Because Of You
[[REVISI]]
Surakarta, Desember 2018
-
[Lina]
Hujan masih mengguyur kota Surakarta sore ini. Udara dingin disambung dengan suara dedaunan bergoyang dan saling bergesekan membuat melodi tersendiri di telingaku. Aku duduk di balkon kamarku menatap setiap tetes air hujan yang turun, meratapi nasibku yang sudah mirip Siti Nurbaya. Aku kembali meneguk segelas susu cokelat yang masih mengeluarkan asap, kemudian kuletakkan di meja kecil di sampingku.
Aku mendengus.
Kesal.
Aku masih berusia 17 tahun, bahkan baru minggu lalu aku merayakan ulang tahunku yang ke-17. Mereka dengan santainya mengatakan niatnya untuk menjodohkanku dengan putra sahabat ibuku. Katanya sih supaya mengeluarkanku dari masalah ekonomi yang tengah menjerat keluargaku karena pria itu berasal dari keluarga kaya.
Aku berdiri dan berjalan kembali ke kamarku dengan membawa cangkir yang tadi kugunakan untuk menikmati susu cokelat. Aku duduk di tempat tidurku setelah meletakkannya di meja belajarku. Aku menatap sebuah gaun putih yang tergantung di dekat lemariku. Tak menyangka besok aku harus bertunangan. Padahal melihatnya saja belum pernah bagaimana bisa bertunangan?
“Lin?” panggil seseorang yang kutahu adalah ibuku. Ia kemudian membuka sedikit pintu kamarku dan memasukkan kepalanya. “Mama masuk ya?”
Belum saja aku menjawab, ibuku sudah membuka pintu kamarku sepenuhnya dan masuk. Ia menatapku sejenak kemudian duduk di sampingku. Ia mengelus pundakku. “Mama minta maaf memaksamu seperti ini. Tapi kami cuma ingin kamu ada yang ngurus. Kamu kan tahu Mama juga sudah nggak sanggup penuhi kebutuhan kamu yang tiap tahun tambah banyak.”
Oh Tuhan bisakah aku lari dari semua ini?
Jika bukan karenanya, aku tidak akan menyetujui perjodohan gila ini. Aku menyayanginya bahkan sangat sangat menyayanginya. Aku bukan tipe anak yang pembangkang dan suka membantah keinginan dan perintah orang tua. Dan ini adalah permintaan terakhir ayah dan ibuku sebelum mereka bercerai.
Aku tak begitu ingat kapan mereka bercerai. Saat SD, ayahku memang selalu mengantar jemputku seperti biasa, tapi ia jarang pulang ke rumah, katanya ada urusan di luar kota. Waktu itu keluarga kami punya banyak uang, tetapi sedikit waktu untuk bersama. Ayahku hanya menurutiku membeli yang aku inginkan, mulai dari makanan hingga mainan yang mahal. Juga membayar uang sekolah yang terbilang mahal karena aku bersekolah di sekolah swasta internasional. Setiap pulang sekolah aku bercerita kalau teman-temanku punya tempat pensil bertingkat, tas sekolah yang bisa ditarik seperti koper, sling bag yang berbentuk seperti boneka, jam tangan laser yang bisa mengeluarkan gambar-gambar lucu. Ayahku langsung membelikannya dong! Idaman banget memang. Tapi ketika aku memasuki kelas 6 SD, aku mulai berpikir apakah sebanding jika waktu quality time itu ditukar dengan hadiah-hadiah mahal seperti itu? Kurasa tidak.
Barulah semasa SMP keberadaannya di rumah semakin jarang lagi. Mama bilang kalau Papa dapat kerja di Malaysia dan hanya bisa pulang setahun sekali. Ya awalnya begitu. Namun tahun-tahun berikutnya tak pernah kembali. Bahkan saat kelas IX, Mama harus bekerja lebih keras untuk bisa memasukkanku ke SMA yang masih satu yayasan dengan SMPku. Mungkin di periode ini, Mama melakukan perjanjian itu pada Bu Kirana, secara beliau adalah ketua yayasan seligus teman lama Mamaku.
“Nanti jam tujuh kita akan dinner sama mereka, di resto dekat rumahnya. Kamu siap-siap yang rapi.” katanya. Aku hanya terdiam. “Mama yakin 100% kamu akan suka sama dia. Sudah ganteng, rajin bekerja, kaya lagi. Kurang apa sih dia? Nggak ada kurangnya!”
Iya nggak ada kurangnya caranya mempromosikan calon mantu! Ya katanya suami-able, tapi berat bagiku menerima hal gila ini. Bukan hanya karena masa depan yang telah aku rencanakan auto-deleted dari folder kehidupanku, juga karena aku sedang menanti kepulangan seseorang yang berjanji mengubah statusku dari girl friend menjadi girlfriend.
***
Aku sudah bersiap dengan inner turtle neck warna hitam dipadukan dengan rok batik warna abu-abu tua serta sneakers putih. Rambutku tergerai dan dihiasi jedai warna ungu untuk mengikat sebagian poni rambutku. Meskipun terpaksa, tak bisa disangkal aku juga semakin penasaran siapakah pria yang akan menjadi pendamping hidupku, yang selalu mereka promosikan.
Ibuku tersenyum melihatku dari mulut pintu. Ia merangkulku kemudian mengajakku keluar. Aku menutup pintu kamarku. Kami berjalan menuruni tangga lalu berjalan dan memasuki taksi online yang sudah kami pesan menuju Crystal Saphiere Restaurant yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. Huh, memang beda kelasnya. Aku yang terbiasa makan di Rumah Makan Sederhana atau ya paling banter McD atau KFC, sangat terkejut mengetahui restoran yang mereka pilih.
Sesampainya di lokasi, aku benar-benar terkejut ketika Mama menyalami Bu Kirana dan memperkenalkannya sebagai calon mertuaku. Bu Kirana adalah kepala yayasan yang membawahi sekolahku. Jadi ya bisa dibilang dia pengelola sekolah. Meski bukan pemiliknya, tapi ia sama dihormatinya dengan pemilik sekolah. “San-san mana?” tanya Mama ketika mengetahui yang turun dari mobil hanya Bu Kirana dan suaminya.
Oke noted. Namanya San-san.
Ia tersenyum. “Itu tadi yang antar San-san. Dia buru-buru harus ke sekolah lagi karena ada rapat persiapan ujian akhir semester. Sayang banget sih. Katanya dia pengen banget ketemu Lina. Harusnya kalian sudah sering bertemu di sekolah. Tapi ya... momen seperti ini beda.”
Aku berusaha mencerna maksud kalimatnya.
Bertemu di sekolah?
Jadi dia guruku?
Oh my God!
”Masuk yuk! Saya nggak sabar ngobrol sama kamu, Lina!” Bu Kirana meraih tanganku dan menariknya. Aku berjalan cepat untuk menyamai langkahnya. Telat sedikit bisa njungkel.
“San-san bilang Lina pendiam ya? Atau cuma di kelas saja?” tanya Pak Doni, suami Bu Kirana. Kami menunggu lift terbuka. Aku tersenyum getir.
“Dia banyak cerita tentang Saya ya Pak?”
“Setiap kami tanya tentang kamu, San-san langsung bersemangat menceritakan.”
Jadi penasaran siapa dia. Setahuku di sekolah tak ada guru bernama San-san.
Tak lama pintu lift terbuka. Kami menuju restoran yang dituju. Menunggu makanan datang sambil mendengarkan ketiga orang itu bercerita. Huh membosankan. Aku mulai memainkan ponselku, dan tiba-tiba seseorang meneleponku. Aku tersenyum. Aku ijin keluar untuk mengangkat telepon pada mereka.
“Halo Mas!” ucapku dengan girang. “Masih. Kamu udah balik? Kapan? Oh gitu... Boleh, sabtu ini aku kosong.”
Namanya Krisna, dia adalah orang yang aku ceritakan tadi. Mas Krisna usianya 8 tahun lebih tua dariku. Dia ternyata sudah kembali ke Indonesia sejak akhir tahun lalu dengan membawa gelar MBBS (Bachelor of Medicine, Bachelor of Surgery) dari China dan telah menyelesaikan program adaptasi selama satu tahun. Sempat aku berpikir ‘kok bisa?’ Jawabannya adalah punya orang dalam! Ya yang aku tahu ayahnya itu salah satu anggota KKI (Konsil Kedokteran Indonesia) dan sepupunya adalah dekan di Fakultas Kedokteran di salah satu universitas negeri. Yah memang negara konoha, semua lancar kalau punya orang dalam!
Dan ya... Krisna katanya akan membuka praktek mulai bulan depan. I’m so proud. Warga Solo juga harus bangga punya dokter lulusan luar negeri, yang pastinya sangat kompeten.
Lalu sekarang pertanyaannya: ngejar Mas Krisna atau menerima perjodohan dengan San-san yang belum jelas bentukannya kayak gimana. Sama-sama berduit sih. Satunya anak anggota KKI yang berprofesi dokter, dan yang satu meski cuma berprofesi sebagai guru, tapi dia adalah anak ketua yayasan.
Let it flow!
Aku melihat jam di ponselku. Sudah hampir jam 9. Tidak terasa ngobrol dengan Mas Krisna sudah satu jam. “Mas, maaf ya aku matiin dulu. Aku harus balik ke acara.”
“Acara apa?”
“Dinner sama... sama...” Aku segera memutar otak untuk menutupi perjodohan gila ini. Malu yang ada. “Itu... aku baru nemeni Mama dinner sama temen-temennya.”
“Dimana? Kalau aku bisa, aku jemput.”
“Nggak ngerepoti? Aku di BW, Best Western Solo Baru, deket sekolahku.”
“Wah ya nggak papa banget! Aku juga mau mampir ke rumah orang tuaku dulu daerah sana.”
“Oh ya udah kalau gitu. Nanti kabari aja kalau udah nyampe!” Aku mematikan sambungan telepon dan segera kembali ke ruangan.
----
Catatan revisi Bab I:
- Penggantian latar waktu dari tahun 2012 menjadi tahun 2018. Mengapa? karena dapat memudahkan author membayangkan hal yang terjadi pada masa tersebut karena tidak terlalu jauh dari saat naskah ini direvisi (2023).
- Penambahan narasi untuk memperkuat cerita dan karakter tokoh.
- Penggantian latar belakang pendidikan dan keluarga dari beberapa tokoh.
Regards,
Queensy Fancy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
resni
kayak tetangga sebelah gw wkwkw🤣🤣🤣 tpi dia nikah mah pas lulus SMA tunangannya pas kls 2 dong😆😆😆
2022-10-15
0
Malinah Chubbydutz
cerita yang menarik ...
2022-01-02
1
Reiva Momi
awal yg bagus👍
2021-12-09
1