Ayah Temanku Ternyata Sugar Deddy

Ayah Temanku Ternyata Sugar Deddy

Satu

Gadis dengan surai rambut panjang yang indah. Matanya yang besar, dilengkapi dengan bulu mata lentik, memberikan pesona yang tak terbantahkan. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis menambahkan keanggunan pada wajahnya. Dengan tubuh yang tinggi dan proporsional, di usia 18 tahun, dia terlihat begitu ideal.

Wajahnya adalah perpaduan sempurna antara kecantikan dan keimutan, yang membuat siapa pun yang melihatnya merasa gemas dan terpesona. Setiap kali dia melintas, pandangan orang-orang terpaku padanya, terpesona oleh pesona alaminya yang tak tergantikan.

Namun, meskipun memiliki kecantikan yang menakjubkan, dia memilih untuk menjomblo karena tidak ingin terlibat dalam hubungan yang rumit dan membebani pikiran dan hatinya.

Namun, takdir mempertemukannya dengan sebuah percintaan yang rumit dan tak terduga. Dia terlibat dalam hubungan yang melibatkan Ayah dari salah satu temannya. Kisah cintanya yang rumit ini akan mengungkapkan bagaimana ia menghadapi perasaan yang tumbuh di dalam hatinya dan bagaimana dia menavigasi hubungan yang penuh dengan konflik dan dilema.

Calista Ratu Ayudya, anak tunggal dari keluarga pengusaha batu bara di kota X, hidup dalam kemewahan yang tak terbatas. Namun, kekayaan yang dimilikinya tidak pernah membuatnya sombong. Calista selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa kekayaan itu milik orang tuanya, bukan dirinya. Ia memiliki sifat yang rendah hati dan ceria, yang membuatnya disukai oleh siapa pun yang berinteraksi dengannya. Meskipun begitu, Calista tidak terlalu dekat dengan banyak orang. Ia menjadi selektif dalam memilih teman, karena pernah mengalami pengkhianatan dari seorang teman saat masih bersekolah di SMP. Pengalaman itu membuatnya lebih berhati-hati dalam mempercayai orang lain.

Dalam hidupnya, Calista hanya memiliki dua orang teman yang sangat dekat dengannya, yaitu Panji Prayudya dan Kiara Putri. Mereka bertiga telah melewati banyak hal bersama sejak masa SMP. Meskipun tidak memiliki banyak teman, persahabatan mereka begitu kuat dan tulus. Mereka saling mendukung dan menjadi sumber kekuatan satu sama lain.

Panji Prayudya, dengan postur tubuh ideal dan wajah yang menawan seperti cowok Korea, menjadi sosok yang menarik perhatian. Keturunan Korea dan Indonesia, Panji adalah anak tunggal dari keluarga yang kaya raya, mirip dengan Calista. Ayahnya memiliki banyak cabang perusahaan di bidang furniture, yang membuat Panji tumbuh dalam kemewahan dan kenyamanan.

Sementara itu, Kiara Putri adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Dia memiliki kakak perempuan yang sudah berkeluarga dan kakak laki-laki yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Kiara juga merupakan anak dari pasangan pengusaha yang sukses. Ayahnya adalah seorang pengusaha kuliner dengan berbagai cabang restoran terkenal di kota mereka, sementara ibunya adalah seorang desainer fashion yang memiliki butik yang sangat terkenal.

Calista dikenal berteman baik dengan dua orang tersebut. Mereka tidak pernah memanfaatkan Calista, pertemanan mereka juga sangat unik karena mereka terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki.

Sementara itu, kedua orang tua Calista selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, yang membuat hari-harinya terasa sangat kesepian. Calista tinggal bersama para pembantu di rumah yang cukup besar itu. Meskipun Calista selalu menginginkan kebersamaan dengan keluarganya, namun sayangnya orang tuanya terlalu terikat dengan pekerjaan mereka sehingga jarang bisa memberikan perhatian dan kasih sayang kepada Calista.

...----------------...

Suasana di pagi hari begitu menyegarkan. Suara burung berkicauan dengan riang di luar jendela. Cahaya matahari yang terang dan hangat memancar melalui jendela kaca kamar Calista, menerangi setiap sudut ruangan.

Calista, yang masih terlelap di balik selimut tebalnya, merasa terusik oleh kegaduhan pagi itu. Dia menggeliat dan memperlihatkan wajahnya yang masih terlelap. "Huh, sudah pagi rupanya. ngak heran berisik banget," ucap Calista dengan suara khas orang yang baru bangun tidur, sambil menutupi mulutnya yang tengah menguap.

Meskipun sudah pukul 06.00 pagi, Calista masih enggan untuk bangun dari tempat tidurnya. Dia merasakan kenyamanan dan kehangatan dalam selimut tebalnya, membuatnya ingin menikmati momen ini sejenak sebelum benar-benar memulai hari.

"Non, bangun Non, sudah siang," ucap pembantunya yang bernama Bi Mirna, sambil mengetuk pintu kamar Calista dengan lembut.

Calista berjalan menuju pintu kamarnya dengan langkah lemas, seolah-olah berat badannya dua kali lipat. Saat membuka pintu, dia menemukan Bi Mirna berdiri di balik pintu, dengan senyum hangat dan sabar di wajahnya.

"Iya, Bi, aku udah bangun. Sebentar lagi mau mandi," ucap Calista kepada Bi Mirna, sambil mengucek pelan matanya yang masih berat karena kantuk. Bi Mirna mengangguk paham.

"Ya sudah, cepat mandinya. Bibi sudah siapkan makanan di bawah ya, Non," ujar Bi Mirna, menatap Calista yang masih tampak belum sepenuhnya tersadar dari kantuknya.

"Iya, Bi, siap. Eh, Bi, Calista mau tanya, semalam Bunda sama Ayah pulang nggak?" tanya Calista, membuat Bi Mirna yang hendak pergi berhenti sejenak.

"Ngak, Non, semalam Nyonya sama Tuan nggak ada yang pulang," jelas Bi Mirna, menoleh ke arah Calista yang mengangguk paham.

"Hem, ya udah deh, Bi. Calista mau masuk dulu, mau mandi, udah siang," ucap Calista dengan wajah yang tampak sedih. Dia memilih untuk masuk dan menutup pintu kamarnya, meninggalkan Bi Mirna di luar.

"Hem, begini ya rasanya jadi anak tunggal. Nggak ada yang bisa diajak curhat, nggak bisa diajak makan bareng, atau nggak ada yang menemani kalau lagi kesepian," gumam Calista dengan nada sedih. Dia berjalan dengan langkah malas menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.

Calista adalah murid kelas 12 di sekolahnya, Florence High School, yang berlokasi di kota X. Dia dikenal sebagai murid yang pintar dan cantik. Kombinasi kecerdasan dan kecantikan Calista seringkali membuat beberapa murid lain merasa iri terhadap dirinya.

Setelah tiga puluh menit kemudian, Calista selesai dengan ritual mandinya. Rambutnya masih basah dan bau sabun yang harum menyeruak di dalam kamarnya. Calista memilih untuk mengeringkan rambutnya dan kemudian memakai seragam sekolahnya. Dia membiarkan rambutnya tergerai bebas dengan sedikit dicurly dan wajahnya memakai make up tipis dengan mengoleskan lip balm pada bibir cherry-nya.

"Wah, cantik banget gue," puji Calista pada diri sendiri sambil melihat ke arah pantulan cermin yang berada di depannya.

"Tapi sayang, cantik-cantik gini masih jomblo. Eh, biarin aja, gue nggak mau pusing mikirin masalah percintaan yang ujung-ujungnya putus. Mending langsung nikah aja, nggak sih? Lebih enak, heheh," monolog Calista dengan pemikiran absurd yang ada di dalam otaknya.

Setelah selesai berdandan, Calista memilih untuk keluar dari kamarnya dan menuju ke lantai bawah. Dengan langkah pelan, dia menuruni anak tangga satu per satu. Begitu sampai di ruang makan, dia melihat meja makan yang penuh dengan berbagai jenis makanan, namun terasa sepi karena tidak ada orang lain di sana selain dirinya.

"Rumah sebesar ini cuma gue yang makan sendirian. Nasib jadi anak tunggal yang ngak pernah diperhatikan," ucap Calista sambil menghela nafas panjang. Dia berjalan menuju meja makan yang sudah dipenuhi dengan berbagai jenis makanan dan langsung mendudukkan dirinya untuk menikmati makanannya.

Tak ada suara perbincangan, tak ada suara denting sendok yang ramai, hanya suara denting sendok yang beradu dengan piring milik Calista. Kesunyian melanda di rumah besar milik orang tuanya, menciptakan suasana yang hampa dan sepi.

Setelah selesai makan, Calista memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Dengan langkah lesu, dia keluar dari rumah dan menuju ke depan, di mana supir pribadinya sudah menunggu. Tanpa membutuhkan waktu lama, Calista tiba di sekolah tepat waktu. Suasana sekolah terlihat ramai dengan banyaknya murid yang mulai berdatangan. Calista, yang masih berada di depan pintu gerbang sekolah, melangkah menuju area sekolah.

Calista mengedarkan pandangannya ke penjuru sekolah, mencari seseorang yang biasanya menunggunya. Tepat di area parkir sekolah, Calista melihat Panji keluar dari mobilnya dengan gaya yang terlihat sok ganteng menurut Calista.

"Woy, tutup panci tumbenan banget! Gue datang, lo baru datang. Biasanya gue datang, lo udah nungguin gue lama," seru Calista sambil menghampiri Panji yang sudah berada di samping mobilnya.

"Wah, sembarangan banget lo ganti nama gue," kesal Panji dengan wajah datar, menatap jengah Calista yang berdiri di sampingnya.

"Biarin. Oh ya, tumbenan lo nggak dianter?" tanya Calista, melihat Panji membawa mobilnya sendiri ke sekolah.

"Iya, lagi pengen bawa mobil aja sih," jawab Panji, membuat Calista menganggukkan kepalanya paham.

"Oh ya, kok Kiara belum menampakkan batang upilnya?" tanya Calista, sambil melihat ke sekelilingnya mencari keberadaan teman yang satu lagi belum muncul.

"Seperti biasa, dia selalu datang terakhir," ucap Panji sambil melirik ke arah Calista.

"Ya udah, ayo masuk dulu," ucap Calista sambil menggandeng lengan Panji dan melangkah menuju kelas mereka. Panji segera menyamai langkah Calista.

Terpopuler

Comments

Victorfann1dehange

Victorfann1dehange

Bikin terharu sampai mewek.

2023-08-03

1

Apollogurl_01

Apollogurl_01

Jujur aja, ini cerita paling asyik yang pernah aku baca.👍

2023-08-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!