Akhirnya Vano membawa Bita ke rumah sakit, karena tidak hentinya Bita mengeluh sakit sambil memegangi perutnya, bukan hanya itu saja, darah juga terus mengalir dari celah-celah kedua pahanya.
Tentu saja Vano tidak sendiri mengantar Bita ke rumah sakit, tapi dengan Tan asisten pribadinya yang masih berada di rumahnya. Tanpa ada satu orang pun yang tahu karena semua masih terlelap.
Dan alangkah terkejutnya Vano ketika sudah berada di rumah sakit, mendapati ternyata Bita keguguran. Dan itu artinya Bita sedang hamil anak mantan calon suaminya yang kabur entah ke mana.
"Sejak kapan Bos tidak menggunakan pengaman hingga membuatnya tekdung terlebih dahulu?" tanya Tan pada sang Bos, ketika keduanya sedang menunggu Bita ditangani oleh dokter di ruang bersalin. "Lebih enak ya Bos, tidak menggunakan pengaman?"
Namun, Vano tidak ingin menanggapi ucapan dari Tan, yang ada ia hanya menatap asistennya tersebut dari balik kacamata yang dikenakan olehnya.
Dimana Vano mengantar Bita ke rumah sakit, dengan mengenakan topi dan juga kacamata, agar orang-orang tidak mengenalinya.
"Pesan ruang perawatan VIP, aku mengantuk!" perintah Van. Yang tidak lagi bisa menahan kantuk, dan ingin segera tidur.
"Untuk istri Bos?"
"Iya, buruan!" perintahnya lagi, padahal Vano ingin cepat tidur di ruangan tersebut, karena akan memakan waktu jika ia harus pulang atau pergi ke hotel untuk tidur.
"Cie, perhatian banget sama istri,"
"Buruan Bodoh!"
"Siap laksanakan, Bos!"
Tidak butuh waktu lama untuk Tan mendapat ruang perawatan yang Vano inginkan.
Membuat Vano langsung masuk ke ruang perawatan tersebut, dan menuju kamar yang terdapat di ruangan tersebut, dimana ruang perawatan tersebut lebih mewah dari pada kamar hotel.
"Jangan ganggu! Aku mau tidur!" perintah Vano, ketika Tan mengekor di belakangnya.
"Oh walah, ternyata eh ternyata mau tidur toh," Tan baru menyadari kenapa sang bos menyuruhnya memesan ruang perawatan VIP. "Dasar suami tidak pengertian, istri belum selesai ditangani, sudah mapan tidur," ucapnya, kemudian meninggalkan Vano untuk kembali menunggu Bita selesai ditangani.
Mendapati dirinya keguguran, bukan membuat Bita sedih. Yang ada ia merasa lega. Terserah nitizen mau bilang apa padanya, atau pun Tuhan membencinya, karena tidak merasa sedih sedikit pun sudah kehilangan calon bayinya.
Karena Bita tidak terbebani lagi atas kehamilannya dengan kucing garong yang entah ke mana sekarang, mungkin sudah membekukan di kutub utara.
Setelah semalam tidak tidur sama sekali, kini Bita yang sudah berada di ruang perawatan. Langsung memejamkan matanya, setelah masalah dalam hidupnya sudah hilang, karena jika janinnya masih bertahan. Bita yakin, akan membuatnya dalam masalah besar.
Entah sudah berapa jam Bita tertidur, dan sekarang ia perlahan membuka kedua bola matanya tepat jam dinding yang ada di ruangan tersebut menunjukkan pukul lima sore.
Kemudian Bita menatap ke arah sumber suara yang tadi mengusik tidur nyenyaknya.
"Pak Vano?" tanya Bita ketika melihat Vano berdiri disisi ranjang perawatannya.
"Murahan!" seru Vano sambil menatap pada Bita, karena ia yakin Bita hamil dengan mantan calon suaminya.
Membuat bita langsung menautkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Vano.
"Menantu pilihan. Pilihan dari mana," cibir Vano mengingat perkataan sang ibu yang menyebut Bita sebagai menantu pilihan.
"Pak Vano bicara apa?" tanya Bita bingung.
"Eleh, di kira cupu ternyata suhu. Ngatain orang teh celup, eh sendirinya yang suka di celup," cibir Vano lagi.
Dan kali ini Bita mengerti dengan ucapan Vano yang pasti sedang mencibirnya.
"Tapi hanya dengan satu batang Pak," bela Bita.
"Tetap saja murahan!"
"Terus bagaimana dengan pak Vano yang celup sana celup sini, batang pak Vano obralan begitu?"
Vano menatap tajam pada Bita setelah mendengar apa yang dikatakannya. Tak lupa mengukir senyum sinis dari sebelah sudut bibirnya. "Siap-siap ibu tahu. Siapa kamu yang sebenarnya, dasar murahan!"
"Sok, silakan bilang pada Ibu. Tapi Siap-siap ibu juga tahu siapa Pak Vano, dasar obralan!" sahut Bita.
Membuat Vano segera menghela nafasnya panjang. "Lupakan saja!" ucapnya, lebih baik mengalah dari pada mengancam Bita yang sudah memegang kartu as–nya.
"Bagus!" sahut Bita yang sudah berada diatas awan.
Kemudian ia turun dari atas ranjang perawatannya.
"Mau ke mana hah?" tanya Vano.
"Pulang!"
"Kamu baru—"
"Kuretase, bukan melahirkan," sahut Bita memotong perkataan dari Vano.
"Memangnya tidak sakit?" tanya Vano penasaran. Karena ia punya sahabat perempuan yang sempat melahirkan, dan baru benar-benar bisa berjalan beberapa hari setelah melahirkan.
"Tidak," jawab Bita benar adanya, hanya saja terasa perih di daerah intinya, itu pun hanya sedikit.
"Bagus itu, jadi permintaan kamu tadi pagi akan aku kabulkan,"
Mendengar apa yang Vano katakan membuat Bita segera menghentikan langkah kakinya, dan menatap pada Vano. "Permintaan? Permintaan apa Pak?" tanya Bita melupakan ucapannya tapi pagi.
"Tidur bersama,"
Bita mengingat lagi ucapannya tadi pagi setelah mendengar jawaban Vano. "Aku tidak pernah mengatakan hal itu," elak Bita. "Lagian anti untuk aku dengan barang obralan!" tegas Bita yang kembali melangkahkan kakinya.
Membuat Vano langsung menyunggingkan senyum sinis dari sebelah sudut bibirnya. "Tunggu saja tanggal mainnya, habis kau!" kata Vano dan melangkahkan kakinya mengikuti Bita keluar dari dalam ruang perawatan tersebut.
*
*
*
Ibu Vivi yang tidak mengetahui Bita dimana, begitu cemas dan merasa sangat kehilangan.
Pasalnya setiap hari Bita selalu ada disampingnya, dari ibu Vivi terbangun hingga menemani setiap aktivitasnya, tapi hingga petang menjelang, Bita belum kelihatan batang hidungnya, dan saat menghubunginya, ponsel Bita pun berada di dalam kamarnya.
Namun, kecemasan ibu Vivi kini hilang entah ke mana, ketika melihat Bita masuk ke dalam rumah diikuti oleh Vano dari belakang.
"Bita, kamu dari mana saja, hah?" tanya ibu Vivi ketika Bita sudah mendekatinya.
"Menginap di hotel," jawab Bita, tentu saja berbohong. Dan ia mengatakan hal tersebut, sudah bersepakat dengan Vano. Dan tidak ingin mengatakan apa yang terjadi.
"Ya ampun, kamu membuat ibu cemas," kata Ibu Vivi sambil mengukir senyum, melihat wajah Bita sedikit pucat. Dan ibu Vivi yakin sang putra dan juga Bita pergi ke hotel untuk menghabiskan malam pertama.
"Maafkan aku, bila sudah mencemaskan ibu,"
"Tidak apa-apa, dan sekarang pergilah ke kamar. Kamu butuh istirahat yang cukup,"
"Baik Bu,"
"Tunggu!" perintah Ibu Vivi, alhasil membuat Bita yang ingin menunju kamarnya di rumah belakang, kini menghentikan langkahnya, kemudian menatap pada ibu Vivi.
"Iya Bu, ada apa?"
"Mau ke mana?"
"Ke kamar aku, Bu."
"Semua barang-barang kamu ada di kamar Vano. Karena kamar Vano adalah kamarmu juga, paham!"
"Tapi—"
"Ikuti saja perintah ibu!" sahut Vano memotong perkataan dari Bita. "Yuk!" ajak Vano sambil menarik satu tangan Bita.
Bersambung............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ivanka Putri
baru kali ini q lihat perempuan keguguran malah bahagia 😂😂😂
2023-08-07
2
Azizka Amelia Putri
pasti si vano senag cuma kan gak boleh di pakai dulu nunggu selesai masa nifan nya dulu
2023-08-05
1
Rika93
puasa dlu kamu vano,, jngan pegang2 bitaa
2023-08-05
1