Bab Empat

Syifana, gumamnya lirih

Syifana adalah teman baik Radit dan Jeni yang juga sudah berteman sejak mereka duduk di bangku SMA.

"Radit, apa yang sedang kau lakukan di teras malam malam seperti ini nak?" tanya sang kakek yang kebetulan terbangun karana haus dan hendak mengambil air minum.

"Sedang cari angin aja kek, kebetulan lagi gak bisa tidur, kakek sendiri kenapa belum tidur? "Tanya balik Radit pada sang kakek.

"Aku haus nak, botol air di kamar ternyata kosong," ujar sang kakek. "Ada apa Dit, apa masih memikirkan Jeni? " tanya sang kakek lagi yang seolah tahu dengan apa yang radit kini rasakan.

"Tidak kek, hanya saja ..." Radit tidak meneruskan kata katanya.

Lelaki itu menundukkan wajahnya saat bulir bening mulai menetes dari pelupuk matanya

"Menangislah, selagi kau masih bisa menangis. Jangan menahan kesedihan dengan pura pura tegar!" ujar sang kakek, mengelus pundaknya lembut.

"Sakit, kek. Rasanya hatiku begitu hancur malam ini!" ucap lelaki itu sambil meremas dadanya sendiri yang terasa begitu sesak.

"Aku mengerti dengan perasaanmu saat ini, tapi percayalah semua ini yang terbaik untuk hidup kalian kelak, jika kau merelakannya dengan ikhlas, semua akan indah nak," ujar sang kakek lagi.

"Ya kek, aku sedang berusaha untuk ikhlas hanya saja saja hati aku belum sepenuhnya bisa melupakannya kek, sesak sekali dada ini rasanya!" Radit tertunduk memejamkan matanya.

Hati siapa yang tak akan kecewa, jika sang kekasih hati, wanita pujaannya menikah dengan lelaki lain, seikhlas apapun dia, pasti ada kalanya ia ingin menangis dan lemah. Sekuat apapun lelaki itu berusaha tetap saja rasa dihatinya tidak akan bisa berbohong.

Seperti halnya Radit saat ini, walupun ia selalu berusaha untuk tegar, pasti ada kalanya ia berada dititik lelah yang tak bisa lagi menahan semua kesedihannya. Rasa sakit yang selama ini ia tahan akhirnya meledak bagai bom waktu yang juga bertepatan dengan malam yang baginya sungguh menyakitkan hati seorang Radit

Membayangkan wanita yang sangat dicintai sedang melakukan malam pertama dengan lelaki lain. Membuat Radit tidak bisa lagi menyembunyikan gemuruh di dalam hatinya malam ini.

Dadanya terasa begitu sesak, seperti ada bongkahan batu yang sedang menindihnya. Lelaki itu terus terbayang akan wajah kekasihnya lebih tepatnya mantan kekasihnya.

Tidak mudah untuk melupakan, hubungan yang telah terjalin selama 5 tahun itu yang tiba tiba saja harus berakhir begitu saja, tanpa ada masalah apapun diantara keduanya.

Lagi lagi Radit menghela napas kasar, berusaha memperbaiki perasaannya yang saat ini benar benar sedang hancur.

"Lupakan Radit, lupakan, semua pasti yang terbaik untukmu dan Jeni, wanita yang sangat kamu cintai itu." Radit berusaha menghibur dirinya sendiri.

Lelaki itu merogoh ponsel dari dalam sakunya.

"Aku harus move on, aku yakin ini yang terbaik, dan aku yakin ini adalah awal kebahagiannya, semoga kau selalu bahagia sayang, aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu." ujar Radit seraya menatap poto wanita itu di dalam ponselnya.

Perlahan Radit mulai menghapus satu persatu poto kenangan diantara mereka .

Hanya itulah satu satunya cara agar dirinya bisa melupakan wanita yang kini sudah menjadi istri lelaki lain.

Satu kata yang kini keluar dari mulut Radit.

'Move On'

Lelaki itu kini memantapkan hatinya untuk move on dari wanita pujaan hatinya.

"Selamat tinggal Jeni, semoga kamu selalu bahagia. Mulai malam ini aku akan belajar melupakan semua tentang kita, meski itu tak mudah tapi aku akan berusaha sebisa mungkin," ucap lelaki itu dengan tangannya terus perlahan menghapus semua poto poto bersama wanitanya.

Di sisi lain.

Wanita yang kini sedang tertidur lelap tiba tiba saja terbangun, wanita itu merasa ada seseorang yang terus manggil namanya dalam tidurnya.

Sesaat ia teringat dengan mantan kekasihnya.

"Radit, selamat tinggal, semoga kelak kau bisa menemukan kebahagian mu sendiri. Kamu adalah lelaki yang sangat baik. Suatu saat pasti akan ada wanita yang baik yang mencintaimu lebih dari aku." wanita itu terus bergumam seraya menatap Dimas lelaki yang kini telah menjadi suaminya seutuhnya.

Wanita itu mendesah pelan, berusaha menetralkan suasana hatinya yang sedang tidak baik baik saja.

Dosa-kah dirinya, Saat sedang melakukan malam pertama bersama suaminya namun sosok lelaki lain terus membayangi. Dosa-kah dirinya yang terus membayangkan sosok Radit dalam setiap sentuhan yang suaminya lakukan saat itu.

"Maafkan aku Dimas, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu, tapi bayang bayang lelaki yang telah aku cintai selama lima tahun silam masih terus menari di atas kepalaku."

Wanita itu memang bukanlah wanita solehah, namun dirinya tahu, membayangkan lelaki lain saat sedang bersama suaminya itu adalah dosa yang sangat besar, Jeni sangat tahu tentang semua itu. Tapi ia pun tak bisa menyalahkan dirinya. Lelaki yang begitu ia cintai selalu saja datang dalam bayangannya.

Tidak mudah untuk melupakan begitu saja hubungan yang telah terjalin selama lima tahun itu, begitu banyak kenangan indah yang telah tercipta diantara keduanya.

"Kenapa belum tidur Jeni?" pertanyaan dari Radit membuyarkan lamunan wanita itu.

"Tidak apa apa," sahutnya dengan raut datarnya.

"Apa kamu mau minum?" tanyanya lagi.

Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Dimas menghela napas pelan. Lalu mendudukkan dirinya di samping wanita yang kini telah resmi menjadi istrinya itu.

"Apa kau menyesal telah memberikan semuanya untukku?" tanya lelaki itu akhirnya.

"Sama sekali tidak, " jawabnya datar.

"Lalu kenapa, kau terus melamun?"

"Tidak apa, aku baik baik saja!" ucapnya lalu membaringkan kembali tubuhnya dan menarik selimutnya hingga batas bahu.

Sementara Dimas menatap punggung wanita itu dengan perasaan yang entah apa. Karna hanya Dimas yang tahu dengan perasaannya saat itu.

"Aku tahu kamu sedang teringat dengan mantan kekasihmu Jen, tapi aku janji aku akan membuatmu melupakan mantanmu itu, kamu sekarang adalah istriku tidak boleh terus memikirkan lelaki lain di dalam rumah tangga kita." tekad Dimas dalam hati.

Lelaki itu sedang berusaha mengerti dengan perasaan istrinya saat ini.

Ia pun tahu tidak mudah melupakan begitu saja hubungan yang telah terjalin selama lima tahun itu. Apalagi hubungan diantara keduanya tidak pernah ada masalah apapun. Pasti kenangannya begitu manis dan itu membuat sangat sulit untuk dilupakan bukan.

Kita manusia biasa yang hanya bisa berencana, seindah apapun rencana kita jika tuhan tidak berkenan, maka rencana itu tidak akan bisa terlaksana.

Seperti halnya Radit dan Jeni. Begitu banyak rencana yang mereka rajut dengan begitu indah namun Tuhan tidak menghendaki semua rencananya, maka rencana itupun hanya tinggal angan belaka.

Karna pada akhirnya jodoh Jeni bukanlah Radit melainkan Dimas. Lelaki yang sama sekali tidak Jeni kenal sebelumnya. Lelaki yang baginya itu sangat asing, tiba tiba kini telah menjadi suaminya dan teman hidupnya untuk selamanya.

"Jen," panggil Dimas namun tak ada jawaban yang keluar dari mulut Jeni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!