Empat

Calista masih menidurkan kepalanya di atas meja dengan tangan Panji yang masih telaten mengusap kepala Calista sampai Calista mendongak melihat wajah Panji yang seketika menghentikan gerakan tangannya dari kepala Calista. Panji seketika menatap wajah Calista dengan penuh tanya.

"Kenapa Ta?," tanya Panji dengan heran melihat wajah Calista yang matanya terlihat sayu.

"Lo jangan usap kepala gue Nji bikin ngantuk," tegur Calista seraya menengadahkan wajahnya dan merapihkan rambut yang terlihat sudah acak-acakan.

"Ya ngantuk tinggal tidur lah Ta ngapain melek lagi," ucap Panji dengan santainya ke arah Calista.

"Lo kira ini rumah Nji ini kantin ogeb! Gue mau makan bukanya mau tidur," ujarnya dengan kesal sambil memutar bola matanya malas.

"Selow dong babi jangan marah gitu entar cantik lo ilang," goda Panji dengan senyuman manis di

wajahnya.

"Babi palalo." Seru Calista dengan suara lantangnya.

Sedangkan dari arah kejauhan Kiara sudah selesai dengan pesananya dan membawa makanan menggunakan nampan yang berada di kedua tangannya. Kiara melangkahkan kaki menuju ke tempat duduk Calista dan Panji, Kiara melihat mereka yang lagi-lagi sedang memperdebatkan sesuatu.

"Woy para rakyat yang tak mempunyai akhlak makanan sudah datang jangan pada adu bacot teruss," ucap Kiara dengan suara lantangnya menuju ke arah meja Panji dan Calista.

"Panji tau Ki yang usilin gue terus," adu Calista ke arah Kiara yang sedang menaruh makanan mereka di atas meja beserta dengan minumannya.

"Idih kapan gue usilin lo yang ada lo kali yang tiap hari moncongnya ngak pernah selow kalo bicara sama gue," ucap Panji yang menyangkal tuduhan Kiara dengan wajah kesalnya.

"Lo nya aja yang mancing emosi gue terus," tukas Kiara ke arah Panji.

"Udah moncong lo berdua kalo mau diadu pending dulu, utamakan mengisi perut dari pada mengisi bacotan yang tak ada faedahnya," ketus Kiara seraya menyerahkan makanan ke arah mereka berdua.

"Wah surga dunia nih," ucap Calista dengan menerima makanan dari Kiara.

"Awas perut lo mules baru tau rasa!," ucap Panji yang melihat makanan Calista berwarna merah dengan banyak cabai di atas kuah baksonya.

"Lo mah punya moncong ngak pernah doain yang baik-baik buat gue Nji."

"Gue cuma bilang bukan doa kutu air!."

Calista mengabaikan perkataan Panji dan memilih menikmati makananya, begitu juga dengan Kiara yang sedari tadi sudah makan tanpa menunggu dua temannya yang selalu ribut.

Tak butuh waktu lama mereka pun selesai memakannya dan memilih untuk melangkahkan kakinya meninggalkan area kantin, mereka berjalan berdampingan, posisinya Calista berada ditengah kedua temannya, dengan Panji menggandeng tangan Calista, sedangkan Calista menggandeng tangan Kiara yang berada di sampingnya.

Di pertengahan jalan mereka dihadang oleh tiga cewe yang berdandan menor bak badut lampu merah.

"Heh lo ya yang namanya Calista!," tunjuknya ke arah Kiara yang langsung terkejut melihat dia disebut dengan salah nama.

"Bukan tante ini nih samping gue yang namanya Calista," timpal Calista yang menunjuk sampingnya ke arah Panji.

Panji yang dituduh pun menoleh ke arah Calista dengan mata tajam seraya melotot ke wajahnya.

"Ngak usah pada bercanda deh, mana yang di sini namanya Calista hah!," seru seorang di depannya dengan lantang.

"Hus jauhin tuh moncong lo jangan kedeketan bau taik tauk!," ejek Calista seraya menutup hidungnya yang mengundang gelak tawa mereka yang melihat perdebatan Calista dan tiga cabai di depannya.

"Jangan sembarangan ya lo kalo ngebacot!," marah seseorang tersebut seraya tanganya menunjuk ke hadapan muka Calista.

"Heh Ndin itu yang namanya Calista di depan lo yang dari tadi ngejek lo," bisik salah satu temannya yang berada di samping. Ternyata orang yang sedang melabrak Calista bernama Andin.

"Oh jadi lo yang namanya Calista," ucapnya seraya melihat tubuh Calista dari atas sampai bawah dengan tatapan remehnya.

"Kenapa? Cantik kan gue?," tanya calsita dengan dengan wajah sombongnya yang membanggakan diri seraya bersedekap dada.

"Pede banget lo, muka kaya boneka lampu merah aja bangga banget lo," ejek Andin seraya menyunggingkan senyum di wajahnya.

Mendengar lawan bicaranya yang terang-terangan mengejek Calista, Calista pun tak tinggal diam dan Calista tersenyum miring menatap lawan bicaranya dengan tatapan merendahkan.

"Oh ya? Apa kabar muka lo yang mirip kek boneka santet? Pantes lo ke sekolah dandanannya kek gini? Lo mau sekolah apa mau jual diri?," sarkas Calista dengan ucapan tajamnya ke arah lawan bicaranya serta mendapat tatapan kagum dari mereka yang melihat Calista dengan tenang melawan orang di depannya.

"Kurang ajar lo!," seru Andin dengan mengangkat tangannya ingin menampar Calista namun di cekal oleh Panji dengan mencengkeram kuat tangan Andin yang membuat Andin meringis kesakitan.

"Jangan macem-macem sama temen gue!," tegas Panji dengan wajah yang terlihat menahan rasa kesalnya seraya menghempaskan tangan Andin dengan kasar.

"Wah ternyata lo berani banget yah mau nampar gue dilihatin banyak murid di sini, gak heran sih modelan kek lo kelakuanya kek gini ngak pernah makan papan tulis kan lo, kaya gue dong pemakan segalanya apa lagi yang modelan kek lo! Udah jadi santapan bagi gue, eh tapi gue ngak doyan tampang kek lo paling ya gue ambil ginjalnya terus dijual deh," ucap Calista dengan senyum smrik di wajahnya yang membuat Andin menguk ludah nya dengan kasar.

Calista yang melihat wajah Andin ketakutan membuat dirinya tersenyum senang, "hahaha bercanda jangan takut gitu dong sayang," ujar Calista di iringi gelak tawanya.

Sementara Kiara sudah tak tahan dengan sikap Andin yang ingin menampar Calista dengan entengnya, membuat Kiara menjadi ingin mengacak-acak rambut milik Andin namun itu bukan Kiara banget kalo main fisik tapi kalo adu bacot sih sebelas dua belas sebenarnya sama Calista.

"Lo jadi perempuan tuh jangan main tampar menampar dong mau gue tendang tuh tetot lo yang sengaja lo tonjolin gitu kek keliatan udah kendur banget banyak yang jelajahin yak?," tanya Kiara yang ikut menimpali mengejek Andin seraya menaik turunkan alisnya menggoda Andin dengan menatap lawanya rendah.

Para siswa siswi pun tertawa melihat mereka bertengkar dan terus memojokkan geng Andin yang terlihat sudah sangat malu dengan perkataan yang terbilang sudah terlalu merendahkan dirinya.

"Ups... Pasti malu kan lo! Makanya sebelum ngelabrak orang, persiapin mental lo dulu! Mental krupuk aja sok-sokan mau ngelawan mental baja kek kita," ejek Kiara yang terus memojokkan Andin dengan wajahnya sudah terlihat memerah.

"Udah Ki gue mau tau aja ni tante-tante ngapain pada ngelabarak gue hah!," tanya Calista dengan menatap tajam geng Andin.

"Lo jadi orang jangan sok cantik deh! Sama cowo gue aja lo embat," jawab Andin dengan menuduh Calista.

Oh ternyata masalah cowok, dan Calista sudah hafal sih tiap hari ada aja yang mendekatinnya maklumlah cewe cantik bodynya bagus anak orang kaya siapa juga yang ngak mau sama modelan kek Calista.

Calista yang mendengar dirinya dituduh tanpa bukti merasa geram dan hampir tersungut marah namun Panji memegangi tangan Calista dan mengusapnya dengan lembut yang membuat Calista bisa mengontrol emosinya dengan stabil.

"Idih emang gue cantik baru nyadar lo," ucap Calista dengan wajah songongnya di depan Andin.

"Ngak usah banyak bacot deh lo!," sarkas Andin ke arah Calista.

"Gue tanya ya sama lo tante girang, sebenernya cowok yang lo maksud yang mana sih gue aja ngak tau dan banyak kok cowo yang ngedeketin gue," ucapnya dengan lantang seraya menghela napasnya jengah.

"Ngak usah berlagak bego deh lo!," seru dengan suara keras seraya mendorong badan Calista yang belum siap dan terjorog ke belakang namun dengan sigap ditangkap oleh Panji.

"Woy santai dong jangan pakai otot," ucap Panji seraya membalas dengan mendorong pelan tubuh Andin, yang membuat Andin tubuhnya limbung ke arah belakang.

"Intinya lo jauhin cowok gue jangan kegantelan lo jadi cewek!," ketus Andin dengan wajahnya yang sudah terlihat sangat marah.

"Heh siti! Gue aja ngak tau bentukan cowok lo kek gimana dan gue juga ngak deket sama siapapun ya termasuk cowok lo yang gue juga ngak tau wujudnya kek gimana taikk!," kesal Calista dengan suara lantangnya yang sudah sangat kesal terhadap Andin yang sedari tadi mencerca dengan pertanyaan yang menurutnya tidak jelas dan membuang-buang waktunya.

"Halah ngak usah munafik deh lo, banyak kok yang ngomong tepatnya dua hari yang lalu lo sama cowo gue lagi berduaan di belakang sekolah," jelasnya yang membuat Calista mengingat kejadian dua hari yang lalu.

"Oh ternyata itu cowok lo yang modelanya kek patung pancoran," ucap Calista seraya mengingat kejadian tersebut yang mengundang gelak tawa mereka yang sedang melihat perseteruan tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!