Malam yang tadi dingin tiba-tiba saja menjadi memanas. Mendengar ucapan Keisha, Lidya semakin geram. Sebisa mungkin dia menahan emosinya di depan Pak Rudi.
Keisha tersenyum simpul kala melihat Papanya merangkul bahu Lidya dengan manja.
"Kei kenapa kau begitu membenci aku?" Tanya Lidya yang semakin sok akrab dan sok baik tetapi terlihat menjijikan
"Bukan cuma kau yang aku benci, tapi..." Keisha memberhentikan ucapannya lalu menatap kearah Papanya, tak lama kemudian ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya
"Sayang aku tidak apa-apa jika memang itu yang di inginkan Keisha,aku ikhlas karena itu sudah resiko menjadi ibu tiri" Tutur Lidya memasang wajah menyedihkan. Pak Rudi langsung memeluk istri mudanya seraya meyakinkan, suatu hari nanti Keisha pasti akan menerimanya dengan baik.
Masih mengenakan seragam sekolah Keisha duduk di tepi ranjang. Dadanya kembali sesak. Air mata yang sedari tadi di tahan kini jatuh dengan bebasnya. Niatnya ingin balas dendam seperti tidak berjalan dengan mulus .
Tangisan Keisha semakin kencang kala dirinya menatap foto Mamanya yang sedang tersenyum manis.
Benar kata orang-orang, dunia kamu akan berantakan ketika Ibu mu sudah pergi untuk selama-lamanya,
Hati rasanya hancur,duniamu seakan ikut berhenti. Rasa sedih selalu muncul bersamaan dengan kemarahan, rasa bersalah, hingga ketakutan. Rasa ini mungkin akan hilang seiring berjalannya waktu, tapi akan kembali terasa pedih ketika mengingatnya. Rasanya ada ruang kosong di hati dan tak ada yang bisa mengisinya kembali.
Itu yang dirasakan Keisha saat ini. Sedangkan papanya sedang di mabuk cinta oleh perempuan yang di sebut perebut suami orang.
Pak Rudi beberapa menit yang lalu sudah berdiri di depan pintu kamar anaknya. Ia mendengarkan tangisan Keisha, hingga membuat dia ikut tenggelam dalam kesedihan anaknya. Pak Rudi semakin merasa bersalah.
Tok... Tok... Tok...
Ketukan pintu terdengar beberapa kali. Namun, Keisha tidak meresponnya.
Baginya, Papanya sudah tidak seperti dulu lagi, ia seperti orang asing kala melihat Papanya bersama Ibu tirinya. Papanya sering kali berkata kasar bahkan berani menamparnya.
"Sayang beri Keisha waktu" Kata Lidya mendatangi suaminya. Pak Rudi mengangguk dan berlalu meninggalkan kamar anak gadisnya
Lidya semakin cemas dan takut kalau Pak Rudi menuruti keinginan anaknya. Siasat buruk mulai di pikirkannya. Bagaimana cara mengusir Keisha dari rumah itu tetapi tidak di curigai oleh Pak Rudi, jika melawan dengan tenaga, tentu ia akan kalah karena Keisha lebih berani dalam hal itu, Lidya menyadari ia tidak pernah menang melawan bocah ingusan itu, Keisha selalu menemukan celah untuk membuatnya kalah.
Selagi berfikir Lidya memainkan ponselnya. Sedangkan Pak Rudi sudah terlelap dalam tidur.
Dini, seorang kenalan Lidya bisa di sebut Tantenya sedang mencari pendamping hidup untuk anak lelakinya.Untuk alasannya bisa di bilang tidak masuk akal,
Albi Abrisam nama anak lelaki Bu Dini. Lelaki berumur dua puluh tiga tahun yang memiliki wajah di atas rata-rata. Berkulit putih, memiliki tubuh tinggi, hidung mancung dan beralis tebal. Bahkan sedikit mununjukkan otot pada bagian tangan di tambah dengan senyum manis dan rahang sedikit maskulin. Itu penjelasan yang tepat untuk Albi yang bersifat cool.
...
...
Bu Dini sengaja mencarikan jodoh untuk anaknya. Dengan alasan perebutan saham di keluarga mereka. Anak yang belum menikah tidak mendapatkan saham. Sedangkan Bu Dini menyayangi Albi karena kepintarannya.
Albi generasi keempat dari Fadli Abrisam,seorang pengusaha yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis.
Niat Lidya seperti berjalan mulus. Ia berfikir akan menjodohkan Keisha dengan Albi. Karena ia juga tahu sikap Albi yang sedingin es di kutub utara. Belum lagi rumor yang mengatakan Albi telah mati rasa setelah di tinggal pergi oleh kekasihnya, dan itu juga alasan Albi belum menikah dan memiliki kekasih.
Kekasihnya menikahi orang lain, tepat sepuluh hari sebelum pernikahan mereka, karena alasan tertentu. Dan sejak saat itu juga Albi semakin tertutup tentang perasaannya.
Memikirkan hal itu saja sudah membuat Lidya tersenyum penuh kemenangan.
Lidya akan menahan dan meyakinkan Bu Dini sampai Keisha tamat dari SMA. Masa sekolah Keisha cuma tinggal satu bulan lagi. Dan Lidya juga akan meyakinkan Pak Rudi, dengan cara itulah dia akan mengusir Keisha dari rumah itu.
Seperti pagi biasa, tidak ada yang spesial. Dentuman jam dinding terdengar lebih keras. Keisha bangkit dari ranjangnya, ia menyibak roal gorden dan membuka jendela kamar.
Gadis itu berdiri tenang seraya memandangi hamparan pohon di tepi jalan perumahannya.
Beberapa menit kemudian Keisha beranjak menuju kamar mandi.
Setelah selesai, mengenakan seragam sekolah Keisha berjalan menyusuri tangga. Di meja makan sudah ada Pak Rudi dan Lidya menikmati sarapan bersama.
Tanpa melirik sedikit pun, Keisha mempercepat langkah kaki.
"Sayang sarapan dulu" Panggil Pak Rudi. Namun, Keisha tidak mempedulikannya
Keisha berteriak memanggil asisten rumah "Pak Supri di lantai dua di pasangkan meja makan ya. Dan Bik Sur mulai besok sediakan makanan aku disana ya" Suruh Keisha kala melihat pasangan suami istri itu sedang sarapan bersama
"Keisha semakin hari kenapa keras kepala kau semakin bertambah" Teriak Pak Rudi dari meja makan ketika melihat Keisha keluar dari arah dapur
"Ini semua gara-gara Papa. Hari kemarin Papa menampar aku demi perempuan itu. Dan sekarang Papa berteriak demi perempuan itu juga!" Ucap Keisha tersenyum getir
"Sayang bukan begitu,tetapi turuni sedikit ego mu, waktu akan terus berjalan, kau tidak bisa seperti ini terus"
Keisha menatap tajam, seolah semua kesalahan itu perbuatannya "Papa tahu aku membenci Papa, dan kenapa bukan perempuan itu saja yang mati. Kenapa harus Mama?" Teriak Keisha yang tidak sanggup lagi menahan sesaknya. Kini air matanya terjatuh lagi
"Keisha..." Teriak Lidya membela suaminya, wanita itu juga semakin kesal dengan tingkahnya
"Kau seharusnya diam, seorang pendatang tidak perlu banyak bicara" Balas Keisha seraya menunjuk Ibu tirinya
"Apa pendatang?"
"Kau tidak suka dengan sebutan pendatang,baiklah. Mungkin pencuri lebih tepatnya, karena kau muncul sebagai perusak hubungan keluarga saya"
"Kei kenapa kau bicara begitu?" Bela Pak Rudi
"Lalu aku harus bicara apa? Berterimakasih karena kalian sudah membunuh Mamaku. Memuakkan sekali harus berpura-pura baik!" Seraya menghapus air matanya. Keisha tersenyum kecut dan berlalu keluar. Rumahnya sudah seperti neraka. Bahkan di tambah kehadiran orang ketiga.
"Aku memahami sikap Keisha seperti itu kok Mas" ucap Lidya melihat suaminya terdiam
"Padahal dahulu ia adalah anak yang penurut dan periang" Pak Rudi mengingat momen dimana Keisha selalu mendengarkan ucapannya
"Tidak apa Mas, sampai ia terbiasa menerimanya"
Pak Rudi tersenyum menatap Lidya "Aku harap kau sabar menghadapi Keisha" Lidya ikut tersenyum
"Iya Mas, apapun itu asal bersama mu aku kuat menghadapinya" Pak Rudi tersenyum dan berfikir bahwa ia tidak salah memilih istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments