Ketika Cinta Tak Harus Memiliki
"Jeni, Radit masuklah papa ingin bicara." Pak Tio nampak mendudukkan dirinya pada sofa sederhana di dalam ruang tamu yang juga sederhana.
Dua manusia yang sedang asik berbincang didepan teras rumahnya segera memasuki ruang tamu untuk menemui papa dari Jeni yang akrab disapa dengan nama Tio.
"Ada apa pa?" tanya Jeni penasaran, karna tiba tiba saja sang papa memanggil dirinya dan sang pujaan hatinya.
"Jeni," ucap Tio dengan sedikit ragu.
"Mulai hari ini kalian harus memutuskan hubungan!"
Deg
Hatinya tiba tiba mencelos, seakan tersayat sayat, tubuhnya melemas, berdiri pun seakan tak lagi berpijak. Pikirannya seketika menjadi gelap. Sepasang kekasih itu terpaku menatap lelaki yang tak lagi muda itu dengan segudang pertanyaan.
Jeni menatap nanar sang ayah yang kini tertunduk dan berdaya. Tak ada angin dan tak ada hujan tiba - tiba saja sang ayah meminta agar dirinya memutuskan hubungannya dengan sang kekasih yang sudah terjalin selama lima tahun itu.
"Apa maksud papa, aku sama sekali tidak mengerti! Kenapa papa tiba - tiba ingin kita putus?" tanya Jeni dengan mata yang sudah mulai berkaca - kaca.
Sama halnya dengan Radit yang kini tatapannya menghunus pada ayah sang kekasih, banyak sekali pertanyaan yang terlintas dalam benaknya.
"Maafkan papa nak, papa terpaksa harus menikahkan mu dengan anak lelaki dari keluarga Anggoro!" sesal sang papa.
Sesungguhnya ia pun berat karna harus mengorbankan kebahagiaan sang anak. Namun ia juga tidak bisa berbuat apa - apa selain menikahkan putri kesayangannya itu dengan anak dari Anggoro demi melunasi hutangnya yang jumlahnya tidak sedikit itu.
Pak Tio sangat menyukai Radit karna sikapnya yang begitu sopan kepadanya. Walaupun Radit masih belum punya kerjaan namun Pak Tio memaklumi itu karna Radit dan Jeni sendiri masih sama - sama mengenyam bangku kuliah.
"Tapi kenapa pa?" tanya Jeni yang kini sudah mulai terisak.
"Perusahaan satu satunya milik papa telah bangkrut dan hutang pada keluarga Anggoro sangat besar nak, papa tidak memiliki apapun untuk membayar hutang yang tidak sedikit itu. Siang tadi Pak Anggoro datang dan beliau ingin kau menjadi istri dari anaknya," tutur Tio dengan raut kesedihan dan ketidakberdayaan.
Tanpa bisa lagi mengeluarkan kata katanya Jeni menggelengkam kepala.
"Jika boleh tahu berapa banyak hutangnya om?" sela Radit memberanikan diri untuk bertanya.
"Banyak sekali Radit, hampir mendekati satu miliar rupiah," tutur Tio kepada kekasih sang anak.
Radit pun hanya tertunduk lemah tanpa ada kata - kata lagi yang keluar dari mulutnya.
Mulutnya seakan terkunci kala mendengar jumlah hutang yang harus dibayarkan oleh ayah dari kekasihnya itu.
"Apa tidak ada cara lain om, Aku sangat mencintai Jeni," tanyanya lagi dengan raut sedihnya.
Sementara Pak Tio hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Baiklah om, jika memang itu satu - satunya jalan, aku bisa apa?"
"Enggak Radit, aku tidak bisa kehilanganmu. Aku sangat mencintaimu, aku hanya ingin menikah denganmu, bukan orang lain!" Jeni menggelengkan kepalanya sambil terus menangis sesenggukan.
"Aku juga menginginkan itu sayang, tapi aku bisa apa. Aku masih pengangguran. Belum ada penghasilan tetap. Kamu tau sendiri penghasilanku sebagai 'Penulis Novel Online' tidak seberapa. Jika saja aku punya banyak uang, aku ingin membayar semua hutang - hutang itu, agar kamu tidak menikah dengan orang lain. Tapi aku tak bisa sayang! Aku pamit, selamat tinggal Jeni." Radit mencoba bersikap tegar dihadapan Jeni.
Radit beranjak dari duduknya lalu berpamitan dengan sopan kepada Pak Tio tanpa ada perasaan marah ataupun benci. Walau jauh didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangatlah kecewa.
Bohong, jika Radit tidak merasakan sakit dihatinya.
Kisah cinta yang telah ia rajut bersama wanita pujaannya selama lima tahun itu kini kandas sudah.
Hati siapapun akan sakit jika harus kehilangan seseorang yang begitu dicintainya.
Namun papa dari kekasihnya itu sedang dalam kesulitan dan tidak berdaya. Jika membantu dengan materi dia tidak mampu, maka berkorban adalah satu satunya cara untuk membantunya.
Radit harus mengorbankan cintanya yang begitu besar dan tulus kepada Jeni dengan merelakannya menikah dengan orang lain. Demi kebaikan keluarganya.
Radit pergi dengan perasan sakit yang teramat dihatinya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata kata.
"Radiiiiiit......!" teriak Jeni disela isak tangisnya.
Suaranya terdengar begitu pilu dan menyayat hati.
"Papa, apa tidak ada cara lain pa? Jeni mohon pa. Jeni tidak sanggup jika harus berpisah dengan Radit pa!" tanyanya lagi dengan nada suara yang sudah terdengar serak karna sejak tadi terus menangis.
Tio meraih wajah sang anak lantas menghapus air matanya yang terus saja mengalir tanpa henti itu.
"Maafkan papa nak, hanya itu satu satunya cara yang bisa papa lakukan!" ada rasa sesak didadanya saat melihat tangisan pilu sang anak yang begitu ia sayangi.
Setelahnya Tio meninggalkan Jeni yang masih terus menangis.
Tio tahu, pasti Jeni beranggapan bahwa dirinya begitu kejam kepada anak kandungnya sendiri namun iapun tak punya pilihan lain.
Hidupnya yang sudah divonis dokter tidak akan lama lagi itu membuat dirinya harus segera mengambil keputusan sebelum dia meninggalkan dunia ini dengan hutang yang menumpuk.
Karna itu sama saja akan membuat hidup sang anak menjadi susah nantinya dan ia tidak mau membawa rasa bersalahnya itu sampai mati.
Jeni beranjak dari duduknya, mengusap air matanya dengan kedua tangannya sambil menatap punggung sang ayah yang sudah tidak muda lagi. Andaikan sang mama masih ada mungkin ia tidak akan serapuh dan sesakit ini.
Dengan langkah yang begitu lemah Jeni berjalan menapaki anak tangga menuju kelantai dua kamarnya.
Langit sore itu seakan ikut menangis menyaksikan sepasang kekasih yang saling mencintai itu tiba - tiba harus berakhir begitu saja.
Radit terus berjalan ditengah hujan lebat yang tiba - tiba saja turun bersamaan dengan berakhirnya hubungannya dengan Jeni wanita yang begitu dicintainya.
Hubungan yang sudah terjalin sejak duduk dibangku SMA itu terpaksa harus kandas ditengah jalan.
Lagi - lagi definisi uang adalah segalanya memang sangatlah benar. Dengan uang seseorang bisa melakukan apapun. Bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan termasuk wanita.
Tak jauh nampak sebuah pondok kecil. Lelaki itu mempercepat langkah kakinya menuju pondok tersebut.
Dengan pakaian yang basah kuyup lelaki rapuh yang sedang berpura pura tegar itu menyandarkan tubuhnya pada dinding pondok yang terbuat dari kayu. Punggung kokoh itu terlihat bergetar. Sepertinya lelaki itu kini sedang menangis. Dadanya yang terasa begitu sesak tak lagi dapat ia tahan. Hingga akhirnya ia pun menumpahkan segala kepedihan hatinya.
"Haaaaaaaaaaaaaaaa!" teriakan lelaki itu disertai bunyi petir yang begitu menggelegar, "Kenapa Tuhan? Kenapa engkau memisahkanku dengan wanita yang begitu aku cintai, kenapa?!" Teriaknya lagi dengan menggelegar dan lagi - lagi disambut oleh kilatan petir.
"Aku bersumpah! Aku akan menjadi orang kaya dan aku akan mendapatkan semua yang aku inginkan termasuk merebutmu kembali Zeni! Aku bersumpaaaaaah!"
DUARRRRR.........
Suara petir kembali menggelegar. Lelaki itu kembali berjalan dibawah guyuran air hujan yang begitu lebat dengan air mata yang terus mengalir deras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
kutubuku
yg psti dia tk mau mati membawa hutang atau membebani sang anak yang blm tentu sprti apa masa depannya, mungkin jika sang anak sukses kelak bisa membyarnya tapi itu pun blm tahu krna semua sdh ditentukan oleh takdir tuhan
2023-08-11
0
kutubuku
jadilah sukses radit, jika wanitamu tk bahgia rebut dia kembali
2023-08-11
0
kutubuku
sungguh menyayat hati, hubungan yg sedang adem ayem tiba2 hrs berakhir😥😥😥
2023-08-11
0