Aku sangat tidak menyukai perasaan yang sedang aku alami saat ini. Aku ingin menjelaskan semuanya kepada Mimi. Aku takut jika suatu hari nanti Mimi mengetahui tentang hubungan kami. Mimi akan membenciku, seperti Mama dan Papa yang membenci aku.
Meskipun pertunangan ini tidak disetujui oleh Jason. Tetapi, tetap saja saat sekarang ini aku adalah tunangannya. Seharusnya aku yang berada diposisi Mimi saat ini.
Apakah aku terlihat sangat egois?
"Lulu, kenapa kamu gak pakai gaun pink yang aku chat tadi?" Tanya Mimi kepadaku.
"Kayanya kurang cocok kalau dipakai saat ini kak" jawab ku.
Mimi memperhatikan pakaian yang sedang aku kenakan.
"Hmmmm.... Kamu benar juga" ucap Mimi sembari menganggukkan kepalanya.
Mimi mengalihkan pandangannya ke Jason, kemudian berkata,
"sayang habis ini kita karokean yahhh" ajak Mimi
"Udah hampir jam sembilan malam, bukannya tadi kamu bilang besok pagi kamu harus kerja?" ucap Jason
"Gak papa sayang, kan kita cuma sekali-kali doang berpergian kayak gini. Jadi, Mumpung sekarang ada waktu kita pergi" Mata Mimi berbinar-binar.
Jason menolak ajakan Mimi.
Mimi merayu Jason berulang kali, memohon agar Jason mau ikut.
"Ayolah sayang,,, (mengalihkan pandangannya kepadaku) Lulu kamu tahu tempat karoke yang baru opening itu" tutur Mimi.
Mimi menceritakan bagaimana tempatnya kepadaku. Merayu ku juga untuk pergi kesana.
Tapi....
Saat ini sungguh aku tidak ingin berada disini. Aku tak ingin berada diposisi ini.
Melihat sikap Jason yang enggan menatapku, membuat aku merasa sangat buruk berada disini.
Aku memutar-mutar cincin pertunangan kami. Mimi melihat sikap aku yang berbeda.
Sejujurnya Mimi tidak terlalu tahu tentang kehidupanku. Aku hanya menceritakan apa yang seharusnya diketahui publik tentang diriku kepada Mimi.
Aku tak menceritakan kepada Mimi bahwa aku telah bertunangan dengan kekasihnya.
Aku tak menceritakan tentang kedua orang tuaku yang sangat membenciku.
Aku....
Aku hanya...
Aku hanya menceritakan tentang Kakakku yang telah meninggal 3 tahun yang lalu.
"Apakah aku terlihat sangat buruk?"
"Apakah aku salah, jika berpura-pura berbeda didepan orang lain?"
Mimi berdiri, sontak aku dan Jason melirik ke arah Mimi.
"Kalian berdua putuskan setelah aku kembali lagi. Aku mau ke toilet dulu" Tutur keras Mimi.
Mimi berjalan turun kebawah tangga. Keberadaan Mimi diantara kami tidak terlalu buruk. Ketika Mimi pergi ke toilet, rasanya sangat canggung. Aku ingin memulai obrolan dengannya.
"Hmmm... Kakkk Jaassonn soosoalll iiiutuui" Ucapan ku terbata-bata.
Jason menatap sinis ku.
Tangan kananku gemetar, aku berusaha menghentikannya dengan memegang erat kedua tanganku. kemudian menundukkan kembali kepalaku.
"Jangan ceritakan apapun kepada Mimi" ucap Jason dengan nada bicara tinggi.
Aku bertanya,
"Kenapa kak? bukankah seharusnya kak Mimi tahu tentang kita?"
Aku bertanya tanpa berpikir apapun saat itu. Aku tak memikirkan tentang bagaimana perasaan Mimi setelah mengetahuinnya.
AKU EGOIS....
Dengan nada suara yang semakin tinggi Jason berkata,
"Kamu manusia bukan? (Jason memejamkan matanya) aku lupa kalau kamu bukan MANUSIA!!! (Sembari memukul meja, Jason berdiri) aku lupa kalau waktu itu kamu ngebunuh kakak kamu sendiri" Jason tertawa kecil.
Tanganku semakin gemetar, ingin rasanya aku berteriak.
CUKUPPPP...
CUKUUPPP HENTIKAN...
Aku bukan pembunuh,
BUKAN BUKAN BUKAN
"Kenapa, kenapa tangan kamu gemeter? Masih kerasa hangatnya darah kakak kamu waktu itu?"
Perkataan Jason semakin tak bisa ia kontrol.
Aku mematap Jason, dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu berkata,
"Aku bukan pembunuh!!!"
Nada suaraku juga semakin tinggi
"Kalau kamu bukan pembunuh, kenapa ketakutan?" Tanya sinis Jason.
"Aku... (air mataku mengalir)"
Pikiranku entah kemana, perkataan ku mulai tidak jelas.
Suasana menjadi sangat canggung, mengerikan.
Mimipun kembali. Jason diam seakan mulutnya mulai terkunci disaat Mimi datang.
"kenapa? Terjadi sesuatu pas aku ke toilet?" tanya Mimi.
"Kenapa sayang? terjadi apa?" Jason berpura-pura tidak mengetahui apapun.
Mimi mendekatiku, kembali duduk.
Aku berusaha menghapus air mataku.
"Lulu? kamu kenapa? kok mata kamu merah? (Jason ikut menatap mataku)" tanya Mimi.
"ahhh.. Gak kenapa-kenapa kok kak. Tadi mata aku kelilipan habis berdiri disana (sembari menunjuk balkon)"
Mimi merasa aneh, ia mencoba menghilangkan kecanggungan ini. Kembali bertanya tentang pergi ke tempat karokean.
Tapi, jawaban ku tetap sama aku menolaknya.
"Kak, kebetulan besok kami harus pratikum lab. Jadi, bahan materi untuk besok pagi belum aku persiapkan" aku mencoba tersenyum.
"Kamu gak mau ikut? yaudah kalau gitu. Lagian ini emang dijam seharusnya anak sekolah kayak kamu udah tidur" Mimi membelai rambutku.
Setelah Jason membayar tagihan. Kami keluar dari cafe menuju tempat parkir.
"Lulu kita antar kamu dulu, habis itu baru ketempat karoke" Mimi menggenggam tangan Jason.
Mimi baru sadar kalau jam tangannya tidak ada.
"Gakk...."
Perkataanku yang belum selesai dipotong oleh Mimi.
"Sayang kamu tadi ngelihat jam tangan aku gak?" Tanya Mimi.
Mimi memeriksa isi dalam tasnya. tapi, tidak ketemu. Mimi mengeluarkan semua isi tasnya.
"Tadi pas ke toilet, jamnya kamu lepasin gak?" tanya Jason.
Mimi berpikir, kemudian berlari kedalam cafe.
"Sayang...." panggil Jason.
"Kamu tunggu disitu, aku mau ngecek ke toilet dulu" tutur Mimi sambil berlari.
Suasana kami kembali canggung.
"Setelah ini jangan pernah temuin Mimi lagi!!" ketus Jason.
Aku tak membalas ucapannya, hanya diam berdiri dibawah pohon.
"Kalau kamu masih memiliki sedikit rasa simpati manusia, tolong pergi dari kehidupan Mimi. Aku gak mau dengan adanya keberadaan kamu, ngebuat perasaan orang yang aku sayang tersakiti"
Kali ini Jason berbicara cukup panjang.
"KAMU NGERTI?" ucap sinis Jason.
"Kenapa? Aku gak boleh gak ngerti dengan semua apa yang kalian katakan?" Aku menatap sinis kembali ke Jason.
"Kamu... (muka Jason mulai memerah) Kamu tahu kenapa orang tua kamu benci sama kamu? (sembari menunjuk-nunjuk aku) karena sifat dan sikap kamu yang kayak gini!!" Kesal Jason.
Aku berusaha ngelawan perkataan Jason.
"Ada yang salah dengan sifat dan sikap aku?" Kesal aku.
"Percuma aku jelasin ke orang yang cuma punya otak kecil kayak udang!" Tutur Jason
Jason membuka pintu mobil, kemudian masuk kedalam mobil. Aku yang tidak terima dengan perkataan Jason. Datang menghampiri Jason, mengetuk jendela, kemudian membuka kembali pintu mobil.
Muka Jason semakin kesal dengan sikap ku yang kekanak-kanakan.
"Kamu ngapain?" Tanya kesal Jason.
Jason memegang erat pergelangan tanganku yang sedang memegangi pintu mobilnya.
"Otak aku bukan otak udang!!" ketus aku.
Jason melepaskan tanganku dari pintu mobilnya.
"Kalau otak kamu bukan otak udang. Terus otak apa?" tanya Jason.
Aku melihat Mimi yang sedang berlari menuju parkiran. Jason membalikkan badannya, dan juga melihat Mimi.
Disaat Jason melihat Mimi. Aku memeluk Jason tanpa sepengetahuannya.
Sontak Jason terkejut. Mencoba melepaskan pelukanku.
"Perempuan sialan, lepasin!!!"
Jason berkata berulang kali agar aku melepaskannya. Tapi, aku tetap memeluk erat Jason.
"Kakak milik aku!! kakak tunangan aku dan sebentar lagi kita akan menikah" Ucap aku
"KAMU GILA!!!" muka Jason semakin marah.
Mimi semakin dekat.
Saat itu aku sama sekali gak peduli kalau Mimi melihat kami.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments