Pelajaran pun dimulai dan mereka memperhatikan guru mata pelajaran di depannya yang tengah mengajar.
Waktu terus berjalan, setelah tiga puluh menit kemudian bel berbunyi menandakan mata pelajaran pertama telah selesai dan berganti jam istirahat.
Para murid di kelas 12A mulai berhamburan keluar kelas menuju ke tempat istirahat masing-masing. Ada yang ke kantin, ada yang ke lapangan untuk tanding sepak bola maupun bola basket. Sedangkan Calista dan kedua temannya masih berada di dalam kelas, di mana Calista dan Panji sedang marahan. Panji ingin membujuk Calista supaya tidak marah lagi padanya.
"Mau pergi ke kantin nggak nih? Ta, Nji?" tanya Kiara pada kedua temannya yang sedang berselisih tegang.
"Yuk, Kiki (panggilan untuk Kiara), kita pergi aja, si tutup panci, biarin sendirian aja, nggak usah diajak!" ujar Calista dengan ketus seraya menoleh sekilas ke arah Panji dengan lirikan tajamnya.
"Duh, jahat banget lo, Ta, jadi teman," ujar Panji dengan tak suka melirik ke arah Calista seraya mengerucutkan bibirnya.
"Biarin gue lagi marah sama lo, tutup panci!" seru Calista dengan wajah merengut kesal.
"Ya udah, gue minta maaf deh," pada akhirnya Panji mengalah seraya memasang wajah lesunya.
Namun dengan cepat Calista menolaknya, "nggak mau!"
Panji mendengar penolakan dari Calista merasa tertantang untuk membujuk Calista seraya menghampiri tempat duduk Calista dengan menyingkirkan Kiara dari tempat duduk yang berada di samping Calista. Lalu Kiara memilih berdiri melihat adegan yang sebentar lagi akan dimulai.
"Tata yang cantik, gue minta maaf ya~," rengek Panji dengan mengeluarkan suara manja yang berada di samping Calista seraya mengedip-kedipkan matanya dengan mendekatkan wajahnya ke arah Calista. Tapi bukannya menggemaskan, hal itu membuat Calista bergidik ngeri.
"Jijik, tau nggak sih, lo tu nggak imut, Nji!" ejek Calista dengan menjauhkan wajah Panji dari hadapannya.
"Ih, kok lo gitu sih, gue kan mau minta maaf," ujar Panji dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin supaya Calista luluh terhadapnya.
"Iya, gue maafin lo udah, jangan bikin muka nelangsa gitu deh," ucap Calista dengan pasrah yang tak tega melihat wajah Panji yang memelas.
"Makasih, Tata," ucapnya seraya mencubit pelan hidung Calista.
Sedangkan Kiara hanya menatap jengah ke arah mereka berdua yang sedang berdrama yang membuatnya bergidik ngeri melihat tingkah Panji dan Calista mirip dengan orang yang sedang pacaran. Kiara sudah hafal dengan tingkah laku Panji yang setiap kali setelah menjahili Calista pasti dia akan merayu Calista dengan tingkahnya yang sok imut dan membuat Calista luluh dengan tingkah Panji yang menurut Calista tak tega melihat temannya membuat wajah sedih.
"Tapi ada syaratnya biar gue maafin lo," ucap Calista dengan pikiran licik di dalam otaknya.
"Katanya tadi udah dimaafin kok pake syarat segala sih," ucap Panji dengan mendengus kesal.
"Mau dimaafin beneran apa nggak? Kalo nggak ya udah, gue bakal tetep marah sama lo!" tawar Calista yang membuat wajah Panji menahan rasa kesal di dadanya.
"Ya udah, iya, apa, sok, omongin syaratnya," ucap Panji dengan pasrah.
"Gue mau nanti habis pulang sekolah traktir gue sama Kiara ke mall," jelasnya ke arah Panji.
"Iya, dah, terserah lo," ucap Panji yang sudah hafal kelakuan Calista kalau Panji berbuat salah dan minta maaf ujung-ujungnya ya minta traktiran.
Sedangkan Kiara yang melihat drama di depannya merasa jengah dan ingin menendang keduanya supaya sadar.
"Gue bingung, lo minta traktir mulu, orang lo juga kaya kali, ta, nggak bakal habis duit lo kalo mau beli mall sekalian," ucap Kiara yang menimpali omongan mereka.
"Yang kaya, orang tua gue, bukan gue, lagian yang gratisan lebih menggoda, tau," jelasnya dengan menunjukkan cengir kudanya ke arah Kiara.
"Ya udah, yuk, ke kantin, gue udah laper, Tata~" keluh Panji dengan merengek ke arah Calista seraya mengusap perutnya.
Calista mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya, diikuti oleh Panji yang memeluk pinggang Calista dari sampingnya. Calista yang diperlakukan seperti itu tidak menolak atau merasa risih karena bagi dia sudah terbiasa akan sikap Panji yang terkadang manja padanya. Sedangkan Kiara yang berada di belakang mereka merasa seperti orang ketiga dalam hubungan keduanya yang sedang terlihat mesra. Mereka berjalan menuju ke kantin dan banyak dari mereka menatap iri ke arah Calista dan Panji yang terlihat begitu mesra.
"Hadehhh, gimana mereka, nggak jodoh-jodohin lo berdua, orang lo berdua tingkahnya kaya orang lagi pacaran, tau, nggak?" ucap Kiara dengan menghela nafas kasar melihat kelakuan kedua temannya yang menurutnya sudah sangat berlebihan bagi seorang teman, tapi Kiara merasa cuek terhadap mereka, sudah biasa pemandangan seperti ini baginya.
"Iya, kah? Biarin aja lah, gue mah cuek, nggak mau dengerin omongan sampah mereka," ucap Calista dengan menoleh ke belakang ke arah Kiara.
"Yoi, gue juga nggak perduli, biarin orang kita temenan, lo juga jangan merasa risih ya, Ki, kalo tingkah gue agak nyerempet gila," jelas Panji ke arah Kiara.
"Lo mah, bukan gila lagi, Nji, udah, nggak waras kali," ujar Kiara seraya memutar bola matanya malas, dia berjalan dengan langkah cepat mendahului langkah Calista dan Panji.
Mereka berjalan dengan tenang, Kiara yang sudah mendahului mereka. Sedangkan Panji dan Calista masih tertinggal di belakang, dengan tangan Panji yang masih berada di pinggang Calista tanpa mau melepaskan. Mereka menatap lurus ke arah jalan tanpa mengidahkan tatapan kagum nan iri yang dinyalangkan ke arah mereka.
Sesampainya di kantin, Calista dan Panji melihat Kiara yang sudah duduk di barisan paling belakang. Lalu mereka menghampiri Kiara yang sedang duduk sendirian sambil menatap layar ponsel di tangannya, tanpa mengetahui bahwa Calista sudah berada di kantin.
"Sendirian aja, neng?" goda Panji ke arah Kiara seraya mendudukan pantatnya di hadapan Kiara, dan diikuti oleh Calista yang duduk di samping Kiara.
"Kalian lama, tau, nggak?" keluh Kiara dengan kesal menatap dua temannya.
"Lo, nya yang kecepatan, sayang, udah, dong, jangan ngambek, biar Panji yang traktir," ucap Calista dengan entengnya dan tersenyum manis ke arah Panji.
Panji yang mendengar ucapan Calista yang lagi-lagi meminta traktiran kepadanya hanya bisa menunjukkan wajah pasrahnya.
"Iya, gue traktir, dah, sono, lo beli apa aja yang lo mau," ucap Panji seraya memberikan tiga lembar uang berwarna merah.
"Dih, kok gue? Lo, lah, kan lo laki, kita perempuan," ucap Calista yang kesal menatap Panji.
"Lah, apa masalahnya sih, gue udah traktir lo, masa lo mau nyuruh gue lagi," ucap Panji mendengus kesal, dengan menatap kedua temannya.
"Ya kan, sebagai permintaan maaf, lo, Nji," sahut Calista menatap Panji.
"Perasaan tadi udah dimaafin, dah," ujar Panji seraya mengerucutkan bibirnya.
"Masih belum, Nji," ucap Calista dengan entengnya, yang membuat Panji tersungut kesal menatap wajah Calista dengan sengit.
"Lo emang, Tata, t*i ayam, tau nggak, pokoknya gue, nggak mau!" serunya dengan suara lantang, bersedia untuk menolak membeli makan untuk mereka.
Kiara pun kesal melihat Panji dan Calista tak hentinya berdebat. Kiara menatap jengah ke arah mereka berdua.
"Jangan ribut kenapa sih, dah sini duitnya, biar gue aja," lerai Kiara, pada akhirnya dia juga yang mengalah untuk membeli makanan dari pada ribut yang nggak jelas.
Kiara itu orangnya malas ribut, jadi kalau dua temannya ribut dia memilih diam, dan kalau sudah capek mendengarkan bacotan mereka, Kiara menengahinya.
"Heheh, makasih, Kiki cantik," puji Panji ke arah Kiara, dengan menunjukkan senyum di bibirnya.
Kiara pun menganggukan kepalanya dan menanyakan ke arah dua temannya, "Hem, lo, mau pada pesen apa aja?".
"Lo mau pesen apa, Ki? Gue mau yang pedes, Ki?," Calista kembali bertanya ke Kiara.
"Gue mau bakso aja, kayanya Ta," jawabnya ke arah Calista.
"Ya udah, gue samain sama lo aja, Ki, tapi yang level pedes ya, sama minumanya, sekalian samain aja, biar nggak ribet," jelas Calista, yang diangguki oleh Kiara.
"Kalo lo, apa, Nji?"
"Samain aja lah, tapi gue yang sedang aja, gue nggak mau yang pedes, takut moncong gue dower, nanti kegantengan gue berkurang," jelas Panji.
"Halah, sok-sokan ngomong kegantengan berkurang segala lo, tinggal bilang nggak suka pedes aja ribet."
Kiara langsung pesan makanan dan melenggang pergi meninggalkan Panji dan Calista. Sedangkan Calista sambil menunggu Kiara pesan makanan, dia memilih untuk menaruh kepalanya di atas meja dengan bantalan tangan kanannya. Panji yang melihat Calista memejamkan matanya, dia mengelus pucuk rambut Calista. Calista pun merasa tak terganggu dengan gerakan tangan Panji yang mengusap pelan rambutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments