Bab Tiga

Seorang wanita yang masih mengenakan gaun pengantinnya itu berjalan menuju kamarnya.

Lebih tepatnya kamar baru di rumah yang baru saja ia tempati malam ini Jeni kini telah berada di rumah Dimas, lelaki yang baru saja menikahinya hari itu.

Jeni sedang berusaha membuka resleting gaun pengantinnya.

"Ck." berdecak karna sejak tadi resleting gaunnya tak kunjung terbuka.

"Perlu aku bantu?" tanya Dimas yang baru saja memasuki kamarnya.

"Tidak perlu aku bisa sendiri. Sahut Jeni tanpa ekspresi.

"Baiklah jika kamu tidak butuh bantuan, aku ke kamar mandi dulu ya." Ucap Dimas Seraya berjalan menuju ke kamar mandi.

"Huh dasar tidak peka!" gerutunya kepada Dimas yang sudah sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi yang mulai tertutup itu.

Sejujurnya Jeni berharap Dimas mau membantunya tanpa harus bertanya dulu. Rasa gengsinya yang begitu besar membuatnya menolak bantuan sang pria yang kini telah menjadi suaminya.

Tak lama Dimas pun keluar dari kamar mandi. Melihat Jeni yang masih menggunakan gaun pengantinnya Dimas tersenyum. Lalu berjalan mendekat ke arahnya. Tiba-tiba saja tangannya dengan cekatan membukakan resleting di bagian belakang tubuh Jeni.

Jeni terpaku seketika karna tiba-tiba ada lengan kokoh yang menyentuh punggungnya.

"Kamu aku bilang tidak usah!" cap Jeni dengan raut wajahnya yang masih tetap datar.

"Memangnya sepanjang malam kamu mau mengenakan gaun itu, segeralah ganti!" titahnya lelaki itu.

Dimas lantas mendudukkan dirinya di atas kasurnya dan terus menatap lekat Jeni yang sedang membuka gaun pengantinnya itu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu keluarlah aku tidak bisa berganti pakaian Jika kamu masih ada di dalam kamar ini!" titah Jeni dengan nada kesal.

"Kenapa, Bukankah kau sekarang adalah istriku?" ucap lelaki itu dengan santainya.

Jeni menghela napas kasar. Karena lagi-lagi ucapan lelaki itu adalah benar mereka kini sudah resmi menjadi suami istri.

Mengingat kata suami istri membuat Jeni seketika menjadi murung. Wanita itu menatap Nanar pada kasur King size yang sudah didekorasi seindah mungkin untuk sepasang pengantin baru. Andai saja lelaki itu adalah Radit sang kekasih betapa bahagianya dirinya saat ini.

Selama ini wanita itu selalu memimpikan hari-hari Indah itu bersama Radit sang kekasih. Tapi semua itu hanya tinggal mimpi belaka.

Kini ia telah menjadi seorang istri dari lelaki lain. Lelaki yang sama sekali tidak ia kenal apalagi cinta.

"Apa kau akan meminta hakmu malam ini?" Tanya Jeni tanpa menatap Dimas.

"Tentu saja kenapa aku harus menundanya," goda Dimas membuat Jeni menjadi gugup

Lagi lagi Dimas hanya tersenyum melihat kegugupan sang istri. Bagi Dimas raut gugup sang istri menjadi keunikan tersendiri dalam diri wanita itu.

"Apa kau sedang teringat dengan kekasihmu?" Sindirnya.

Wanita itu semakin terlihat gugup dan kini menjadi salah tingkah.

"Tidak usah gugup seperti itu. Aku tahu malam ini adalah impianmu bersama kekasihmu yang sudah terjalin selama 5 tahun itu bukan?" lelaki itu tersenyum miring.

"Kamu.., kamu tahu semua itu?" Tanyanya heran.

"Tentu saja aku tahu. Aku sudah menyelidiki terlebih dahulu, karna aku juga harus tahu tentang wanita yang akan aku nikahi itu seperti apa sebelumnya," ujar Dimas

"Jika kamu sudah tahu lalu kenapa kamu masih bersedia menikahi aku?"

"Ingat Jeni hutang ayahmu bukanlah sedikit hampir satu miliar rupiah!" Dimas menekankan kata miliar rupiah.

"Ya aku sangat tahu itu, tidak perlu kamu ingatkan. Aku menikah denganmu hanya untuk menebus hutang-hutang Ayahku bukan?" sahutnya.

"Baguslah jika kamu sadar! Dan mulai malam ini lupakan kekasih 5 tahunmu itu. Kamu harus bisa melayaniku dengan sebaik mungkin!" ucapnya lagi dengan penuh penekanan.

Wanita itu memejamkan matanya kesal. Ia cukup sadar dan tahu diri jika dirinya berada di rumah mewah itu hanyalah sebagai alat penebus hutang sang ayah.

"Lalu apa mau kamu sekarang?" tanyanya memastikan.

"Seperti pengantin baru pada umumnya!"

"Malam pertama?" Tanya Jeni datar.

"Hmmm."

Jeni tak bisa bicara apapun lagi, hingga akhirnya ia pun pasrah dengan keadaan malam itu.

Mau tidak mau, suka atau tidak, Dimas menginginkan dirinya menjadi istri seutuhnya.

Sebenarnya Dimas tidak pernah menganggap Jeni sebagai alat penebus Hutang, hanya saja Dimas ingin wanita itu menurut padanya. Dimas jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Jeni. Namun saat Dimas mengetahui dari orang suruhannya jika Jeni memiliki seorang kekasih sebelum menikah dengannya bahkan hubungan mereka sudah terjalin begitu lama. Itu membuat Dimas yakin tidak akan mudah mendapatkan hati wanita yang sejatinya telah resmi menjadi istrinya saat ini. Lelaki itu terpaksa memanfaatkan kata hutang. Agar wanita itu sedikit luluh kepadanya.

Setelah melewati malam panjang bersama sang istri kini Dimas terduduk di atas kasur king size-nya. Menatap wanita yang kini telah tertidur lelap karna pertarungannya melewati malam pertama.

"Aku jatuh cinta padamu, sejak pertama kali bertemu denganmu Jeni, semua yang aku lakukan malam ini atas dasar cinta, kamu bukan penebus hutang, kamu istriku yang ku pilih karna cinta." lirihnya.

Dimas mengusap kening sang istri. Lalu membaringkan tubuhnya di samping wanitanya, memeluknya dengan posesif dan tak lama ia pun ikut terbuai ke alam mimpi bersama sang istri.

Di sisi lain.

Radit sedang gelisah.

Bagaimana tidak, malam ini adalah malam pertama pernikahan Jeni mantan kekasihnya.

Radit tidak Rela membayangkan wanita yang sangat dicintainya itu disentuh lelaki lain. Namun ia pun sadar jika wanita yang begitu dicintainya itu kini telah menjadi istri orang lain. Mau tidak mau suka atau tidak, dirinya harus bisa merelakan wanita pujaannya hatinya untuk menjadi milik orang lain saat itu dan selamanya.

"Jen, aku hanya bisa berdoa semoga kamu selalu bahagia."

Radit menghembuskan napas berat.

Sungguh ia tidak bisa tidur membayangkan wanita yang sangat dicintainya itu.

Radit kembali memejamkan matanya. Tapi bayangan Jeni sedang melakukan malam pertamanya terus menari - nari indah di atas kepalanya saat ini.

"Shitt!! Kenapa semuanya jadi seperti ini?! Relakan Dit, kau tidak bisa terus menerus memikirkan wanita yang saat ini telah menjadi istri orang lain!" Lelaki itu terus bergumam sendiri di dalam kamar sederhananya. Seraya mengacak rambutnya dengan kasar.

Radit beranjak dari ranjang jati sederhana miliknya. Menuju ke teras depan rumahnya, hendak mencari angin segar.

Dihisapnya satu batang rokok untuk menemani secangkir kopinya yang baru saja ia buat.

Tak lama, ponselnya berdering.

"Syifana," gumamnya.

Ternyata Syifana yang saat ini menelpon dirinya dengan panggilan Video.

"Ya syifana," sahutnya.

"Radit, kau baik baik saja kan?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran.

"Seperti yang kamu lihat, aku bahkan masih bisa merokok dan duduk di depan teras, ada apa kamu mengkhawatirkan aku?" Tanya Radit heran.

"Tak apa Dit, aku hanya khawatir, karna malam ini kan malam pernikahan mantan kekasihmu dengan lelaki kaya itu! Kamu beneran tidak apa apa kan?" Syifana penuh perhatian

"Tidak, terima kasih telah mengkhawatirkan aku."

"Baiklah, aku tutup telponnya ya Dit, semalam malam!"

Tut tut tut....

Radit menatap layar ponsel yang masih menampilkan foto kontak Syifana.

Syifana. Gamamnya lirih.

Terpopuler

Comments

kutubuku

kutubuku

jaim lah jeni

2023-08-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!