Bab Lima

Tiga bulan kemudian.

Sepasang suami istri itu sudah siap untuk menjalankan aktifitasnya masing masing.

Jeni yang masih melanjutkan kuliahnya dan Dimas yang harus pergi bekerja.

Sebagai seorang pemimpin sekaligus pemilik perusahaan, dirinya selalu memberikan contoh yang baik untuk para karyawannya, dengan datang tepat waktu.

"Jeni aku tidak bisa mengantarmu ke kampus, kamu akan di antar jemput oleh Pak Amin mulai hari ini." ujar Dimas pada sang istri.

Jeni yang masih menikmati sarapan paginya itu tidak menjawab sepatah kata pun.

Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Tiga bulan sudah ia menjadi istri Dimas namun perasaan Jeni sama sekali belum berubah.

Wanita itu masih terus memikirkan Radit mantan kekasihnya.

Walaupun sepenuhnya wanita itu sadar jika itu adalah salah namun ia bisa apa? Ini semua tentang hati Dan perasaan!

Jeni sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan Radit dari pikirannya.

Apalagi saat mengingat perlakuan Dimas yang begitu lembut terhadapnya, dirinya merasa semakin berdosa saja.

Belum lagi saat di kampus Jeni dan Radit akan tetap saling bertemu. Itu semua membuat Jenny semakin susah untuk melupakannya.

Perhatian Radit yang masih sama seperti dulu membuat jeni semakin sulit mengubur semua kenangan indah itu

"Jeni kau dengar aku tidak?" Tanya Dimas kala melihat Jenny yang terus melamun.

Pertanyaan Radit membuyarkan lamunan Jeni.

"Ah, ya Dim aku dengar. Maafkan Aku."

"Maaf lagi, maaf terus apa kata maafmu itu tidak ada habisnya?" tanya Dimas yang pagi ini sudah berapa kali mendengar istrinya itu meminta maaf kepadanya.

"Maaf Dimas," ucapnya lagi.

Maaf dan selalu maaf yang wanita itu ucapkan saat sedang berbicara dengan sang suami

Entahlah maaf dalam artian apa. Karena ia pun tak mengerti dengan perasaan saat ini.

Setelahnya Dimas pun berlalu pergi bersama sang asisten menuju kantornya.

Tak lama Jeni pun pergi menuju kampus diantar oleh Pak Amin.

"Pagi Jeni!" sapa Radit yang sedang berjalan bersisian dengan Syifana.

"Hei pagi juga Radit, Syifana," Sahut Jeni.

"Jen Kami mau sarapan di kantin Kamu sudah sarapan belum?" tanya Radit perhatian.

"Ah tidak, aku sudah sarapan tadi di rumah silakan lanjut saja kalian!" ujarnya lagi

"Baiklah, Tunggu sebentar ya Jeni." kali ini Syifana yang bicara.

"Ya Fan." Jeni menatap kepergian Syifana dan Radit.

Entah kenapa melihat Radit berduaan dengan Syifana membuat hatinya sedikit cemburu. Padahal dirinya sudah tidak ada hak apapun tentang Radit.

Selain dirinya yang kini telah bersuami, mereka kini sudah putus tak ada hubungan apapun saat ini.

Tapi nyatanya rasa cemburu itu masih ada dalam hati Jeni saat melihat Radit berduaan dengan Syifana.

Jangan Gila kamu Jeni! kamu sendiri sudah bersuami Kenapa kamu mesti cemburu melihat Syifana dengan Radit berduaan. kini hatinya sedang berperang.

Ya semenjak pernikahan Jeni dengan Dimas hubungan Radit dan Syifana semakin dekat saja.

Radit sedang berusaha melupakan masa lalunya, kenangan indah bersama Jeni. Mungkin semua itu tidak adil buat Syifana tapi entahlah. Radit merasa harus ada pelampiasan agar ia bisa melupakan wanita yang begitu dicintainya itu. Satu-satunya wanita itu adalah Syifana.

Hanya Syifana yang dekat dengan Radit selain Jeni.

Sedikit banyaknya Radit telah tahu bagaimana Syifana.

Jeni menghembuskan nafas berat, lalu ia memasuki kelasnya.

Duduk di bangkunya dengan pikiran kosong tatapan kosong dan hati yang juga kosong.

Lagi - lagi Jeni menarik nafas dalam dalam.

Entah Harus Dari mana ya memulai untuk melupakan Radit. Akankah ia mampu menghilangkan Radit dari pikiran dan hatinya.

Wanita itu termenung sesaat.

Ya Tuhan... Aku tahu ini salah tapi kenapa susah sekali untuk menghilangkan Radit dari pikiran dan hatiku! Aku hanya ingin menjadi istri yang baik untuk suamiku yang juga telah begitu baik kepadaku Ya Tuhan! Meskipun lelaki itu menikahi aku karna sebagai hutang Ayahku tapi aku merasa suamiku begitu baik memperlakukanku.

Hati dan pikiran Jeni terus berperang.

Sementara di tempat lain.

Dimas sedang melakukan pertemuan meeting bersama dewan direksi dan para petinggi perusahaan.

Salah seorang wanita cantik terus menatap Dimas dengan tidak berkedip hingga membuat Dimas merasa risih sendiri

Beruntung Meeting itu akan segera berakhir hingga tidak membuat Dimas harus terus berada dalam tatapan wanita itu.

Tak lama Meeting itu pun berakhir para dewan direksi dan petinggi perusahaan itu telah membubarkan dirinya meninggalkan ruangan Meeting tersebut.

Namun perempuan cantik itu masih betah di kursinya menatap Dimas dengan penuh kekaguman.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" tanya Dimas pada wanita tersebut.

"Ah tidak terima kasih, maaf saya terlena dengan ketampanan anda," ucap wanita itu terang-terangan.

Lalu wanita itu tiba-tiba saja mendekat ke arah Dimas. Menyentuh wajah Dimas dengan begitu memuja.

Dimas tersentak dan seketika terbangun dari kursinya. Sama sekali tidak menyangka jika wanita itu dengan berani menyentuh dirinya.

"Maaf Nona saya harus segera keluar, meeting sudah selesai, Permisi!

Saat Dimas sudah melangkahkan kakinya menuju pintu, perempuan itu menarik kembali lengan Dimas.

"Tunggu sebentar saya belum puas menikmati ketampanan Anda tuan Dimas!"

"Apa Anda tidak terpesona dengan kecantikan saya?" ucapnya dengan begitu percaya diri dan dengan sengaja memamerkan bagian dadanya yang menyembul keluar.

"Maaf Nona Saya sudah beristri!" terang Dimas.

Lelaki itu tidak habis pikir, kenapa ada wanita yang tidak punya malu sepertinya di kantor ini.

"Tidak masalah jika Tuan Dimas mau Saya bersedia menjadi simpanan tuan!"

"Maaf nona. Permisi saya masih banyak pekerjaan."

Dimas pun berlalu meninggalkan ruang meeting tersebut dengan perasaannya yang kesal bisa - bisanya ada perempuan seperti itu di kantornya.

"Victor. Serunya kepada Victor.

"Ya tuan Ada yang bisa saya bantu? Tanya balik Victor sang asisten.

"Siapa perempuan yang ada di ruang meeting tadi?"

"Oh dia Winda Tuan, dia perwakilan dari Arcenta Group."

"Saya tidak suka ada seorang wanita seperti itu masuk ke dalam kantorku mengerti Victor!"

"Baik saya mengerti!" ucap Victor dengan setengah bingung.

Sebenarnya apa yang telah wanita itu lakukan sehingga membuat tuannya itu begitu marah dan emosi.

"Ya sudah sekarang kau boleh pergi."

"Baik Tuan, permisi."

Victor berlalu meninggalkan ruangan Dimas.

Namun saat ia membuka pintu seorang wanita telah berdiri depan pintu.

"Maaf Nona Winda mau kemana?" tanya Victor.

"Apa ini ruangan tuan Dimas Anggoro?" tanyanya pada Viktor.

"Betul Nona, ada perlu apa?"

"Minggir! Aku mau masuk ke ruangannya." wanita itu bahkan mendorong tubuh Victor

"Maaf Nona, Nona tidak diperbolehkan untuk masuk ke ruangan Tuan Dimas." dengan tegas Victor melarangnya.

"Berani sekali kamu! Kamu tidak tahu siapa saya?"

"Sekali lagi maaf Nona ini perintah dari tuan Dimas langsung."

"Sombong sekali dia Dia pikir dia siapa?"

"Maaf Nona. Jika tidak ada kepentingan silakan pergi dari sini!" usirnya pada wanita itu.

"Sudah aku bilang aku ada perlu dengan Dimas Anggoro! Apa kau tuli?"

Wanita itu tetap bersikeras untuk masuk ke ruangan Dimas.

Dimas yang mendengar keributan dari luar ruangan langsung keluar.

"Ada apa kalian ribut-ribut di depan ruangan saya?"

"Maaf tuan nona ini memaksa untuk masuk. Ke ruangan anda!"

"Ada perlu apa Nona? bukankah tadi sudah jelas semuanya!"

"Ada beberapa poin yang harus aku tanyakan.,"

"Anda bisa menanyakannya pada Asisten saya, permisi."

Dimas berlalu pergi meninggalkan ruangannya. Kini Mood paginya benar-benar telah dihancurkan oleh wanita tidak tahu malu itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!