekali di buka? Kau sengaja?" Ucapnya sambil menunjuk muka Lynn. Lynn terdiam menatapnya datar. Padahal dalam hatinya, ia merasa ketakutan.
"Haaaahhhh" Lynn menghembuskan napasnya berat. Sudah bertahun-tahun ia bersabar menghadapi sifat buruk anak bungsunya.
"Mau sampai kapan kamu begini terus, nak?" Tanya Lynn dengan lirih.
"Aku tidak mau mendengar apapun darimu. Cepat berikan ku uang!"
Alan menoleh kanan kiri mencari barang apa yang harus ia banting. Lynn langsung menyadarinya.
"Jangan buat keributan. Raka sedang sakit, nak " Kata Lynn dengan suara pelan.
"Cih!" Alan langsung duduk di kursi dengan ekspresi jengkel.
"Kali ini aku akan diam. Tapi, aku tetap minta uang sebesar 10.000 Dollar untuk membayar hutang" katanya sambil melirik sang ibu.
Lynn membelalakkan matanya. Ia terkejut. "Ap-"
"Oooh jadi, tidak mau memberi yaaa" Alan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar Lynn. Melihat itu, Lynn langsung menghentikannya.
Grep!
Seperti tau apa yang akan terjadi, Lynn menggenggam tangan Alan agar tidak masuk kedalam kamarnya.
"Ibu hanya punya 5000 Dollar. Tunggu di sini. Ibu akan-"
"Baiklah, karena aku sedang berbaik hati, aku tidak meminta lebih. Cepat berikan!"
Ia pun kembali duduk di atas bangku ruang tamu.
Sementara Lynn, bergegas mengambil uang 5000 Dollar dari tabungannya dengan perlahan agar cucunya tidak terbangun.
"Ini uang yang kamu minta. Sudah ya, ibu tidak punya simpanan lagi. Kamu pasti belum makan, ini kue favoritmu." Katanya sambil memberikan sebuah keranjang makanan berukuran kecil.
Alan tidak berkata apapun. Ia mengambil keranjang itu dengan kasar dan langsung pergi keluar rumah.
"Aku akan kembali lagi. Kalau sampai belum ada uang, akan ku jual rumah ini"
Brak!
Alan keluar sambil membanting pintu. Lynn mengelus dadanya, ia lega. Alan sudah pergi dan tidak mengganggu dirinya dan cucunya lagi. Meskipun begitu, ia tetap saja khawatir. Suatu saat, Alan akan kembali dan memintanya uang yang banyak.
Lynn mengunci pintu dan bergegas kembali ke kamar untuk mengecek cucunya. Masih terlelap. Lynn naik kasur dan ikut tidur disampingnya. Berharap esok hari akan ada keajaiban di hidupnya.
Kota X
Di Sebuah rumah besar dan mewah. Seorang pria tampan berusia 35 tahun dengan badan tegap dan tinggi, berjalan dengan angkuhnya melewati para pelayan yang menyambutnya. Langkanya berhenti ketika ia sampai di depan pintu bewarna coklat tua dengan gagangnya yang bewarna emas.
Tok Tok!
"Silahkan masuk" kata seseorang dari dalam ruangan.
Klek!
"Ayah, apa kabar? Sudah 3 tahun aku tidak mengunjungimu. Ayah sudah banyak berubah ya." Kata pria tampan itu dengan tersenyum sambil menghampiri pria tua yang sedang duduk sambil menyesap kopinya.
"Kamu juga sudah berubah, Robert. Ada apa kamu mendatangiku? Biasanya lupa dan asyik dengan perempuan-perempuan bayaranmu." Katanya sambil melirik wajah anaknya yang masam.
"Ayolah... Itu kan masa lalu ku. Sekarang, aku benar-benar sudah berubah. Perusahaan kecil yang ayah berikan padaku sudah berkembang dan cabangnya di mana-mana. Hidupku sudah lebih baik dan teratur." Robert langsung merubah ekspresinya saat membicarakan kehidupannya.
"Aku juga tidak main-main lagi. Aku sudah menikah dan di karuniai seorang anak cantik. Ayah pasti akan menyukainya.Tentu saja karena istriku yang cantik."
"Haaaaah." Pria tua itu menghembuskan napasnya berat. Ia bosan dengan ocehannya Robert.
"Yasudah. Kalau begitu, mana cucuku yang cantik itu?" Tanyanya sambil menatap wajah Robert.
"Oh, besok pagi ia akan datang." Jawab Robert sambil tersenyum miring. Pria tua itu tidak mengatakan apa-apa lagi. Kali ini ia sibuk dengan dokumen yang ada di tangannya.
"Kalau begitu, aku pamit dulu. Besok pagi, aku akan datang bersama keluarga kecilku. Sampai jumpa. Jaga kesehatan dan kurangi jumlah kopi ya, Ayah." Robert melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Cih! Keluarga kecil. Hhhhmmm..."
Tok! Tok!
"Tuan, ini sudah jam 10 malam. Tempat tidur anda sudah siap." Kata seseorang dari luar ruangan. "Masuk saja, Zack."
Klek!
Seorang pelayan masuk kemudian menutup kembali pintunya.
"Waktunya istirahat, Tuan George." Kata pelayan itu sambil merapihkan meja kerja tuannya.
"Kau cerewet sekali, Zack! Aku tau. Baru jam 10. Haaaah..... Kamu tidak mengerti betapa bosannya duduk di kamar terus." Protes George.
Zack hanya diam sambil menuntun tuannya keluar ruangan itu.
"Berada di kamar membuatku sedih. Bayang-bayang masa lalu bersama istriku terus bermunculan, Aku tidak mau larut dalam kesedihan." Zack hanya mengangguk.
Ya, istrinya George sudah meninggal duluan karena sakit sejak 8 tahun yang lalu. Tidak mudah bagi George untuk menerima kematiannya. Bahkan George pernah jatuh sakit sampai di rawat di rumah sakit selama 10 hari karena stress berat.
Maka itu, George menyibukkan dirinya dengan membaca buku, bekerja, dan menekuni hobinya yang sempat ia tinggalkan yaitu melukis. Dan semua itu George lakukan di ruang kerjanya.
Ceklek!
Zack membuka pintu kamar tidur tuannya dan George masuk sambil mendelik ke arah Zack.
"Saya mengkhawatirkan kesehatan anda, Tuan. Kalau anda sampai jatuh sakit, siapa yang akan mengurus FG Group? Dan para pembenci itu pastinya memanfaatkan momen tersebut untuk menghancurkan apa yang anda dan nyonya bangun selama ini." Jelas Zack panjang lebar.
George hanya tersenyum. Beberapa saat kemudian, George sudah siap tidur. Saat Zack hendak keluar dari kamar tuannya, tiba-tiba George berkata "tadi Robert datang. Penampilannya sudah berubah. Cara bicaranya saja yang belum berubah. Dari gelagatnya, ia seperti orang yang sedang menyembunyikan sesuatu."
Zack hanya tersenyum mendengar tuannya bercerita.
"Besok ia akan datang bersama keluarga kecilnya. Nah, Zack. Kamu tau tugasmu, kan? Tanya George. Zack mengangguk dan menunduk hormat. Ia pun keluar dari kamar tuannya dan berjalan menuju kamarnya.
"Tugas kali ini sepertinya agak menyenangkan. Hhhmmm...." Katanya sambil menyeringai.
Saat sampai di kamar, ia langsung membersihkan badannya dan memakai piyamanya untuk bersiap tidur.
Ia duduk diatas ranjangnya sambil memandang langit lewat jendela kamarnya. "Aku berharap esok hari, semuanya berjalan dengan lancar." Gumamnya.
"Tuan Robert, semoga anda senang dengan penyambutan dari kami." Setelah itu, Zack tertidur.
Esok harinya di pagi hari. Kediaman George sudah ramai dengan suara barang-barang yang dipindahkan. Para pelayan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
"Zack, apakah semuanya sudah siap?" Tanya George pada pelayan setianya. "Tentu saja, Tuan. Semuanya sudah siap sesuai keinginan anda." Kata Zack sambil membantu George memakai pakaiannya. Setelah itu, Ia menyisir rambut tuannya yang sudah banyak ditumbuhi uban.
"Sudah rapi, Tuan."
"Hhhhmmm.... Selalu memuaskan" Pujinya. George selalu puas dengan hasil kerja Zack.
Mereka pun berjalan menuju ruang tamu. Zack menuntun tuannya menuruni tangga padahal, sebenarnya George masih bisa melakukannya sendiri meskipun tertatih-tatih.
Sebuah mobil mewah datang. Seorang pelayan langsung menghampirinya dan membukakan pintu mobil.
"Selamat datang kembali, Tuan Robert." Kata seorang pelayan menyambutnya di halaman depan rumah.
Seperti biasa, Robert melenggang pergi. Tangan kanannya menggandeng seorang wanita cantik dan tangan kirinya menggendong seorang bocah berusia 2 tahun. Di susul seorang wanita paruh baya, pengasuh bocah itu.
"Selamat datang. Tuan, Nyonya dan Nona." Zack dan pelayan lainnya menyambut mereka dengan hormat.
"Waaah ini menarik" kata Zack dalam hati sambil tersenyum misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments