Mataku masih saja menerawang jauh. Menikmati malam indah ini. Cerah, berbintang. Aku masih berkutat dengan beberapa tugas sekolahku yang mulai menumpuk. Tentu sejak aku ijin tidak masuk sekolah karena ada acara keluarga. Ah bukan. Bukan acara keluarga. Namun tepatnya pernikahanku.
Aku masih di temani angin malam yang mulai berubah menjadi dingin. Dan tugasku belum juga selesai. Lelah dan kantuk telah menghantuiku beberapa kali. Namun tugas ini tetap tidak bisa menungguku.
Aku menghentikan aktivitasku sejenak ketika mataku kembali menatap sebuah cincin emas yang telah melingkar di jari manis tangan kananku. Entah sejak kapan hati ini menerima pernikahan itu. Pernikahan yang hanya kulandasi rasa kagum padanya. Bukan cinta!
Aku tersenyum melihat pria itu. Pria yang dua hari ini selalu aku lihat pertama kali aku membuka mata di pagi hari dan terakhir kali di malam hari. Ya dialah Krisan, suamiku. Kalian boleh menyebutnya guruku juga. Dia itu wali kelasku yang entah sejak kapan berubah status menjadi suamiku.
“Masih belum selesai, Dek?” aku menggeleng. “Mas bantu ya?” aku menggeleng lagi. “Kenapa?”
“Mas, ini kan tugas geografi, mapel yang Mas Kris ampu. Masa yang ngerjain gurunya sendiri. Nggak adil lah, Mas. Biar aku ngerjain sendiri.”
“Iya, Mas tahu. Tapi mukamu udah lelah gitu kelihatannya. Ini juga udah jam sepuluh. Besok katanya mau masuk sekolah.”
“Ya tapi –” belum sempat aku meneruskan ucapanku, tangannya sudah mendarat di bibirku.
“Tidur saja sana. Mas tunda pengumpulannya.” aku menggeleng. “Atau aku –” katanya sambil memonyongkan bibirnya hendak mencium bibirku.
Aku mendengus kesal dan segera masuk ke kamar. Tak tahu kecelakaan apa yang membuat otaknya menjadi mesum. Memang aku dan dia belum melakukan apapun. Tapi kayaknya pria itu udah seperti cacing kepanasan setiap malamnya. Kasihan sih sebenarnya. Tapi kalau aku meladeninya bisa-bisa aku hamil di usia muda dan aku belum siap itu.
Setelah membersihkan tubuhku aku segera berbaring dan menenggelamkan seluruh tubuhku dalam selimut. Aku memang belum begitu nyaman dengan kamar dan rumah baru ini. Rumah besar namun tak ada tanda kehidupan selain aku dan Krisan. Rasanya begitu menyeramkan. Maklum saja ini rumah hasil kerja keras Krisan sejak remaja. Dan baru dipakai ketika sudah menikah seperti ini.
Aku mengumpati diriku sendiri. Mengapa aku mau jadi isteri pria itu? Cinta saja tidak. Waktu memang ajaib. Seajaib teori-teori pembentukan bumi yang tak tahu yang mana yang benar.
Sebuah tangan tiba-tiba saja melingkar di pinggangku. Siapa lagi kalau bukan suamiku. Dia selalu saja seperti ini. Nempel bak perangko. Aku berharap saja besok dan seterusnya ketika di sekolah dia tidak terus-terusan mengekoriku.
“Mas, jangan menggoda imanku!” bentakku sambil berusaha melepaskan tangannya.
“Mengapa? Nggak mau Mas peluk?”
“Bukan gitu, Mas. Pelukan Mas Kris itu meruntuhkan imanku tau nggak!”
“Kamu juga sih yang terlalu cantik dan mempesona sehingga Mas nggak bisa nahan ini tangan.”
“Sudah ah, Mas, aku mau tidur!” tiba-tiba saja bibirnya telah mendarat tepat di bibirku. Cukup lama. “AA FIRST KISS KU!!”
“Bagus dong first kiss mu aku yang ambil, berarti kamu masih ori.” katanya sambil tersenyum.
“Mas kira aku apaan ori.” aku membalikan tubuhku. Rasanya jantungku bak orang lari maraton. Berdebar begitu kencang. Mungkin saat ini pipiku sudah berubah bak udang dari penggorengan. Ya Tuhan!
“Ya itu kan tandanya kamu belum pernah –”
“Astaga, Mas. Aku ini pacaran aja belum pernah. Masa iya mau ciuman sama cowok lain. Hellow!”
Tiba-tiba tangannya kembali menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Hangat. Astaga perasaan apa yang kurasakan. Mengapa jantungku berdetak semakin kencang. Apakah aku bisa lari sekarang juga?
“Sudah tidur jangan cerewet mulu. Aku baru tahu ya seorang Carlina ternyata aslinya seperti ini.” aku hanya tersenyum. Benar katanya. Aku sudah banyak berubah. Mungkin sejak aku bertunangan dan menikah dengannya. Semua berubah.
***
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku ketika mentari menyusup celah-celah jendela kamarku. Aku menggeliat. Menatap jam dindingku yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Hah jam enam?!
“Mau kemana, dek?” ia memelukku erat mencegahku pergi.
“Mandi lah, Mas. Udah jam enam. Ntar telat lagi.”
“Mandi bareng?”
“Hih enggak!” aku melepaskan pelukannya. Namun usahaku gagal.
“Kiss dulu dong!” Krisan kembali memonyongkan bibirnya. Oh ya Tuhan apa salah hamba punya suami yang manja banget!
“Nggak ah, Mas. Ntar telat lo. Hari ini upacara kan?”
“Biarin telat. Paling kamu berdiri di barisan khusus.” aku tersenyum kecut. “Pokoknya kiss dulu baru aku lepasin.”
“Aduh deh ya, Mas. Nanti aja kalau nggak buru-buru.” aku berusaha melepaskannya. Dan akhirnya!
“Dek, kiss dulu!!”
“Nggak, Mas!!” kataku sambil berlari masuk ke kamar mandi. Astaga ternyata Krisan manja banget sumpah!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Fitriani
bucun dianya 😁😁😁
2020-12-11
0
Putrii rachma
sm d kasih pov ya thor biar enak bacanya ..
2020-11-26
0
Win_dha88
Koq cepat banget Nikah nya ..
padahal khan bs nunggu lulus sekolah dlu...
aq aja kenalan sama suami pas bru mau jd MaBa..
setahun pacaran tunangan.. trus dia nunggu 2,5 tahun aq beres kuliah bru nikah...
maka nya ngga sempat kerja langsung jd IRT...
2020-10-16
4