ISTRI BADASKU
Rumah bercat putih yang berada di kawasan padat penduduk, gerbang besar yang menjadi batas antara bahu jalan, dan halaman luas yang terlihat bersih dan tertata rapi dengan tanaman hijau. Dari luar rumah begitu banyak kedamaian yang di rasakan.
Namun tidak seperti yang terlihat, di dalam rumah itu penuh keributan yang tidak ada habisnya.
Seorang gadis cantik, berkepribadian susah di tebak,
Dia begitu membenci kedua orang tuanya. Seorang Papa yang selalu membuat Mamanya menangis dan Mama yang selalu mengalah dalam hal apapun.
Gadis yang setiap pulang ke rumah tidak pernah menunjukkan senyumannya itu, muka di tekuk dan selalu menatap kesal.
Ketika pintu rumah di buka. Pemandangan yang sama, lagi-dan lagi ia melihat kedua orang tuanya meributkan hal yang sama dan menyebalkan.
"Apa kau bilang saya main perempuan?" Ucap Papanya berteriak dengan raut wajah marah
"Iya! Saya sudah muak dengan ini semua, saya minta cerai hari ini juga!" Sahut Mamanya, kemudian mengalihkan tatapannya memandangi gadis yang tengah berdiri sedari tadi di depan pintu
"Buktinya mana?" Tanya lelaki itu membela diri
"Begitu banyak bukti, apa perlu saya sebutkan satu-satu?"
"Apa kalian tidak ada urat malunya!" ucapnya tersenyum simpul dan berlalu menuju kamar yang berada di lantai dua
Keisha Irawan anak tunggal dari Rudi Irawan dan jasmine Irawan. Gadis yang saat ini tengah menginjak usia delapan belas tahun. Dan ia sedang menempuh pendidikan di SMA Perkasa Bakti. Sekolah swasta yang menawarkan berbagai kemewahan dan ajang perlombaan kesuksesan orang tua mereka.
Rudi Irawan pengusaha berumur empat puluh lima tahun, yang memiliki potret wajah seperti model, bisnisnya berjalan lancar dan akhir-akhir ini begitu banyak godaan yang menyerangnya.
Pernikahan mereka yang sudah berjalan dua puluh tahun itu selalu di suguhkan keromantisan setiap hari. Namun, setahun belakangan ini Pak Rudi mulai bersikap aneh dan selalu pulang larut malam. Sehingga kecurigaan pun semakin berkembang di pikiran Bu Jasmine yang berdarah blasteran namun tak kalah cantik dari anaknya, dan beberapa minggu ini juga ia selalu mendapatkan foto suaminya bersama wanita lain.
Keisha yang juga merasakan sikap Papanya mulai berubah. Ingin segera mencari tahu apa yang di lakukan Papanya ketika di luar rumah.Kenapa seorang Papa yang baik kepada keluarganya tiba-tiba menjadi pemarah? Apa yang terjadi? gumam Keisha setiap waktu
Baru saja Keisha membaringkan tubuhnya. Teriakan Pak Rudi kembali mulai mengganggu telinganya.
Dengan langkah berat Keisha turun dari ranjangnya dan melangkah keluar kamar. Tetapi, baru saja melangkahkan kaki di anak tangga kedua, langkah itu terhenti melihat Bu Jasmine sudah terbaring kaku di atas lantai yang dingin.
Keisha berlari menuruni anak tangga dan mendorong Pak Rudi sekuat tenaganya. Gadis itu menangis sekencang mungkin , memeluk tubuh Mamanya yang perlahan mulai dingin.
Hembusan nafas tidak terdengar lagi. Badan Mamanya semakin dingin dan kaku.
"Mama, mama!" teriak Keisha sangat ketakutan
Persekian menit Pak Rudi terdiam, bingung apa yang baru saja di lakukannya dan pada akhirnya ia membawa istrinya ke rumah sakit.
Ketakutan Keisha benar-benar terjadi. Bu Jasmine yang mempunyai riwayat penyakit jantung. Beberapa menit yang lalu sudah menghembuskan nafas terakhir.
Tidak bisa di jelaskan sakitnya kehilangan orang yang sangat berharga.
Keisha menatap Pak Rudi yang tengah bersimpuh di lantai sambil menangis, Kebenciannya bertambah hari itu juga. Benci untuk semua hal tentang kelakuan Papanya.
Kenapa, kenapa aku selalu mencari pembenaran, kenapa aku tidak memaafkan, lalu kenapa dia dengan tega memperlakukan orang yang di sayanginya begitu kejam.Apa yang harus aku lakukan? Membenci tanpa alasan, Mama, maafkan aku! menyalahkan mu setiap perdebatan,menghakimi tanpa mempedulikan.Maafkan aku ma! Gumam Keisha menyeka air matanya,
Setelah selesai mengurus semuanya di rumah sakit, Bu Jasmine di bawa kembali ke rumah mereka. Sanak saudara,Rekan bisnis dan teman-teman Keisha datang melayat malam itu juga.
Setiap yang datang memberikan kata penyemangat untuk Keisha.
Malam yang di inginkan panjang oleh gadis itu. Namun, berakhir sangat singkat.
Pagi ini Bu Jasmine di makamkan di pemakaman milik keluarga Pak Rudi.
Singkat cerita pemakaman selesai. Semua orang mulai meninggalkan rumah megah itu. Kini yang tertinggal hanya Keisha,papa dan para asisten di rumah itu.
"Kei" Panggil Pak Rudi melihat anaknya membelakanginya sedari tadi, bahkan tak satu pun ucapan yang keluar dari mulut putrinya itu
Kemudian ia menatap marah, bibirnya berkedut beberapa kali,seolah papanya begitu kejam, merenggut kebahagiaan anak dan istrinya demi kesenangan sesaat "Aku tidak pernah membenci seseorang sedalam ini. Namun, kali ini aku sangat membenci Papa. Jika aku berdosa karena hal itu maka Papa yang harus menanggungnya"
"Maafin Papa, maafin papa Kei" pinta Pak Rudi di hantui rasa bersalah
"Apa dengan cara memaafkan Papa bisa mengembalikan Mama?"
Pak Rudi menatap sayu "Keisha"
"Kenapa Papa begitu kejam kepada Mama dan aku?Apa kami melakukan kesalahan yang tidak bisa papa maafkan?" Pak Rudi hanya terdiam memandangi putri satu-satunya.Ia melihat tatapan kebencian dari Keisha
Hari ke hari berganti. Keisha masih berduka. Bahkan sudah seminggu berlalu Keisha masih tidak ingin bertemu Pak Rudi. Ia selalu menghindari Papanya baik pagi atau pun malam hari. Luka yang di torehkan Papanya terlalu dalam, Bahkan trauma kehilangan akan ia rasakan sampai kapanpun.
Bik Sur terlihat mengetuk pintu kamar Keisha beberapa kali. Wanita tua yang sudah bekerja selama lima belas tahun di rumah Pak Rudi mulai khawatir dengan kondisi Keisha yang selalu melewatkan jam makan.
"Ada apa Bik?" Tanya Pak Rudi seraya menghela nafas, ia sedikit kelelahan setelah menaiki anak tangga
"Non Keisha belum makan tuan"
"Biar saya yang mengurusnya" Bik Sur mengangguk dan bergegas menuruni tangga. Ia berharap tidak ada lagi keributan antara Keisha dan Pak Rudi.
"Keisha... Kei..." Panggil Pak Rudi seraya mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya,
"Keisha, Papa mau bicara nak"
Dari dalam terdengar suara parau "Tidak ada yang perlu di bicarakan"
"Kei beri Papa kesempatan"
Keisha tidak menggubris perkataan Papanya. Ia memilih tidur dan membiarkan Pak Rudi seorang diri. Pak Rudi yang tidak pantang menyerah lebih memilih menunggu anaknya di depan pintu kamar sampai pagi menjelang,
Semangat itu juga yang membuat bisnisnya selalu berhasil. Lelaki yang masih terlihat muda itu menyandarkan tubuhnya kearah pintu kamar anaknya.
Seperti pagi biasa, sejak kematian Mamanya, Keisha selalu berangkat ke sekolah lebih awal agar tidak bertemu dengan Pak Rudi.
Baru saja Keisha membuka pintu Pak Rudi langsung terjatuh ke lantai dan tersenyum memandanginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments