Calista dan Panji berjalan beriringan menuju kelas mereka. Sepanjang jalan, tatapan kagum dan bisik-bisik mengikuti mereka. Siswa-siswa lain tidak dapat menyembunyikan rasa kagum terhadap pasangan ini yang dianggap serasi. Calista digambarkan sebagai sosok cantik dan imut, sementara Panji dipandang mirip dengan para oppa Korea yang tampan.
Meski demikian, Calista dan Panji tidak begitu memperhatikan perhatian yang mereka terima. Hal itu sudah biasa bagi mereka, terbiasa dengan pandangan iri dan bisikan-bisikan yang mengelilingi persahabatan mereka. Yang terpenting bagi mereka adalah menjaga hubungan persahabatan yang telah terjalin selama tiga tahun.
Meskipun acuh dengan upaya perjodohan, terutama Calista yang terkenal cuek dan tidak pernah menunjukkan perasaan, ada alasan di balik sikapnya tersebut. Calista pernah kecewa ketika mengharapkan seseorang, hanya untuk mengetahui orang itu sudah memiliki kekasih. Pengalaman itu membuatnya memilih mengabaikan perasaan dan tidak peduli jika ada yang menyukainya, seakan kehilangan kepekaan.
Tiba-tiba, saat berjalan menuju kelas, Calista memulai percakapan. "Eh, bentar lagi ujian kelulusan, kan?" tanyanya.
Ya, kau harus belajar giat agar nilaimu tidak jelek seperti wajahmu," ejek Panji dengan wajah menggoda.
"Wah, ucapan lo sembarangan sekali, Panji. Sepertinya lo perlu periksa mata supaya penglihatan lo jernih. Gue ini cantik seperti putri di negeri dongeng, masa lo ngak lihat? Jangan lupa, setiap ujian sekolah nilai gue selalu tinggi dan gue termasuk murid pintar di sini," kesal Calista menatap Panji, mengingatkannya akan kecerdasannya.
"Ih, percaya diri banget sih lo. Wajah lo itu kaya pantat panci, masih dengan bangganya ngomong mirip putri," ejek Panji dengan tatapan ngeri pada Calista.
Merasa tersinggung dengan ejekan Panji, Calista tidak terima. "Dasar anak titisan iblis!" serunya sambil menendang pantat Panji dan berlari menjauh. Panji yang ditinggalkan merintih kesakitan sambil memegangi pantatnya.
"Aduh, sakit Tata!" teriak Panji dengan suara keras yang menggema. Semua mata tertuju pada mereka, menatap iri pada adegan lucu di depan.
"Rasakan!" seru Calista sambil tertawa keras dan berlari cepat menuju kelasnya.
Calista, yang akrab dipanggil Tata oleh teman-temannya, memang memiliki wajah cantik bak keturunan Rusia, meskipun orang tuanya asli Indonesia. Mungkin semasa mengandung, ibunya sering mengidam-idamkan artis Rusia. Dengan proporsi tubuh ideal, rambut indah, dan suara lembut sedikit cempreng, Calista memiliki pesona yang memikat.
Calista sangat menyukai pantai. Setiap kali merasa kesepian, ia selalu pergi ke pantai sendirian. Dia menyukai pemandangan ombak yang bergulung-gulung dan suasana yang menenangkan di sana. Pantai menjadi tempat pelarian Calista, tempat ia bisa merenung dan menenangkan pikiran.
Berbeda dengan kebanyakan orang, Calista tidak menyukai cokelat. Sebagian besar orang mungkin akan meningkatkan mood mereka dengan memakan cokelat, namun Calista justru lebih suka makanan pedas untuk meningkatkan suasana hatinya. Rasa pedas yang menyerang lidahnya memberikan sensasi yang dia sukai dan membuatnya merasa lebih baik.
Calista telah berada di dalam kelasnya, duduk di dekat jendela di pojok kanan. Dia duduk bersama Kiara, temannya yang sudah tiga tahun bersamanya. Kiara memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan Calista. Orang tua Kiara merupakan campuran Jawa dan Amerika, dengan ibunya orang Jawa dan ayahnya orang Amerika. Oleh karena itu, Kiara memiliki sedikit wajah yang mirip dengan orang bule.
Tidak lama kemudian, Panji memasuki kelas dengan tatapan tajam ke arah Calista, sambil mengacungkan jari tengahnya. Calista yang melihat Panji menatapnya dengan tajam pun menjulurkan lidahnya ke arah Panji. Panji kemudian menuju ke tempat duduknya di belakang Calista, sambil sesekali melirik tajam ke arah Calista. Panji duduk bersama teman sebangkunya, Andre.
"Eh, Nji, kok Kiara belum datang juga ya?" tanya Calista, sambil berbalik badan ke arah belakang untuk melihat Panji.
"Ngak tahu," jawab Panji singkat, tanpa mengalihkan pandangan dari buku di tangannya.
"Lah, kenapa sih lo? Ketus banget," ujar Calista heran melihat sikap Panji yang terkesan dingin.
"Ngak," jawab Panji singkat.
"Lo kenapa sih? Kaya perempuan puber aja," kata Calista kesal, namun Panji tetap fokus pada bukunya.
"Berisik! Mulut lo bau tahu!" balas Panji dengan wajah datar dan tatapan marah.
Calista mendengar ucapan sarkastis Panji dan menatapnya tajam. Bagi Panji, Calista tidak terlihat menakutkan, malah terlihat lucu, sehingga dia tidak takut melihat wajah Calista.
"Oh, ternyata lo belum jera juga ya? Setelah gue tendang pantat lo, apa lo mau gantian tendang kepala lo, hah?" seru Calista dengan mata tajam ke arah Panji yang hanya tersenyum remeh.
"Bukan urusan gue, ngak penting! Gue lagi marah sama lo, Tata," kesal Panji dengan senyum miring di wajahnya yang membuat Calista malas melihatnya.
"Gue juga marah sama lo, tutup panci! Lo kaya perempuan lagi datang bulan," ujar Calista yang tidak mau kalah, memilih untuk membalikkan badannya ke arah depan, sudah malas melihat wajah Panji yang dianggapnya sangat menyebalkan.
Panji yang berada di belakangnya terus tersenyum miring dan memikirkan ide jahil di otaknya yang tak pernah habis untuk menganggu Calista.
"Dasar anak setan," ucap Panji sambil perlahan menarik rambut Calista, membuat kepala gadis itu mendongak ke atas.
Calista yang merasa rambutnya ditarik merasa kesal dan langsung menoleh ke belakang, menatap Panji dengan marah, lalu mengetuk kepala Panji dengan tangan mungilnya. Namun, kekuatannya tak perlu diragukan lagi, bisa membuat Panji meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Aduh, sakit, Tata! Gue cuma menarik pelan rambut lo kok, lo balasnya pakai tenaga," keluh Panji dengan meringis kesakitan, sambil memegangi kepalanya yang terasa nyut-nyutan.
"Gue kesal sama lo, tutup panci! Muka lo itu buat gue pengen nampar, tapi sayang nanti tangan gue terluka kena muka badak lo!"
Mereka masih terus berargumen tanpa menyadari kedatangan Kiara yang sudah memasuki kelas dan menghampiri mereka yang terlihat sedang ribut.
Kiara, yang sudah terbiasa dengan kebiasaan ribut setiap hari antara kedua sahabatnya, memutuskan untuk memberikan kejutan kepada mereka berdua.
"Duh, pagi-pagi sudah ribut saja," seru Kiara sambil menggebrak meja, menarik perhatian semua orang di dalam kelas yang memalingkan kepala ke arahnya.
Calista dan Panji terkejut mendengar suara meja yang bergetar akibat tindakan teman sebangkunya yang baru datang.
"Apa sih, buat gue kaget saja," seru Calista dengan kesal kepada Kiara yang sudah duduk di sampingnya.
Kiara, yang sudah bosan dengan pertengkaran yang terus-menerus terjadi antara Calista dan Panji, menatap mereka dengan jengah.
"Kalian berdua ngak pernah bosan ribut terus?" ucap Kiara sambil memandang Calista dengan ekspresi lelah.
"Itu, si curut yang setiap hari jahil sama gue duluan," tuduh Calista sambil menatap tajam ke arah Panji.
"Ah, ngak mungkin! Lo yang setiap hari jahil sama gue, Tata!" bantah Panji dengan nada tak terima, berdiri di belakang Calista.
"Diam deh lo! Jangan ikut campur!" kesal Calista sambil melirik tajam ke arah Panji.
Sementara itu, Kiara hanya bisa menghembuskan nafasnya secara perlahan dan diam tidak ingin memperburuk situasi yang sudah rumit.
Tiba-tiba, bel masuk berbunyi nyaring, dan guru mata pelajaran memasuki kelas. Semua murid dengan cepat diam dan duduk dengan tenang, menatap ke arah guru di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments