After Dark
Kecelakaan malam itu telah merenggut nyawa kakak ku. Kejadian ini sudah berlalu 3 minggu yang lalu.
Sejak saat itu mama tak pernah lagi berbicara kepadaku, begitu juga dengan papa. Mereka telah menganggapku tiada dirumah ini.
Hatiku sakit, dadaku terasa sesak, aku hanya ingin minta maaf atas semua yang terjadi.
******
Siang ini, kami kedatangan tamu. Keluarga dari pihak seorang bapak yang telah menabrak kakak ku.
Mama dan Papa menyambut mereka. Menyeduhkan teh hangat dan sepiring cemilan.
Sepertinya mama tidak membenci mereka, karena tatapan mama berbeda dengan tatapannya kepadaku.
Maksud dari kedatangan mereka untuk meminang. Meminang seorang anak perempuan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk tanggung jawab.
Mama dan Papa tak menanyai hal ini terlebih dahulu kepadaku, ketika mendengarnya mereka lansung setuju.
Aku yang masih kecil dan masih belum diterima pendapatnya, terpaksa menyetujui pertunangan ini.
Kakak lelaki yang akan menjadi tunanganku adalah seorang mahasiswa semester 2 dari universitas ternama.
Dia sangat pintar, orang tuanya bercerita kalau anaknya sudah sejak kecil mendapatkan berbagai ragam penghargaan. Mereka membanggakannya.
Tetapi, saat aku memandanginya. Dia terlihat tidak senang. Dari kepalan tangan nya sudah terlihat jelas bahwa pertunangan ini tidak disetujuinya.
Pertunangan yang hanya disepakati oleh kedua pihak orang tua.
******
Hari dan tanggal pertunangan sudah ditentukan saat pertemuan hari itu. Semua Persiapan dilakukan tiga hari sebelum hari-H.
Hari berlalu sangat cepat. Besok malam adalah hari yang telah ditentukan.
Mama menghampiriku ke kamar, aku yang tengah rebahan dikasur terkejut melihat mama.
Aku tersenyum dengan lebar. rasanya sangat senang. Tetapi, perasaan senang itu dipatahkan oleh tatapan mama yang kosong kepada ku.
"Mulai besok kamu bukan lagi bagian dari keluarga kami. Saya harap kamu bisa meninggalkan rumah ini secepatnya" ucap Mama
Mengapa mama bersikap seperti ini. Mama mengatakannya tanpa berkedip sedikit pun, kemudian pergi begitu saja.
"APAKAH MAMA SANGAT MEMBENCI AKU?"
Malam sebelum hari pertunangan diadakan aku merenung dikamar. Jika dengan cara pergi meninggalkan rumah ini bisa membuat mama dan papa tersenyum kembali aku akan melakukannya.
Aku menguatkan diriku sendiri untuk selalu berusaha menerima semua ini.
******
Acara pertunanganku akan diadakan nanti malam. Semua keluarga dari pihak mama papa datang kerumah.
Aku tak keluar dari kamar hingga malam tiba. Seseorang mengetuk pintu kamar, mereka menghampiri untuk meriasku.
Setelah selesai mengenakan gaun, aku keluar bukan bersama mama tetapi bersama bibi Sena.
Bibi Sena adalah adik mama satu-satunya. Bibi Sena mendampingi aku karna, mama tak ingin menjadi pendampingku.
Saat pertunangan akan dimulai, kakak masih diluar bersama ayahnya.
Aku masih belum berkenalan dengannya. hanya memanggilnya kakak, sepertinya dia seumuran dengan Kakak ku.
Kami menunggu cukup lama. Semua orang bertanya-tanya mengapa pihak lelaki belum kunjung masuk.
Bibi Sena menyuruhku untuk memanggil mereka. Aku berdiri berjalan keluar, terlihat mereka sedang berbicara di depan mobil.
Aku menghampirinya..
Langkah kakiku terhenti saat mendengar percakapan mereka. Kakak memohon kepada ayahnya untuk membatalkan pertunangan ini.
"Pa aku mohon, aku gak mau nikah sama dia. Aku gak kenal dia. Aku juga gak punya perasaan apapun ke dia. KENAPA? Kenapa harus aku yang bayar semua perbuatan papa "
Aku melihat dia menangis. Menggepalkan tangan lalu bersujud. Papanya tak berubah pikiran, membalikkan badan lalu berkata,
"Kamu harus ngelakuin ini semua demi papa. Kamu harus ngejaga anak perempuan itu sampai tua. Karena papa telah membuat orang yang akan ngejaganya meninggal"
Papanya melangkah , berjalan menuju arahku mengintip. Kakak berdiri kemudian berlari mencegah papanya,
"Bukan papa yang membunuhnya, tetapi anak perempuan itu yang telah MEMBUNUH kakaknya sendiri"
Kakiku gemetar mendengarnya.
Dia berteriak cukup keras, sontak papanya menampar.
"Kenapa papa menamparku? Bukankah itu benar? Kalau saja dia tidak mendorong kakaknya saat itu, semua ini tidak akan pernah terjadi! AKU SANGAT MEMBENCINYA!!!"
"CUKUP, papa bilang cukup. Sekarang bukan waktunya berdebat. Mau tidak mau kamu harus bertunangan dengannya"
Mataku mulai berkaca-kaca. ini semua salahku, aku yang telah membunuh kakak ku.
Saat aku ingin melangkah masuk kedalam rumah, kakak melihatku. Aku melihat ke arah matanya, tatapan matanya sama persis saat mama menatapku. Tatapan kosong dan dingin, tatapan yang penuh amarah dan dendam.
Aku mencoba untuk berbicara, meminta maaf kepadanya.
"Kak.."
Belum sempat aku berbicara, dia menyanggah ucapan ku.
"Siapa yang mau menjadi kakakmu? kamu ingat baik-baik, aku tidak akan pernah menikahi perempuan yang telah membunuh kakaknya sendiri !!!"
Aku termenung, tak mampu mengucapkan apapun. Karena aku tahu aku lah yang salah...
******
Acara pertunangan pun berjalan dengan lancar. Semua para tamu undangan yang hadir sudah mulai beransur pulang.
Impianku untuk memiliki hari pertunangan yang indah, mewah, dan megah telah sirna. aku tidak menyangkah akan ada hari seperti ini.
Aku mendengar dari teman-temanku bahwa hari pertunangan adalah hari yang bahagia bagi kedua belah pihak. Tetapi, mengapa tidak dengan kami?
Setelah acara malam ini selesai, mama menyerahkan ku kepada keluarga kakak. Tetapi, mereka bilang tidak bisa sekarang.
Keluarga kakak bukan berasal dari kota ini. Mereka kemari hanya untuk berlibur. Keluarga kakak harus kembali besok pagi.
"Hmmm.. bagaimana kalau begini. Setelah menantu kami lulus dari SMA suruh dia datang kekota kami dan melanjutkan kuliah di tempat anak kami kuliah"
Mama menyetujuinya dan tidak jadi menyerahkanku. aku bertanya dalam hati,
"Bukankah proses penyerahan itu dilakukan saat pernikahan. Mengapa mama terlalu cepat ingin menyerahkan ku?"
Perasaan yang campur aduk ini membuat pikiran ku menjadi sangat kacau. aku tak banyak berbicara dihari pertunanganku. Hanya menatap tamu sekeliling, dan menutup telinga karena tidak ingin mendengarkan perkataan buruk yang mereka lontar kan tentang aku.
Namun, seberapa kuatnya aku menutup telinga. Raut muka mama telah menunjukkan semua yang terjadi kepada tamu undangan.
Pandangan ku teralihkan kepada Ibu kakak. Dia memanggilku, menyuruhku mendekat. Aku berjalan menuju kursi tempatnya duduk.
"Ada apa tante?" Tanya ku
"Tidak perlu memanggil tante, panggil saja ibu. sebentar lagi kamu juga akan menjadi menantu ibu satu-satunya" Ibu tersenyum kepada ku.
Melihat senyuman ibu kepadaku, membuat hatiku terasa sedikit hangat. Ibu mengatakan beberapa hal ke padaku. Menceritakan tentang Kakak, memberitahu kepada ku semua tentang masa kecilnya.
Ibu juga bertanya beberapa hal tentang kepribadianku. kami Berbincang cukup lama. Hingga tanpa disadari jam sudah menunjukkan pukul 23.45 wib.
"Bu, sebaiknya kita pulang sekarang. Biarkan calon menantu kita istirahat lebih cepat" Tutur ayah kakak
"Maaf sayang ibu berbicara terlalu banyak (mengelus punggungku) sampai lupa waktu" Ucap Ibu
Setelah menyetujui beberapa perbincangan keluarga kakak pun pulang dan tak pernah kembali lagi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Beerus
Thor, update dong! penasaran banget nih 😍
2023-08-01
0
Arabelle Arinne
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
2023-08-01
0