Rumah bercat putih yang berada di kawasan padat penduduk, gerbang besar yang menjadi batas antara bahu jalan, dan halaman luas yang terlihat bersih dan tertata rapi dengan tanaman hijau. Dari luar rumah begitu banyak kedamaian yang di rasakan.
Namun tidak seperti yang terlihat, di dalam rumah itu penuh keributan yang tidak ada habisnya.
Seorang gadis cantik, berkepribadian susah di tebak,
Dia begitu membenci kedua orang tuanya. Seorang Papa yang selalu membuat Mamanya menangis dan Mama yang selalu mengalah dalam hal apapun.
Gadis yang setiap pulang ke rumah tidak pernah menunjukkan senyumannya itu, muka di tekuk dan selalu menatap kesal.
Ketika pintu rumah di buka. Pemandangan yang sama, lagi-dan lagi ia melihat kedua orang tuanya meributkan hal yang sama dan menyebalkan.
"Apa kau bilang saya main perempuan?" Ucap Papanya berteriak dengan raut wajah marah
"Iya! Saya sudah muak dengan ini semua, saya minta cerai hari ini juga!" Sahut Mamanya, kemudian mengalihkan tatapannya memandangi gadis yang tengah berdiri sedari tadi di depan pintu
"Buktinya mana?" Tanya lelaki itu membela diri
"Begitu banyak bukti, apa perlu saya sebutkan satu-satu?"
"Apa kalian tidak ada urat malunya!" ucapnya tersenyum simpul dan berlalu menuju kamar yang berada di lantai dua
Keisha Irawan anak tunggal dari Rudi Irawan dan jasmine Irawan. Gadis yang saat ini tengah menginjak usia delapan belas tahun. Dan ia sedang menempuh pendidikan di SMA Perkasa Bakti. Sekolah swasta yang menawarkan berbagai kemewahan dan ajang perlombaan kesuksesan orang tua mereka.
Rudi Irawan pengusaha berumur empat puluh lima tahun, yang memiliki potret wajah seperti model, bisnisnya berjalan lancar dan akhir-akhir ini begitu banyak godaan yang menyerangnya.
Pernikahan mereka yang sudah berjalan dua puluh tahun itu selalu di suguhkan keromantisan setiap hari. Namun, setahun belakangan ini Pak Rudi mulai bersikap aneh dan selalu pulang larut malam. Sehingga kecurigaan pun semakin berkembang di pikiran Bu Jasmine yang berdarah blasteran namun tak kalah cantik dari anaknya, dan beberapa minggu ini juga ia selalu mendapatkan foto suaminya bersama wanita lain.
Keisha yang juga merasakan sikap Papanya mulai berubah. Ingin segera mencari tahu apa yang di lakukan Papanya ketika di luar rumah.Kenapa seorang Papa yang baik kepada keluarganya tiba-tiba menjadi pemarah? Apa yang terjadi? gumam Keisha setiap waktu
Baru saja Keisha membaringkan tubuhnya. Teriakan Pak Rudi kembali mulai mengganggu telinganya.
Dengan langkah berat Keisha turun dari ranjangnya dan melangkah keluar kamar. Tetapi, baru saja melangkahkan kaki di anak tangga kedua, langkah itu terhenti melihat Bu Jasmine sudah terbaring kaku di atas lantai yang dingin.
Keisha berlari menuruni anak tangga dan mendorong Pak Rudi sekuat tenaganya. Gadis itu menangis sekencang mungkin , memeluk tubuh Mamanya yang perlahan mulai dingin.
Hembusan nafas tidak terdengar lagi. Badan Mamanya semakin dingin dan kaku.
"Mama, mama!" teriak Keisha sangat ketakutan
Persekian menit Pak Rudi terdiam, bingung apa yang baru saja di lakukannya dan pada akhirnya ia membawa istrinya ke rumah sakit.
Ketakutan Keisha benar-benar terjadi. Bu Jasmine yang mempunyai riwayat penyakit jantung. Beberapa menit yang lalu sudah menghembuskan nafas terakhir.
Tidak bisa di jelaskan sakitnya kehilangan orang yang sangat berharga.
Keisha menatap Pak Rudi yang tengah bersimpuh di lantai sambil menangis, Kebenciannya bertambah hari itu juga. Benci untuk semua hal tentang kelakuan Papanya.
Kenapa, kenapa aku selalu mencari pembenaran, kenapa aku tidak memaafkan, lalu kenapa dia dengan tega memperlakukan orang yang di sayanginya begitu kejam.Apa yang harus aku lakukan? Membenci tanpa alasan, Mama, maafkan aku! menyalahkan mu setiap perdebatan,menghakimi tanpa mempedulikan.Maafkan aku ma! Gumam Keisha menyeka air matanya,
Setelah selesai mengurus semuanya di rumah sakit, Bu Jasmine di bawa kembali ke rumah mereka. Sanak saudara,Rekan bisnis dan teman-teman Keisha datang melayat malam itu juga.
Setiap yang datang memberikan kata penyemangat untuk Keisha.
Malam yang di inginkan panjang oleh gadis itu. Namun, berakhir sangat singkat.
Pagi ini Bu Jasmine di makamkan di pemakaman milik keluarga Pak Rudi.
Singkat cerita pemakaman selesai. Semua orang mulai meninggalkan rumah megah itu. Kini yang tertinggal hanya Keisha,papa dan para asisten di rumah itu.
"Kei" Panggil Pak Rudi melihat anaknya membelakanginya sedari tadi, bahkan tak satu pun ucapan yang keluar dari mulut putrinya itu
Kemudian ia menatap marah, bibirnya berkedut beberapa kali,seolah papanya begitu kejam, merenggut kebahagiaan anak dan istrinya demi kesenangan sesaat "Aku tidak pernah membenci seseorang sedalam ini. Namun, kali ini aku sangat membenci Papa. Jika aku berdosa karena hal itu maka Papa yang harus menanggungnya"
"Maafin Papa, maafin papa Kei" pinta Pak Rudi di hantui rasa bersalah
"Apa dengan cara memaafkan Papa bisa mengembalikan Mama?"
Pak Rudi menatap sayu "Keisha"
"Kenapa Papa begitu kejam kepada Mama dan aku?Apa kami melakukan kesalahan yang tidak bisa papa maafkan?" Pak Rudi hanya terdiam memandangi putri satu-satunya.Ia melihat tatapan kebencian dari Keisha
Hari ke hari berganti. Keisha masih berduka. Bahkan sudah seminggu berlalu Keisha masih tidak ingin bertemu Pak Rudi. Ia selalu menghindari Papanya baik pagi atau pun malam hari. Luka yang di torehkan Papanya terlalu dalam, Bahkan trauma kehilangan akan ia rasakan sampai kapanpun.
Bik Sur terlihat mengetuk pintu kamar Keisha beberapa kali. Wanita tua yang sudah bekerja selama lima belas tahun di rumah Pak Rudi mulai khawatir dengan kondisi Keisha yang selalu melewatkan jam makan.
"Ada apa Bik?" Tanya Pak Rudi seraya menghela nafas, ia sedikit kelelahan setelah menaiki anak tangga
"Non Keisha belum makan tuan"
"Biar saya yang mengurusnya" Bik Sur mengangguk dan bergegas menuruni tangga. Ia berharap tidak ada lagi keributan antara Keisha dan Pak Rudi.
"Keisha... Kei..." Panggil Pak Rudi seraya mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya,
"Keisha, Papa mau bicara nak"
Dari dalam terdengar suara parau "Tidak ada yang perlu di bicarakan"
"Kei beri Papa kesempatan"
Keisha tidak menggubris perkataan Papanya. Ia memilih tidur dan membiarkan Pak Rudi seorang diri. Pak Rudi yang tidak pantang menyerah lebih memilih menunggu anaknya di depan pintu kamar sampai pagi menjelang,
Semangat itu juga yang membuat bisnisnya selalu berhasil. Lelaki yang masih terlihat muda itu menyandarkan tubuhnya kearah pintu kamar anaknya.
Seperti pagi biasa, sejak kematian Mamanya, Keisha selalu berangkat ke sekolah lebih awal agar tidak bertemu dengan Pak Rudi.
Baru saja Keisha membuka pintu Pak Rudi langsung terjatuh ke lantai dan tersenyum memandanginya.
Keisha memperhatikan Papanya. Tidak ada rasa iba sedikit pun.
Pak Rudi bergegas bangkit lalu kembali tersenyum manis, lelaki itu berharap keisha membalas senyumnya.
Tetapi bagaimana pun juga ia akhirnya bisa melihat putri semata wayangnya.
Senyuman Pak Rudi masih mengambang. Keisha langsung membuang muka dan pergi begitu saja.
Keisha masih menyalahkan Papanya atas kematian yang menimpa Mamanya.
"Keisha apa begini cara kau menghukum Papa?" Dengan langkah pelan, Keisha menghela nafas. Jujur saja dia juga merindukan Papanya. Namun, ada beberapa hal yang membuat dia ragu untuk mengutarakan.
Pertama, Keisha harus mencari tahu perempuan mana yang mengambil kebahagiaan keluarganya.
Kedua Keisha akan membuat perhitungan kepada wanita itu
Ketiga Keisha akan membalaskan rasa sakit yang di tanggung Mamanya.
Di meja makan sudah tersedia susu cokelat dan beberapa lembar roti.
Keisha langsung menyantapnya dan seketika itu juga Pak Rudi duduk di samping gadis itu. Keisha memejamkan mata, menahan jengkel melihat Papanya.
"Kei maafin Papa"
"Baiklah, tapi sebagai imbalannya tamat sekolah biarkan aku tinggal seorang diri"
Pak Rudi mendongak menatap Keisha yang begitu serius "Tidak bisa begitu, Papa tidak memberikan izin seperti permintaan Mama mu"
Mendapatkan jawaban yang tidak di inginkan. Keisha bergegas meninggalkan Papanya. Keisha ingin sekali keluar dari rumah itu untuk sementara. Ia ingin melupakan kekecewaan dan kesedihannya.
Sementara itu Pak Rudi hanya tersenyum kecut. Anaknya memang begitu, jika sedang kesal susah untuk di luluhkan.
Keisha membuka pintu dan sang surya mulai menampakan wujudnya. Embun pagi mulai menghilang.
Beberapa penjaga rumahnya terlihat sibuk melaksanakan tugas mereka masing-masing.
Di depan rumah sudah ada mobil Ferrari F430 menunggunya. Mobil bewarna merah itu di dapatkan Keisha ketika dia merayakan usia ke tujuh belas tahun dari sang Mama.
Keisha lebih suka mengendarai mobil sendiri dari pada bergantung kepada supir.
Karena masih pagi, jalanan ke sekolah pun tidak ada hambatan, sehingga Keisha tidak perlu terburu-buru.
Tidak menunggu waktu lama. Gadis itu sampai di sekolah. Keisha membenarkan rambut panjangnya seraya mengedipkan mata ke arah sahabatnya yang baru saja juga terlihat turun dari mobilnya
"Gimana?" Tanya Aida seraya menaikkan sedikit roknya
"Gimana apanya?"
"Papa mu laaah?"
"Menurut kau bagaimana Ai?"
Aida memutar bola matanya "Keisha kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya" Tutur Aida tertawa geli
"Ai aku harus mencaritahu siapa selingkuhan Papa"
"Aku siap membantumu" Balas Aida tersenyum meyakinkan
Kemudian mereka berdua melangkah menuju kelas seraya mengibaskan rambut panjang yang terurai bebas.
Mereka berjalan melewati setiap ruangan kelas yang sangat ramai oleh para siswa lelaki dan membuat mereka mempercepat langkah kakinya.
Keisha tidak suka menjadi pusat perhatian. Apalagi dia tidak terlalu suka dengan godaan beberapa cowok hidung belang.
Seperti sekolah pada umumnya. Waktu pulang adalah hal yang di nantikan oleh para siswa. Sudah memasuki waktu sore, dan Keisha masih mengerjakan tugasnya. Mata mulai mengantuk. Namun, semua terlihat bisa di ajak bekerja sama. Kemudian bel pulang berbunyi sangat nyaring.
Kakinya yang panjang langsung berlari ke arah parkiran mobil.
Dan seharusnya hari ini Keisha mampir dulu ke toko buku. Namun, dia mengurungi niatnya karena sudah mengantuk, rasanya Keisha ingin cepat sampai dirumah lalu membaringkan tubuhnya.
Jalanan mulai macet, dan Keisha membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai di rumahnya.
Sepanjang perjalanan entah sudah berapa kali Keisha menguap menahan kantuk.
Sebelum memasuki kawasan perumahan, Keisha melihat pemandangan yang menguras emosi, hal yang selama ini ingin ia cari tahu akhirnya terungkap juga, Keisha tersenyum jahat.
Ia melihat Papanya bersama seorang wanita yang terlihat masih berumur dua puluh tahunan.
Tanpa membuang-buang waktu Keisha mengikuti mobil Papanya kemana mereka akan pergi.
Pak Rudi dan wanita itu berhenti di sebuah restoran hotel yang menyuguhkan kemewahan dan keindahan .
Keisha tersenyum kecil ketika menangkap Papanya bersama selingkuhan yang selama ini di sembunyikan.Keisha mengepalkan tangannya lalu membenarkan rambut yang di terbangkan angin
Keisha tersenyum lalu memanggil papanya tanpa ragu "Pa" Panggil Keisha seraya melipat kedua tangannya di depan dada, ia seperti mendapatkan mangsa empuk
"Keisha" Ujar Pak Rudi terlihat sangat kaget melihat putrinya tersenyum penuh kemenangan
"Kau kenapa ada disini?" pertanyaan yang terdengar tidak penting oleh Keisha
"Bukannya Kei yang seharusnya menanyakan itu?" ia berkacak pinggang menatap wanita itu
"Ternyata tuduhan Mama benar ya. Dan wanita selingkuhan Papa, waaaah, benar-benar gila!" Ucap Keisha tertawa lepas
"Kei Papa bisa jelaskan dan please jangan bikin keributan disini" Pinta Pak Rudi karena mengetahui watak Keisha yang berani dan bar-bar, Keisha tidak segan-segan melakukan hal apapun jika itu menentang dirinya
Keisha tertawa "Tenang aja pa" Lalu ia menoleh kearah wanita yang sedari tadi masih merangkul lengan Pak Rudi
"Ternyata kau wanita murahan itu" Tunjuk Keisha seraya tertawa simpul. Rasanya ingin sekali Keisha menampar dan menghajar wanita itu
"Apa murahan?" Sahut wanita itu mulai menahan malu, karena semua pasang mata mulai teralihkan melihat mereka, judulnya Anak SMA melabrak seorang pelakor di tempat umum,
Keisha berdecih "Butuh berapa banyak uang agar kau bisa meninggalkan Papa saya?" Tanya Keisha kembali menaikkan nada suaranya lebih tinggi
"Kei jaga ucapan mu!" Ujar Pak Rudi mulai menahan amarah melihat ucapan Keisha yang sudah di luar batas
"Aku mencintai Papa kau bukan karena uang" Bela wanita itu masih bersikeras
"Oh ya..?" Keisha bertepuk tangan lalu melanjutkan ucapanya "Mana ada seorang wanita muda yang mau sama om-om berumur empat puluh tahunan jika bukan karena uang, gila penglihatan kau ya?" Ucap Keisha semakin menaikan nada suaranya. Dengan sigap Pak Rudi menarik tangan Keisha dan membawa anaknya menuju parkiran mobil
"Supri kau bawa mobil Keisha pulang" Ucap Pak Rudi kepada supir pribadinya
"Kau Keisha masuk ke dalam mobil sekarang juga" suruh Pak Rudi terlihat marah, Keisha tertawa jahat dan melirik kearah wanita yang sedang menatap kesal ke arahnya. Sebelum menutup kaca mobil tidak lupa Keisha menjulurkan lidahnya dan tersenyum ejek
"Kau..."
"Akhirnya maling ketangkap basah juga" Keisha tertawa kecewa
"Keisha!"
"Dia hanya"
"Hanya apa? Kekasih yang Papa sembunyikan selama ini?" Pak Rudi terdiam mendengar itu
"Tamu tidak akan masuk jika tuan rumah tidak membukakan pintu" Tuturnya begitu tegas
"Apa begini didikan di sekolah mu? percuma sekolah di tempat bagus tetapi tidak bisa menghargai orang tua"
"Bukan, ini didikan dari Papa dirumah dan aku hanya mengikuti apa yang aku lihat"
Spontan Pak Rudi terdiam. Anaknya begitu keras kepala seperti dirinya.
Sampai di rumah Keisha langsung bergegas masuk ke dalam kamar. Karena tidak ada gunanya berdebat dengan Papanya malam ini.
Pak Rudi menghela nafas dan mengakui kesalahan yang di perbuatnya.
Minggu berganti minggu. Namun, hubungan anak dan bapak itu tidak menemukan titik terang.Setiap bertemu mereka selalu melakukan perdebatan, siapa yang salah? selalu menjadi topik mereka berdua.
Pak Rudi seperti mengalami puber kedua. Dan Keisha seperti berada di zona membingungkan.Tingkah papanya membuat Keisha menggelengkan kepala melihatnya, kesabarannya terus di uji
Dua bulan sudah berlalu sejak kematian Bu Jasmine.
Dan sebentar lagi Keisha juga akan lulus dari sekolah menengah atas.
Pak Rudi semakin menggila dan ingin menikahi pacarnya.
Pak Rudi tidak pernah mendengarkan ucapan Keisha untuk menyudahi hubungan haram mereka, bahkan lelaki itu menyembunyikan wanitanya agar tidak di temukan oleh Keisha.
Lidya, nama perempuan yang menjadi kekasihnya dan sebentar lagi akan di nikahi. Wanita yang hanya memiliki jarak lima tahun dari putrinya.
Iya, masih berusia dua puluh tiga tahun bahkan lebih pantas di sebut anak sendiri.
Tetapi jika di lihat dari dandanan Lidya yang sehari-harinya seperti Tante-tante tidak memperlihatkan dia berusia dua puluh tiga tahunan. Lebih tepatnya tiga puluh tahun ke atas,
Hari ini dengan berani Pak Rudi dan Lidya datang bersamaan untuk menemui Keisha. Mereka berniat membicarakan pernikahan.
Pukul tujuh malam Keisha baru saja pulang dari sekolah. Dan satu jam yang lalu Pak Rudi dan Lidya sudah menunggu kedatangannya.
Senyuman Keisha menghilang kala melihat dua orang itu, orang yang di cari selama ini akhirnya datang dengan sendirinya.
"Bik Sur" Teriak Keisha dari arah depan
Bik Sur dari arah dapur langsung berlari mendekati nyonya mudanya "Iya Non ada apa?"
"Kenapa sampah di rumah ini tidak di bersihkan dengan benar, Bibik kerjanya ngapain aja sih?" Sindir Keisha menatap wanita yang akan menjadi Ibu tirinya itu
"Udah kok non"
"Itu lihat masih tertinggal satu, sampah murahan dan di daur ulang pun juga percuma karena saking tidak bergunanya" Tunjuk Keisha kearah dimana Lidya sedang duduk
"Kei jaga ucapanmu, sebantar lagi dia akan menjadi Mama mu!" Ujar Pak Rudi membela kekasihnya
Keisha terdiam mendengar kata akan menjadi Mama, kepalanya mendadak menjadi pusing kemudian tanpa sepatah kata pun ia bergegas menaiki tangga. Papanya benar-benar jahat, begitu mudah melupakan Mamanya.
Dalam keheningan Keisha menangis, dadanya begitu sesak, nafas memburu, ia tidak tahu harus memulai darimana. Jujur, ia begitu takut memiliki Ibu tiri. Satu dari sepuluh orang ibu tiri mungkin hanya ada satu orang yang berhati baik. Sisanya hanya menginginkan suami dan harta bukan anaknya.
Tanpa persetujuan Keisha. Pak Rudi mengambil keputusan sendiri. Lelaki itu pada akhirnya menikahi kekasihnya.
Cerita dari Bik Sur pernikahan Papanya tinggal hitungan hari lagi dan akan di adakan di sebuah Villa sesuai permintaan Lidya. Dan akan di hadiri oleh orang-orang terdekat saja.
Hari yang di tunggu Pak Rudi akhirnya datang. Sebelum berangkat ke Villa tempat pernikahannya, Pak Rudi menghampiri kamar Keisha. Hal yang sama Keisha tidak ingin menemuinya.
Beberapa menit kemudian Pak Rudi berangkat dan Keisha hanya mengintip Papanya dari balik jendela kamar.
Buliran Air mata dengan bebas jatuh di pipi.
Papanya sudah berubah menjadi Papa yang buruk dan jahat. Keisha seperti tidak mengenali Papanya sejak bersama wanita itu.
Pernikahan berjalan lancar. Tidak ada hambatan. Lidya tersenyum penuh kemenangan. Selama ini dia menahan hinaan dari Keisha. Namun, kali ini ia akan membalasnya.
Gelar Nyonya utama sudah di sandang Lidya. Tentu saja dia akan berkuasa di istana Pak Rudi.
Entah apa yang akan di rencanakan oleh wanita itu.
Selesai pernikahan Pak Rudi tidak pulang selama tiga hari. Mereka menikmati Honeymoon di atas penderitaan putrinya.
Tidak ada yang berubah dari kegiatan Keisha, Dia seperti sudah biasa hidup seorang diri.
Pukul delapan malam Keisha menikmati makan malam seorang diri. Kemudian, beberapa saat tamu yang tidak di undang itu datang dengan percaya diri.
Beberapa kopernya terlihat di bawa masuk oleh Pak Supri
"Sayang apa kabar" Ucap Pak Rudi menyapa Keisha
Tidak ada yang menyuruh untuk duduk, Lidya langsung mengambil posisi duduk yang biasanya di tempati oleh Mamanya.
Keisha membuat keributan dengan cara memainkan sendok di piringnya.
"Mulai sekarang Lidya yang akan menggantikan semua tugas Mama dan kau bisa panggil dia dengan sebutan Mama,papa minta hargai dia" Suruh Pak Rudi tersenyum kecil lelaki itu terlihat bahagia
"Aku tidak peduli itu" Jawab Keisha beranjak dari tempat duduknya
"Kei maafin aku..." Lidya memasang mimik paling menyedihkan, seakan dialah orang yang paling tulus dalam meminta maaf
"Maafin?" tanya Keisha tertawa semringah
"Bukankah ini yang kau inginkan? Bagaimana rasanya sekarang sudah menjadi Nyonya utama? Warisan sudah dapat dong? Atau masih mau yang lain?" Tanya Keisha mengejek Ibu tirinya yang sedang berpura-pura dalam kesedihan
"Kei kenapa kau bicara begitu?" Tanya Pak Rudi mulai terpancing emosi
"Oh ya, Papa hati-hati juga, mana tahu sebentar lagi Papa yang akan menyusul Mama, karena di bunuh oleh perempuan yang gila harta ini" Keisha menunjuk kearah Lidya yang tertunduk lesu
Plaaak.. Tamparan langsung melayang ke pipi kanan Keisha. Emosi Pak Rudi sudah tidak bisa ditahan lagi. Kali ini Keisha sudah di luar batas pikir Papanya.
Keisha tertawa kecewa mendapat tamparan untuk pertama kalinya. Bahkan Papanya sekarang lebih membela wanita itu
."Jika ingin menikah setidaknya carilah perempuan yang baik!" ucap Keisha menyentuh pipinya
"Jangan menikahi perempuan yang mengambil kebahagiaan orang lain dan tentunya yang bisa menghargai keberadaan anaknya" Pak Rudi menoleh kearah Keisha
"Buang jauh-jauh pikiran negatifmu itu, pilihan Papa adalah yang terbaik!"
"Oh ya, kita lihat saja sampai dimana kebaikannya!"
Lalu Keisha melirik kearah Ibu tirinya yang terlihat tertawa kecil. Lidya merasa sudah menang dan sakit hatinya sedikit terobati
"MU-RA-HAN" Ucap Keisha menggerakkan bibirnya menatap Ibu tirinya
"Terimakasih tamparannya Pak Rudi Irawan" Ujar Keisha tersenyum simpul sedangkan matanya masih menatap tajam kearah wanita di depannya
"Maafin Papa Kei" Pak Rudi membelai lengan Keisha ketika melihat pipi anaknya memerah. Namun, sekali gerakan, ia menjauhkan tubuhnya dari Papanya. Tidak lama kemudian Keisha mendekati Lidya, secara kasar gadis itu menarik rambut Lidya. Dan membalas tamparan itu kepipi kanan Lidya, Spontan Lidya berteriak menahan sakit.
"Mas tolong aku" teriak Lidya meringis kesakitan
Keisha tertawa "Kei lepasin" Teriak Pak Rudi. Sekali tarikan ia mendapatkan banyak rambut Lidya yang terbawa, kemudian Keisha mendorong Lidya kearah lantai seraya tersenyum kecil dan berlalu meninggalkan mereka.
Lidya menangis dan berteriak melihat rambutnya berserakan di lantai. untuk pertama kalinya ia melihat seorang wanita seberani Keisha. jika hari biasa ia selalu menang namun hari ini ia mengakui kekalahannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!