Pemburu Iblis
Dunia ini sudah lama mati sejak para Yokai mulai bermunculan. Entah dari mana awalnya mereka semua bisa memasuki dunia manusia, tapi sekarang manusia harus bertahan hidup dari para Yokai pemakan manusia.
Dunia sedang dialami kehidupan yang penuh dengan kegelapan, manusia saling membantu dan bertahan hidup untuk melindungi generasi mereka nantinya. Kini, populasi manusia mulai berkurang sementara populasi para Yokai semakin bertambah banyak. Banyak manusia yang dijadikan santapan mereka setiap harinya, tangisan menjerit para manusia selalu mewarnai tiap detik, menit, jam bahkan berhari-hari.
Manusia hampir tidak memiliki harapan sama sekali, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk melawan para Yokai yang memiliki kekuatan supernatural. Manusia hanyalah mahkluk hidup yang memiliki fisik lemah dan tidak bisa memiliki kekuatan seperti para yokai. Semakin lama, manusia mulai kehilangan harapan hidupnya. Manusia sekarang mulai pasrah akan Yokai yang memakan diri mereka.
Tapi, sebuah cahaya mendatangi manusia. Seseorang muncul menamakan dirinya pemburu Yokai, membunuh para Yokai yang mencoba menyakiti manusia. Manusia itu memiliki kekuatan yang sangat menakjubkan , dia mampu menghabisi para Yokai dalam sekali tebasan pedang miliknya.
Manusia itu perlahan membangkitkan semangat manusia lainnya untuk melawan para Yokai, memberitahukan kelemahan Yokai terhadap matahari dan panas api. Manusia itu juga mengajarkan manusia tentang kekuatan tatapan mata yang bisa menjadi kekuatan supernatural manusia sendiri. Manusia itulah yang pertama kali menciptakan kekuatan tatapan mata hingga sekarang kekuatan itu menjadi sebuah cahaya bagi manusia.
Perlahan manusia mulai bangkit dan mulai mendirikan sebuah markas yang bernama pemburu iblis (Yokai) diberbagai tempat dengan tujuan untuk menghabisi 4 tembok yokai terkuat di dunia ini.
Manusia kini sudah mulai mengembangkan kekuatan tatapan mata mereka, anak-anak yang berumur 7 tahun sudah diberikan pengajaran tentang bertarung, melawan para Yokai serta bertahan hidup di dunia luar. Anak-anak adalah generasi untuk kehidupan manusia menghabisi 4 tembok yokai terkuat.
"Anak-anak yah... anak-anak seharusnya tetap dirumah dan tidak perlu belajar tentang pertarungan atau apapun itu. Bukankah begitu menurutmu Mitsuko? Anak kesayanganku" Ucap ayah Mitsuko
Ayah Mitsuko bernama Saito Yato, merupakan orang yang sangat ahli dalam bidang sains. Dia selalu melakukan penelitian tentang Yokai dan manusia, dia ingin mencari tahu sumber kekuatan Yokai membuatnya sangat tergila-gila akan hal itu, yang pada akhirnya dia melakukan eksperimen kepada keluarganya sendiri. Yato melakukan eksperimen kepada istrinya, dan kelima anaknya.
Di antara 5 anaknya hanya Mitsuko dan Mitsui yang masih bertahan hidup dalam eksperimen miliknya. Yato sangatlah kesal ketika melihat tiga anaknya yang sangat tidak berguna menjadi mati begitu saja, padahal dia sudah susah-susah membesarkan anak-anak tersebut. Tapi, Yato tidak menyerah untuk membuat tujuannya menjadi kenyataan.
"Mitsuko suntikkan ini tidak akan sakit, kamu tahu itu kan? Karena kamu adalah anak yang baik"
"Aku anak yang baik?"
"Yah Mitsuko anak yang baik karena menurut dengan ayah"
Tatapan wajah Mitsuko tanpa kehidupan sama sekali, wajah nya yang masih kecil begitu pucat dengan urat-urat hijau kebiruan yang terlihat dengan jelas.
Benar, aku adalah anak yang baik. Aku adalah anak yang baik, menuruti semua keinginan ayahku. Apakah aku benar-benar anak yang baik?
Aku...aku ingin mati, aku ingin mati saja. Kenapa aku harus hidup seperti ini? Kenapa aku tidak bisa melindungi adik-adik ku yang sudah tiada, kenapa aku sangat lemah. Tidak, Mitsuko kamu harus melindungi Mitsui.
Mitsui sedang duduk di sudut ruangan dengan ketakutan, tatapan matanya sangat penuh dengan kebencian kepada ayahnya. Mitsui merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara Saito. Usia Mitsui baru menginjak 5 tahun tapi dia sudah mengalami penderitaan yang disebabkan oleh ayahnya.
Berbeda dengan Mitsuko, dia sangat tidak ingin hidup tapi dia harus melindungi adik terakhir miliknya. Mitsuko adalah seorang gadis berumur 10 tahun, entah sejak kapan ayahnya menjadi gila seperti ini. Melakukan penelitian menyakitkan ini kepada darah dagingnya sendiri setiap hari.
Ibu Mitsuko, merupakan seorang wanita yang sangat cantik dan baik hati. Ibu nya memiliki perasaan cinta yang sangat luar biasa hingga dia tidak membantah dijadikan sebagai bahan penelitian. Mitsuko berpikir sejak kapan ibunya berubah seperti itu, apakah itu ketika ayah mulai menyuntikkan sesuatu pada saat pertama kali atau memang ibu yang seperti itu sejak dulu dan menyembunyikan nya dengan baik. Mitsuko tidak mengetahuinya.
Ibu Mitsuko bernama Aiko, ibu nya dulu pernah menceritakan bahwa dia adalah seorang pemburu iblis terkenal pada waktu itu. Dia adalah seseorang yang paling disegani, tapi semua itu sirna ketika bertemu dengan Yato. Aiko memiliki perasaan tergila-gila dengan Saito Yato.
Ujung suntikkan memasuki kulit pucat milik Mitsuko, dia tidak merasa sakit ataupun merasa takut dengan apa yang dilakukan ayahnya. Dia sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sudah bertahun-tahun dirinya terkurung dibawah tanah tanpa melihat secercah cahaya matahari sekalipun.
Siapapun...tolong ambil saja nyawaku, aku tidak tahu kenapa aku harus hidup.
Ayahnya dengan menyeringai memandangi Mitsuko yang memasang wajah datar. Kemudian ayahnya mendatangi Mitsui yang duduk ketakutan diujung ruangan gelap tersebut.
"Kemarilah Mitsui, saatnya minum obatmu"
Mitsui tidak bergerak, dia masih tetap duduk diam diujung ruangan itu. Yato sangat kesal dan menarik paksa Mitsui, Matsuko yang melihat itu berlari ke arah ayahnya dan memegang lengannya.
"Matsuko sekarang kamu berani melawan ayah, padahal ayah sudah memberikan kamu obat-obatan setiap hari nya"
"Jangan lakukan apapun kepada Mitsui, berikan semua obat Mitsui kepadaku. Aku akan mengambil semua obatnya"
"Kamu melakukan hal ini lagi? Jika seperti ini terus, ayah tidak tahu apakah Mitsui bisa bertahan atau tidak? Pergi jangan menggangguku anak nakal"
Mitsuko dilempar begitu saja, tubuhnya yang kurus membuat Mitsuko tak sanggup untuk berdiri lagi. Mitsui berteriak dan menangis kesakitan, Mitsuko merasa sangat takut dan segera menempel ke arah dinding.
"Aku anak baik...aku anak baik...aku anak baik" Mitsuko menutup kedua telinganya, dia tak ingin mendengar teriakan Mitsui.
"Kakak hiks kakak tolong aku"
Mitsuko tak mendengarkan apapun, ketakutan dan kegelapan melahap dirinya.
Malam itu, Mitsui tertidur cukup lama setelah diberi obat oleh ayahnya. Mitsuko hanya bisa memandangi Mitsui dari kejauhan, dia sedang duduk di atas kasurnya dengan rantai yang mengikat kaki kanan miliknya. Mitsuko menatap ke depan dengan wajah kosong, tak seperti orang yang ingin hidup lagi.
Tiba-tiba ayahnya datang, dan mendekati Mitsui. Yato memeriksa napas dari hidung Mitsui dan benar saja, Mitsui telah kehilangan nyawanya. Yato menggeram kesal, semua nya sia-sia sekarang. Hanya tersisa Mitsuko, dia tak akan membiarkan Mitsuko mati sebelum penelitian Yokai nya berhasil.
"Hah...mati lagi, kenapa anak-anak yang lahir dari rahim wanita itu tidak berguna sama sekali"
Mitsuko yang mendengar pernyataan ayahnya, membulatkan matanya. Tidak mungkin Mitsui mati, dia harus melindungi Mitsui.
"Kenapa kamu memelototi ku seperti itu Mitsuko, itu tidak sopan. Aku adalah ayahmu"
Rasa sakit hati menjalar ke seluruh tubuh Mitsuko, dia berteriak dan segera berlari mendekati ayahnya. Namun rantai di kaki nya membuat ia terjatuh.
Yato mendekati anak pertamanya itu, dan menendang nya. Yato tak memiliki simpati dan belas kasihan kepada anaknya sendiri, Mitsuko tak merasakan fisiknya yang ditendang, kini mentalnya telah hancur dan sakit setelah kematian Mitsui.
Tidak ada gunanya aku hidup, apa gunanya aku hidup lagi. Lebih baik begini diinjak oleh ayahku sendiri.
"Dasar anak nakal, beraninya kamu mendatangiku. Apakah kamu ingin membunuhku ha"
Yato menginjak Mitsuko dengan kejam, Mitsuko tak memperdulikan hal itu tatapan matanya terlihat kosong dan gelap. Tiba-tiba seorang wanita muncul dan memeluk yato.
"Hentikan yato, jangan seperti ini"
"Aiko lihat anakmu ini, beraninya dia menyerangku"
Aiko diam tak memandangi Mitsuko yang disiksa oleh ayahnya. Mitsuko tahu bahwa ibunya kini sudah mati, ibunya yang penuh kasih sayang itu telah mati semuanya karena ayah nya yang seorang monster ini.
"Baiklah, kita pergi dari sini. Tempat ini tidak baik untukmu Yato"
Yato pun mengambil kembali kakinya dan meninggalkan Mitsuko yang masih terbaring di tanah dingin tersebut.
Ibuku telah mati, ayahku telah mati. Aku tak mempunyai siapapun di dunia ini
Hari pun sudah memasuki tengah malam, aiko mendatangi ruang bawah tanah untuk mengambil jasad Mitsui. Aiko juga melepaskan ikatan rantai Mitsuko, Mitsuko masih tetap diam menatap ke depan dengan kosong.
"Mitsuko..."
Tidak ada jawaban dari mitsuko sama sekali, Aiko pun menghela napasnya dan membawa mayat anak bungsunya. Aiko tak memiliki perasaan sedih melihat kematian anak-anak nya.
Setelah menguburkan Mitsui, Aiko kembali memasuki rumahnya, entah kenapa tiba-tiba ia merasakan aura Yokai yang sangat berbeda. Walaupun ia tak menjadi pemburu iblis lagi, tapi kekuatannya masih tetap ada.
"Perasaan ini...ini sangat berbeda dari Yokai yang sering aku bunuh"
Aiko dengan cepat kembali memasuki rumahnya, tapi dia terlambat bau darah tercium memasuki hidungnya. Aiko melihat tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku, darah mewarnai lantai rumah tersebut.
"Ohh ini si Aiko pemburu iblis terkenal itu, aku lihat kamu tidak sekuat yang aku harapkan"
"Siapa kamu? Beraninya kamu membunuh suamiku?"
"Ahh dia suamimu, maaf aku kira dia sampah yang harus aku bereskan. Tubuhnya benar-benar beraroma sangat bau, aku tidak suka bau sampah"
"Beraninya kamu" teriak Aiko mulai mengambil kuda-kuda nya untuk siap menyerang
"Tentu saja aku berani"
Aiko pun menyerang dengan kecepatan miliknya, dia tak mempunyai pedangnya sekarang yang bisa ia lakukan adalah bertarung dengan tangan kosong.
"Tatapan mata api...kunci pertama, gerbang pertama tarian api"
Aiko pun menyerang dengan tarian api miliknya, Yokai itu menyeringai ternyata rumor yang dikatakan memang benar yah. Seorang pemburu iblis terkuat berada disini, dengan memakan tubuhnya aku akan menjadi lebih kuat dan bertahan lebih lama lagi.
Yokai wanita itu segera menghindar dan menyerang Aiko kembali.
"Teknik rubah...hunusan pedang rubah"
Tiba-tiba dari arah belakang muncul ratusan pedang dan menghantam tubuh milik aiko, Aiko tidak dapat menghindar karena tubuh miliknya yang sudah kurus dan tak berenergi seperti dulu.
Aiko berbatuk darah, Yokai wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Dia mendekati Aiko dan berjongkok di depannya.
"Kamu ingin tahu namaku bukan? Namaku Kitsune, penguasa tembok yokai kedua, aku adalah Tamamo No Mae (Rubah berekor sembilan). Ingat namaku disaat kematianmu wahai pemburu iblis"
Mitsuko yang mendengar keributan dari luar ingin melihat apa yang terjadi, dia pun segera turun dari tempat tidurnya dan berjalan menaiki tangga. Walaupun gelap tapi Mitsuko dapat melihat dengan begitu jelas jalan didepannya, bau darah mulai memasuki Indra penciuman miliknya. Mitsuko pun membuka pintu bawah tanahnya, dan ternyata itu tidak terkunci sama sekali.
Kilatan cahaya memasuki matanya, Mitsuko memejamkan kedua matanya kemudian membukanya dengan perlahan. Didepannya, genangan darah telah terbentuk, Mitsuko melihat kematian kedua orangtuanya dengan mengenaskan.
"Ara ara siapa gadis kurus ini? Anakmu Aiko?"
"Ja..jangan sentuh anakkku kamu rubah sialan"
"Wah masih bisa berbicara yah, mari kita perdalam pedangnya."
"Akhhh"
Pedang tersebut memasuki tubuh Aiko dengan begitu dalam menembus organ-organ vital miliknya. Aiko mengeluarkan semburan darah, kini tubuhnya tidak dapat bertahan lagi.
Mitsuko melihat kematian kedua orangtuanya dengan pandangan kosong, dia tak peduli dengan apa yang terjadi. Kematian akan selalu mendatangi setiap mahluk hidup, dia juga akan merasakan hal itu sebentar lagi.
"Mitsuko lari lah, lari!!!" Teriak ibunya
Mitsuko tetap diam dan memandangi semuanya dengan tatapan kosong.
"Berisik sekali, matilah"
Aiko pun mengeluarkan batuk darah sekali lagi, ia memandangi Mitsuko dengan menangis.
"Maafkan ibu Mitsuko, maafkan ibu yang tak bisa menjaga dan merawat mu dengan baik. Tetaplah hidup"
Aiko pun menghembuskan napas terakhirnya, Kitsune menyeringai dan berbalik mendekati Mitsuko.
Kitsune menggenggam leher mitsuko dan mengangkat tubuh kecilnya ke atas, Mitsuko masih memandang dengan tatapan kosong. Dia tak perduli dengan apapun lagi.
Melihat tatapan mata anak tersebut, Kitsune menyeringai. Ia pun melemparkan Mitsuko hingga terkena dinding rumahnya yang sangat keras.
"Anak yang menarik, tatapan mu seakan-akan tidak ingin hidup lagi. Kamu benar-benar ingin mati ditanganku yah?"
Mitsuko tak menjawab pertanyaan dari Kitsune, Kitsune pun berjongkok dan mendekati Mitsuko. Dia memegang dagu Mitsuko dan mengadahkan wajahnya ke atas.
"Karena kamu adalah anak dari Aiko pastinya kamu mendapatkan sebagian daging miliknya, aroma mu haha kamu ternyata adalah seorang Yokai walaupun kamu belum begitu sempurna kamu adalah bagian dari kaumku. Sepertinya orangtuamu yang melakukan semua ini kepadamu yah?"
"Aku tidak keberatan kamu adalah seorang Yokai, aku juga memakan kaumku sendiri kok. Aku akan memberikan sebuah hadiah kepadamu, tolong jaga hadiah ini baik-baik. Jika kita bertemu lagi, kamu harus mengembalikkan hadiah itu kepadaku"
Kitsune mengetuk dahi Mitsuko dan memasukkan sesuatu kedalamnya, Mitsuko berteriak kesakitan dan menggenggam kepalanya.
"Jaga itu baik-baik, itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Aku akan mengambilnya kembali suatu saat nanti"
Kitsune pun berjalan mengambil tubuh Aiko, kemudian dia menghilang dalam sekejap meninggalkan Mitsuko yang masih kesakitan di tempat tersebut.
catatan Author :
Kitsune : Tamamo No Mae (Rubah berekor sembilan).
Penguasa tembok kedua, Yokai terkuat kedua dan paling menakutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Zainal Adi
kak kok lum up up sih
2020-11-27
0
Nastin
semangat kak nulisnya, aku sudah mampir bawa like nih kak🙂 jangan lupa mampir di cerita aku yang judulnya " KETIKA KALBU BERCERITA"
2020-11-15
0
👸 Queen & 🤴King
nyimak kak
2020-11-10
0