Dengan perdebatan yang cukup alot antara Vano dan juga sang ibu yang memintanya untuk menikahi Bita yang di tinggal kabur oleh calon suaminya di hari pernikahannya.
Membuat Vano kalah berdebat, dan mematuhi perintah sang ibu untuk menikah dengan Bita.
Toh bagi Vano tidak ada pengaruhnya, ia menikahi Bita demi keinginan sang ibu. Yang terpenting bagi Vano, sang ibu bahagia.
Lagian, meskipun sudah menikah, ia masih bisa menikmati dunianya yang bebas.
Begitu pun dengan Bita yang terpaksa menikah dengan Vano, atas desakan dari bibi Sumi.
Karena benar apa yang dikatakan oleh sang bibi, jika Bita menikah dengan Vano. Ia akan menyelamatkan keluarga besarnya dari hinaan para tetangganya.
Tentu saja seperti pernikahan pada umumnya, pernikahan Bita dan juga Vano juga terasa begitu sakral, tanpa ada satu pun orang yang boleh mengambil foto pernikahan keduanya.
Itu lah syarat yang Vano ajukan pada sang ibu, yang memintanya untuk tidak ada satu pun orang yang boleh mengambil gambar pernikahan dadakan tersebut.
Karena Vano tidak ingin pernikahannya dengan Bita diketahui oleh publik. Dan hanya orang-orang lingkungan Bita yang sudah terlanjur tahu.
Orang-orang tersebut pun sudah di sumpal uang oleh asisten dan juga manager Vano, yang datang tepat waktu ke lokasi. Untuk tidak menyebarkan pernikahan Bita dan juga Vano.
Setelah mengucap janji suci sehidup semati dengan Bita, Vano segera menuju mobilnya diikuti oleh sang asisten dan juga managernya.
Meninggalkan sang ibu yang masih berada di dalam rumah Bita, entah apa yang sedang dilakukannya Vano tidak tahu.
"Sialan kau, Van. Tidur dengan siapa, nikah sama siapa!" seru Sinta manager dari Vano, sekaligus salah satu wanita yang sering menghabiskan malam dengannya.
Membuat Vano langsung menoleh pada Sinta yang duduk tepat disampingnya. "Tidak usah banyak bicara, aku tidak pernah meminta kamu untuk tidur denganku. Kamu sendiri yang menawarkannya. Dan kamu tahu, aku pria normal, tentu saja tidak akan menolak."
"Iya aku tahu!" sahut Sinta yang juga menyukai hubungan bebas seperti Vano. "Oh ya Van, berarti wanita itu akan tinggal di rumah kamu?"
"Jangan tanya padaku, tanya saja ibu. Dan sekarang kamu minggir aku mengantuk, semalaman belum tidur!" perintah Vano pada Sinta dan mendorong bahunya untuk keluar dari dalam mobil.
Sinta menautkan keningnya mendengar apa yang Vano katakan. "Belum tidur? Kamu selesai syuting jam sepuluh loh, Van."
"Biasa ngamar dulu dengan artis pendatang baru yang itu tuh!" sahut Tan pria bertulang lunak yang sudah hampir sepuluh tahun menjadi asisten pribadi Vano, dimana ia sedang duduk di bangku pengemudi.
Sinta menoleh pada Vano. "Pantas saja semalam aku ajak tidur tidak mau, ternyata tidur dengan dia. Nanti malam tidur denganku ya Van?"
"Ah berisik! Keluar! Tidak tahu apa aku mengantuk!" seru Vano.
"Menyebalkan kau, Van." kata Sinta dan kini menoleh pada Tan. "Tan, ingatin bos kamu, nanti malam suruh ke apartemen aku ya?"
"Sinta, Sinta. Pengertian sedikit bisa kan? Bos baru menikah, tentu saja nanti malam dia main sama istrinya. Bagaimana sih kamu,"
"Siapa tahu tidak puas, nanti aku yang akan memuaskannya."
"Berisik!" kesal Vano.
Membuat Tan dan juga Sinta tidak bicara lagi, tahu jika Vano mengantuk ia akan mudah marah.
Baru saja Sinta menutup pintu mobilnya, kini pintu mobil tersebut di buka lagi, padahal Vano baru saja ingin memejamkan matanya.
"Sinta!" kesal Vano yang mengira jika Sinta lah yang membuka pintu mobil.
"Ini ibu, bukan manager kamu," ujar ibu Vivi yang mengenal manager sang putra.
Mendengar suara sang ibu, Vano segera menoleh padanya, lalu mengukir senyum. Pantang untuk Vano marah pada sang ibu, bagaimana pun keadaannya.
Dan senyum itu hilang ketika melihat sang ibu menarik tangan Bita dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.
Setelah memastikan Bita masuk dan duduk di samping Vano.
Ibu Vivi segera menutup pintu mobil, dan memilih duduk di bangku disamping bangku pengemudi dimana Tan berada. "Tan, kita pulang!" perintah ibu Vivi.
"Bu sebentar, untuk apa Bita ikut pulang dengan kita?"
"Ya ampun! Bita istri kamu, tentu saja dia akan pulang dengan kita. Bagaimana sih, kamu ini?"
"Atur saja sesuka hati ibu," kata Vano pasrah, terserah pada penguasa elemen apa yang akan di lakukannya.
"Nah, gitu dong, baru anak ibu," ucap ibu Vivi.
*
*
*
Setelah hampir satu jam setengah Tan mengendarai mobilnya, kini ia menghentikan mobilnya tepat di halaman parkir rumah ibu Vivi.
Ibu Vivi tersenyum, ketika melihat ke belakang, dimana Bita dan juga Vano berada.
Dimana keduanya masih tertidur, dan yang membuat ibu Vivi terus mengukir senyum adalah. Melihat Vano tidur dengan posisi kepala di pangkuan Bita.
"Bita, kita sudah sampai," ujar ibu Vivi untuk membangunkan Bita yang sekarang bukan hanya menjadi perawatnya, tapi juga menantunya.
Perlahan Bita membuka kedua bola matanya, setelah mendengar ibu Vivi memanggil namanya.
"Kita sudah sampai, Bita. Yuk turun!" ajak ibu Vivi.
Namun, ajakannya tersebut tidak dihiraukan oleh Bita, yang sedang merasakan pegal di kedua pahanya, membuatnya langsung menatap pada kedua pahanya.
Dan alangkah terkejutnya Bita, ketika melihat kepala Vano berada diatas kedua pahanya, padahal sebelum ia tertidur setelah lelah menangis, dengan jelas melihat kepala Vano yang sekarang sudah menjadi suami sahnya tidak berada di atas kedua pahanya.
Membuat Bita dengan segera menyingkirkan kepala Vano, dan membuatnya langsung jatuh dari tempatnya.
"Sialan!" seru Vano, karena ia harus mengakhiri tidur nyenyaknya, ketika baru saja mencium karpet mobil.
Kemudian Vano menatap pada Bita dengan kesal. "Apa yang kamu lakukan, bodoh!"
"Lagian siapa suruh Pak Vano tidur di pangkuan aku, hah?!"
"Terserah padaku mau tidur dimana. Ingat, kamu sekarang istriku! Jangankan hanya tidur di pangkuan kamu, meniduri kamu juga tidak ada masalah. Mau aku tiduri sekarang? Kalau mau, yuk!" ajak Vano, kemudian menarik tangan Bita untuk turun dari dalam mobil.
"Tidak sudi!" sahut Bita, sambil melepas tangan Vano.
"Eleh bilang tidak sudi, awas saja nanti. Aku jejelin singkong baru tahu rasa," kata Vano dan turun lebih dulu dari dalam mobil.
"Sorry, aku tidak suka singkong ya Pak."
"Oh ya? Kita buktikan nanti! Aku bikin gumoh baru tahu rasa!"
"Apaan sih! Tidak jelas!" sahut Bita menimpali ucapan dari Vano.
Membuat ibu Vivi yang mendengar pembicaraan keduanya hanya mengukir senyum, merasa jika keduanya adu mulut suasana menjadi hidup.
"Van, tunggu!" ibu Vivi menghentikan langkah kaki sang putra yang berjalan terlebih dahulu.
"Iya Bu, ada apa?" tanya Vano yang sudah menoleh kearah sang ibu.
"Ajak Bita ke kamar kamu, dia sekarang istrimu,"
"Baiklah, biar aku kasih makan singkong," sahut Vano sambil menyunggingkan senyum sinis dari sebelah sudut bibirnya, dan mendekati dimana Bita berada. Kemudian menarik tangannya. "ikut denganku!"
"Tidak mau!"
Bersambung...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Azizka Amelia Putri
lucu bener si vano ini takut sama ibu ratu,,gimana rasanyasingkong premium kak
2023-08-05
2
anonim
singkong gosong tidak Van🤪🤪
2023-08-03
1
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
sepadan... dua2 bukan perawan dan perjaka,
2023-08-02
0