TERPAKSA MENIKAH DENGAN CASSANOVA
Hari yang seharusnya menjadi hari penuh kebahagiaan untuk Bita, kini berubah menjadi hari paling menyedihkan sepanjang hidupnya.
Karena calon suami yang sudah berpacaran dengannya bertahun-tahun, tidak bisa di hubungi, yang ada ponselnya dinonaktifkan.
Dan saat anggota keluarganya mendatangi rumah calon suaminya, ternyata rumah itu kosong.
Yang akhirnya membuat anggota keluarga Bita begitu murka, setelah mendapati semua anggota keluarga calon suaminya melarikan diri.
Membuat Bita yang sudah berdadan bak ratu dari kerajaan dongeng, langsung menghancurkan dandanannya, dan hanya tangis yang bisa ia lakukan untuk saat ini.
"Bibi sudah bilang padamu, Rian bukan pria yang baik. Kamunya masih ngeyel!"
Disaat Bita sedang bersedih, bisa-bisanya sang bibi masih menceramahinya. Hal itu membuat Bita langsung mengambil gelas yang ada di atas meja tidak jauh darinya, lalu membantingnya hingga hancur berantakan diatas lantai.
"DIAM!!!!!" teriak Bita.
"Kamu yang diam! Dasar bodoh! Jika sudah seperti ini, apa yang akan para tetanggang bicarakan hah!" seru Bibi Sumi pada sang keponakan yang susah sekali untuk di nasihati.
"Sudah, sudah," nenek Rohimah yang selama ini tinggal bersama Bita sang cucu, setelah kedua orang tua Bita tidak ada kabar sama sekali setelah merantau ke luar kota, dan tidak pernah kembali.
Kemudian nenek Rohimah menarik tangan bibi Sumi. "Kaponakan kamu sedang bersedih, setidaknya kamu hibur, Sum." tutur nenek Rohimah.
Tanpa orang tahu, yang paling bersedih saat ini adalah nenek Rohimah, melihat sang cucu gagal menikah. Cucu yang selalu ia sayangi sepenuh hati, ketika putri dan juga suaminya pergi merantau, dan sampai saat ini tidak ada kabar lagi, dan nenek Rohimah berbesar hati menganggap jika putri dan juga menantunya itu sudah meninggal dunia.
Meskipun keputusan itu sangat menyakitkan bagi nenek Rohimah, tapi apa boleh buat, dari pada ia harus menanti sesuatu yang tidak pasti.
Bibi Sumi menatap pada sang ibu, setelah nenek Rohimah menarik tangannya. "Ini karena ibu selalu memanjakan Bita! Coba kalau Ibu tidak memanjakannya, tentu saja anak bodoh itu tidak akan membuat kita semua malu! Seperti sekarang ini." kesal Bibi Sumi.
"Mau dikata apa, ini sudah terjadi Sum,"
"Enak banget Ibu bicara seperti itu, bagaimana dengan omongan para tetangga nanti, hah!?"
Namun, nenek Rohimah tidak lagi menanggapi ucapan dari sang putri, karena Ia sudah yakin, akan banyak omongan yang pasti kurang enak dari para tetangga.
"Bisanya hanya diam, dari awal aku sudah bilang pada Ibu. Jangan restui hubungan Bita dan juga Rian, tapi Ibu sama, keras kepala seperti anak bodoh itu!" bibi Sumi terus menyerocos, dan kini menatap pada Bita.
Dimana Bita kini duduk di lantai, dengan punggung ia sadarkan di tembok. Tentu saja dengan tangis yang belum juga reda.
"Hei, bodoh! Kamu tidak sedang hamil kan?" pertanyaan dari bibi Sumi, membuat Bita segera menoleh ke arah sang bibi.
Namun, bukannya menjawab pertanyaan dari bibi Sumi, Bita yang masih terus menangis. Mengingat lagi jika ia sudah telat datang bulan selama dua minggu. Bahkan juga mengingat beberapa kali, ia dan juga calon suaminya itu melakukan hubungan suami istri.
"Jawab bodoh! Jangan bilang kamu sedang hamil. Kalau iya, bibi akan membunuh kamu!"
"Sum, kamu bicara apa? Tidak mungkin Bita seperti itu. Kamu tahu keponakan kamu itu anak baik," sahut nenek Rohimah.
"Eleh, jangankan anak baik Bu. Jaman sekarang anak yang menutup tubuhnya dengan rapat dan ahli ibadah saja hamil di luar nikah."
"Tapi tidak semua, Sum. Dan ibu yakin, yang tadi kamu katakan tentang Bita tidak benar,"
"Coba saja tanya cucu kesayangan Ibu itu. Dia sudah lama pacaran sama Rian, Bu. Pasti sudah melakukan—"
"DIAM!!!!!" teriak Bita memotong perkataan dari sang bibi. "Dan sekarang keluar dari dari kamarku!" perintah Bita di sela-sela tangisnya.
Sementara itu di luar rumah, bisik-bisik tetangga tidak bisa dielakan lagi dari para tetangga Bita, mendapati calon mempelai pria malah kabur entah ke mana, padahal satu jam lagi acara ijab kabul akan segera di laksanakan, tinggal menunggu penghulu datang.
"Ya ampun, kasihan sekali Bita," kata salah satu ibu-ibu yang merasa kasihan dengan apa yang dialami oleh Bita.
"Untuk apa kasihan, itu karma. Siapa suruh dulu menolak lamaran putraku. Untung putraku sudah menikah dan kini hidup bahagia," sahut ibu-ibu lainnya yang tidak prihatin dengan apa yang dialami oleh Bita.
"Iya benar, ini karma dari keluarga yang tidak benar. Ibu dan bapaknya saja tidak benar, tentu nasib anaknya juga tidak akan benar," sambung ibu-ibu lainnya.
Dan ibu-ibu tersebut menghentikan pergosipannya, saat ada ibu-ibu lainnya datang dengan membawa kertas nasi.
"Sini ngumpul," kata ibu-ibu yang baru saja datang, lalu memberikan satu persatu kertas nasi. "Pernikahan ini kan, batal. Dari pada kita berghibah dan menghabiskan tenaga dan amal baik kita, lebih baik sekarang kita membungkus makanan,"
"Benar juga, yuk!"
"Ayuk!" sahut ibu-ibu lainnya.
"Tunggu!" ucapan dari seorang wanita, menghentikan ibu-ibu tersebut yang akan menuju meja perasmanan untuk membungkus makanan.
Dan ibu-ibu tersebut langsung menoleh kearah sumber suara, dimana ada seorang wanita tua dengan pakaian elegan, dan juga pria tampan dan juga rupawan dengan tubuh proposional.
Dimana pria tersebut tidak asing lagi bagi ibu-ibu yang tidak pernah absen menonton acara televisi
Stevano atau biasa di panggil Vano, pria yang usianya hampir menginjak kepala empat, yang masih betah menyendiri. Bukan hanya itu saja, Vano adalah seorang model dan juga aktor papan atas.
Tentu saja ibu-ibu yang tadi terus berghibah, sangat mengenal Vano.
Membuat ibu-ibu tersebut langsung mehampirinya untuk meminta foto.
Dan demi citra baiknya di dunia selebritis, terpaksa untuk Vano mengikuti permintaan ibu-ibu tersebut, sambil menunjukkan senyum paksa.
"Menjijikkan sekali harus berdesak-desakan dengan orang kampung seperti ini," batin Vano, sambil tersenyum paksa.
"Maaf," ibu renta yang tadi menghentikan langkah ibu-ibu yang ingin menuju meja perasmanan, kini berdiri di depan Vano, yang tak lain dan tak bukan adalah putra yang sangat disayanginya. Untuk menghentikan ibu-ibu yang masih terus mengelilingi sang putra. "Apa yang terjadi disini?" tanya ibu Vivi, nama dari ibu Vano.
Memastikan apa yang tadi di dengarnya tidak salah, jika acara pernikahan Bita yang tak lain dan tidak bukan adalah perawatnya, batal.
"Itu Bu, pernikahan Bita batal. Karena calon suaminya kabur." jawab salah satu ibu-ibu tersebut.
Tentu saja membuat ibu Vivi sangat terkejut. "Dimana Bita?"
"Di dalam rumahnya, Bu. Mungkin mau bunuh diri," jawab ibu-ibu lainnya asal.
Membuat ibu Vivi segera menarik tangan Vano sang putra, untuk masuk ke rumah Bita, yang tidak asing bagi ibu Vivi, dimana ia beberapa kali pernah masuk ke dalam rumah tersebut.
Suara tangisan terdengar jelas di kedua telinga ibu Vivi ketika sudah masuk ke dalam rumah Bita.
Dan ibu Vivi segera menghampiri nenek Rohimah dan juga bibi Sumi yang baru saja keluar dari dalam sebuah kamar.
"Dimana Bita?" tanya ibu Vivi.
Namun, tidak di jawab oleh nenek Rohimah, yang ada ia kini menumpahkan air mata yang sedari tadi ditahannya, untuk meratapi nasib sang cucu.
"Jangan menangis," kata Ibu Vivi sambil menepuk bahu nenek Rohimah. "Pernikahan Bita akan tetap terlaksana,"
Mendengar perkataan dari ibu Vivi, membuat nenek Rohimah langsung menatap pada atasan sang cucu tersebut.
"Itu tidak mungkin, calon suaminya melarikan diri," sahut nenek Rohimah.
"Putraku yang akan menjadi mempelai prianya,"
"Apa?!" teriak Vano mendengar apa yang sang ibu katakan.
Bersambung.........
Helooooo aku kembali!
Jangan lupa vote, komen dan juga hadiahnya ya, kalau tidak, aku mesuh! Wkwkwkwk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Okta Via
hahahaha..wah dapet istri dan ada bonusnya nih bang
2023-08-15
0
Ivanka Putri
ikutan ngintip q 🤭🤭🤭
2023-08-07
0
Azizka Amelia Putri
halo halo aku kembali di sini kak
semangat terus ok
2023-08-05
0