Dunia ini sudah lama mati sejak para Yokai mulai bermunculan. Entah dari mana awalnya mereka semua bisa memasuki dunia manusia, tapi sekarang manusia harus bertahan hidup dari para Yokai pemakan manusia.
Dunia sedang dialami kehidupan yang penuh dengan kegelapan, manusia saling membantu dan bertahan hidup untuk melindungi generasi mereka nantinya. Kini, populasi manusia mulai berkurang sementara populasi para Yokai semakin bertambah banyak. Banyak manusia yang dijadikan santapan mereka setiap harinya, tangisan menjerit para manusia selalu mewarnai tiap detik, menit, jam bahkan berhari-hari.
Manusia hampir tidak memiliki harapan sama sekali, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk melawan para Yokai yang memiliki kekuatan supernatural. Manusia hanyalah mahkluk hidup yang memiliki fisik lemah dan tidak bisa memiliki kekuatan seperti para yokai. Semakin lama, manusia mulai kehilangan harapan hidupnya. Manusia sekarang mulai pasrah akan Yokai yang memakan diri mereka.
Tapi, sebuah cahaya mendatangi manusia. Seseorang muncul menamakan dirinya pemburu Yokai, membunuh para Yokai yang mencoba menyakiti manusia. Manusia itu memiliki kekuatan yang sangat menakjubkan , dia mampu menghabisi para Yokai dalam sekali tebasan pedang miliknya.
Manusia itu perlahan membangkitkan semangat manusia lainnya untuk melawan para Yokai, memberitahukan kelemahan Yokai terhadap matahari dan panas api. Manusia itu juga mengajarkan manusia tentang kekuatan tatapan mata yang bisa menjadi kekuatan supernatural manusia sendiri. Manusia itulah yang pertama kali menciptakan kekuatan tatapan mata hingga sekarang kekuatan itu menjadi sebuah cahaya bagi manusia.
Perlahan manusia mulai bangkit dan mulai mendirikan sebuah markas yang bernama pemburu iblis (Yokai) diberbagai tempat dengan tujuan untuk menghabisi 4 tembok yokai terkuat di dunia ini.
Manusia kini sudah mulai mengembangkan kekuatan tatapan mata mereka, anak-anak yang berumur 7 tahun sudah diberikan pengajaran tentang bertarung, melawan para Yokai serta bertahan hidup di dunia luar. Anak-anak adalah generasi untuk kehidupan manusia menghabisi 4 tembok yokai terkuat.
"Anak-anak yah... anak-anak seharusnya tetap dirumah dan tidak perlu belajar tentang pertarungan atau apapun itu. Bukankah begitu menurutmu Mitsuko? Anak kesayanganku" Ucap ayah Mitsuko
Ayah Mitsuko bernama Saito Yato, merupakan orang yang sangat ahli dalam bidang sains. Dia selalu melakukan penelitian tentang Yokai dan manusia, dia ingin mencari tahu sumber kekuatan Yokai membuatnya sangat tergila-gila akan hal itu, yang pada akhirnya dia melakukan eksperimen kepada keluarganya sendiri. Yato melakukan eksperimen kepada istrinya, dan kelima anaknya.
Di antara 5 anaknya hanya Mitsuko dan Mitsui yang masih bertahan hidup dalam eksperimen miliknya. Yato sangatlah kesal ketika melihat tiga anaknya yang sangat tidak berguna menjadi mati begitu saja, padahal dia sudah susah-susah membesarkan anak-anak tersebut. Tapi, Yato tidak menyerah untuk membuat tujuannya menjadi kenyataan.
"Mitsuko suntikkan ini tidak akan sakit, kamu tahu itu kan? Karena kamu adalah anak yang baik"
"Aku anak yang baik?"
"Yah Mitsuko anak yang baik karena menurut dengan ayah"
Tatapan wajah Mitsuko tanpa kehidupan sama sekali, wajah nya yang masih kecil begitu pucat dengan urat-urat hijau kebiruan yang terlihat dengan jelas.
Benar, aku adalah anak yang baik. Aku adalah anak yang baik, menuruti semua keinginan ayahku. Apakah aku benar-benar anak yang baik?
Aku...aku ingin mati, aku ingin mati saja. Kenapa aku harus hidup seperti ini? Kenapa aku tidak bisa melindungi adik-adik ku yang sudah tiada, kenapa aku sangat lemah. Tidak, Mitsuko kamu harus melindungi Mitsui.
Mitsui sedang duduk di sudut ruangan dengan ketakutan, tatapan matanya sangat penuh dengan kebencian kepada ayahnya. Mitsui merupakan anak terakhir dari 5 bersaudara Saito. Usia Mitsui baru menginjak 5 tahun tapi dia sudah mengalami penderitaan yang disebabkan oleh ayahnya.
Berbeda dengan Mitsuko, dia sangat tidak ingin hidup tapi dia harus melindungi adik terakhir miliknya. Mitsuko adalah seorang gadis berumur 10 tahun, entah sejak kapan ayahnya menjadi gila seperti ini. Melakukan penelitian menyakitkan ini kepada darah dagingnya sendiri setiap hari.
Ibu Mitsuko, merupakan seorang wanita yang sangat cantik dan baik hati. Ibu nya memiliki perasaan cinta yang sangat luar biasa hingga dia tidak membantah dijadikan sebagai bahan penelitian. Mitsuko berpikir sejak kapan ibunya berubah seperti itu, apakah itu ketika ayah mulai menyuntikkan sesuatu pada saat pertama kali atau memang ibu yang seperti itu sejak dulu dan menyembunyikan nya dengan baik. Mitsuko tidak mengetahuinya.
Ibu Mitsuko bernama Aiko, ibu nya dulu pernah menceritakan bahwa dia adalah seorang pemburu iblis terkenal pada waktu itu. Dia adalah seseorang yang paling disegani, tapi semua itu sirna ketika bertemu dengan Yato. Aiko memiliki perasaan tergila-gila dengan Saito Yato.
Ujung suntikkan memasuki kulit pucat milik Mitsuko, dia tidak merasa sakit ataupun merasa takut dengan apa yang dilakukan ayahnya. Dia sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sudah bertahun-tahun dirinya terkurung dibawah tanah tanpa melihat secercah cahaya matahari sekalipun.
Siapapun...tolong ambil saja nyawaku, aku tidak tahu kenapa aku harus hidup.
Ayahnya dengan menyeringai memandangi Mitsuko yang memasang wajah datar. Kemudian ayahnya mendatangi Mitsui yang duduk ketakutan diujung ruangan gelap tersebut.
"Kemarilah Mitsui, saatnya minum obatmu"
Mitsui tidak bergerak, dia masih tetap duduk diam diujung ruangan itu. Yato sangat kesal dan menarik paksa Mitsui, Matsuko yang melihat itu berlari ke arah ayahnya dan memegang lengannya.
"Matsuko sekarang kamu berani melawan ayah, padahal ayah sudah memberikan kamu obat-obatan setiap hari nya"
"Jangan lakukan apapun kepada Mitsui, berikan semua obat Mitsui kepadaku. Aku akan mengambil semua obatnya"
"Kamu melakukan hal ini lagi? Jika seperti ini terus, ayah tidak tahu apakah Mitsui bisa bertahan atau tidak? Pergi jangan menggangguku anak nakal"
Mitsuko dilempar begitu saja, tubuhnya yang kurus membuat Mitsuko tak sanggup untuk berdiri lagi. Mitsui berteriak dan menangis kesakitan, Mitsuko merasa sangat takut dan segera menempel ke arah dinding.
"Aku anak baik...aku anak baik...aku anak baik" Mitsuko menutup kedua telinganya, dia tak ingin mendengar teriakan Mitsui.
"Kakak hiks kakak tolong aku"
Mitsuko tak mendengarkan apapun, ketakutan dan kegelapan melahap dirinya.
Malam itu, Mitsui tertidur cukup lama setelah diberi obat oleh ayahnya. Mitsuko hanya bisa memandangi Mitsui dari kejauhan, dia sedang duduk di atas kasurnya dengan rantai yang mengikat kaki kanan miliknya. Mitsuko menatap ke depan dengan wajah kosong, tak seperti orang yang ingin hidup lagi.
Tiba-tiba ayahnya datang, dan mendekati Mitsui. Yato memeriksa napas dari hidung Mitsui dan benar saja, Mitsui telah kehilangan nyawanya. Yato menggeram kesal, semua nya sia-sia sekarang. Hanya tersisa Mitsuko, dia tak akan membiarkan Mitsuko mati sebelum penelitian Yokai nya berhasil.
"Hah...mati lagi, kenapa anak-anak yang lahir dari rahim wanita itu tidak berguna sama sekali"
Mitsuko yang mendengar pernyataan ayahnya, membulatkan matanya. Tidak mungkin Mitsui mati, dia harus melindungi Mitsui.
"Kenapa kamu memelototi ku seperti itu Mitsuko, itu tidak sopan. Aku adalah ayahmu"
Rasa sakit hati menjalar ke seluruh tubuh Mitsuko, dia berteriak dan segera berlari mendekati ayahnya. Namun rantai di kaki nya membuat ia terjatuh.
Yato mendekati anak pertamanya itu, dan menendang nya. Yato tak memiliki simpati dan belas kasihan kepada anaknya sendiri, Mitsuko tak merasakan fisiknya yang ditendang, kini mentalnya telah hancur dan sakit setelah kematian Mitsui.
Tidak ada gunanya aku hidup, apa gunanya aku hidup lagi. Lebih baik begini diinjak oleh ayahku sendiri.
"Dasar anak nakal, beraninya kamu mendatangiku. Apakah kamu ingin membunuhku ha"
Yato menginjak Mitsuko dengan kejam, Mitsuko tak memperdulikan hal itu tatapan matanya terlihat kosong dan gelap. Tiba-tiba seorang wanita muncul dan memeluk yato.
"Hentikan yato, jangan seperti ini"
"Aiko lihat anakmu ini, beraninya dia menyerangku"
Aiko diam tak memandangi Mitsuko yang disiksa oleh ayahnya. Mitsuko tahu bahwa ibunya kini sudah mati, ibunya yang penuh kasih sayang itu telah mati semuanya karena ayah nya yang seorang monster ini.
"Baiklah, kita pergi dari sini. Tempat ini tidak baik untukmu Yato"
Yato pun mengambil kembali kakinya dan meninggalkan Mitsuko yang masih terbaring di tanah dingin tersebut.
Ibuku telah mati, ayahku telah mati. Aku tak mempunyai siapapun di dunia ini
Hari pun sudah memasuki tengah malam, aiko mendatangi ruang bawah tanah untuk mengambil jasad Mitsui. Aiko juga melepaskan ikatan rantai Mitsuko, Mitsuko masih tetap diam menatap ke depan dengan kosong.
"Mitsuko..."
Tidak ada jawaban dari mitsuko sama sekali, Aiko pun menghela napasnya dan membawa mayat anak bungsunya. Aiko tak memiliki perasaan sedih melihat kematian anak-anak nya.
Setelah menguburkan Mitsui, Aiko kembali memasuki rumahnya, entah kenapa tiba-tiba ia merasakan aura Yokai yang sangat berbeda. Walaupun ia tak menjadi pemburu iblis lagi, tapi kekuatannya masih tetap ada.
"Perasaan ini...ini sangat berbeda dari Yokai yang sering aku bunuh"
Aiko dengan cepat kembali memasuki rumahnya, tapi dia terlambat bau darah tercium memasuki hidungnya. Aiko melihat tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku, darah mewarnai lantai rumah tersebut.
"Ohh ini si Aiko pemburu iblis terkenal itu, aku lihat kamu tidak sekuat yang aku harapkan"
"Siapa kamu? Beraninya kamu membunuh suamiku?"
"Ahh dia suamimu, maaf aku kira dia sampah yang harus aku bereskan. Tubuhnya benar-benar beraroma sangat bau, aku tidak suka bau sampah"
"Beraninya kamu" teriak Aiko mulai mengambil kuda-kuda nya untuk siap menyerang
"Tentu saja aku berani"
Aiko pun menyerang dengan kecepatan miliknya, dia tak mempunyai pedangnya sekarang yang bisa ia lakukan adalah bertarung dengan tangan kosong.
"Tatapan mata api...kunci pertama, gerbang pertama tarian api"
Aiko pun menyerang dengan tarian api miliknya, Yokai itu menyeringai ternyata rumor yang dikatakan memang benar yah. Seorang pemburu iblis terkuat berada disini, dengan memakan tubuhnya aku akan menjadi lebih kuat dan bertahan lebih lama lagi.
Yokai wanita itu segera menghindar dan menyerang Aiko kembali.
"Teknik rubah...hunusan pedang rubah"
Tiba-tiba dari arah belakang muncul ratusan pedang dan menghantam tubuh milik aiko, Aiko tidak dapat menghindar karena tubuh miliknya yang sudah kurus dan tak berenergi seperti dulu.
Aiko berbatuk darah, Yokai wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Dia mendekati Aiko dan berjongkok di depannya.
"Kamu ingin tahu namaku bukan? Namaku Kitsune, penguasa tembok yokai kedua, aku adalah Tamamo No Mae (Rubah berekor sembilan). Ingat namaku disaat kematianmu wahai pemburu iblis"
Mitsuko yang mendengar keributan dari luar ingin melihat apa yang terjadi, dia pun segera turun dari tempat tidurnya dan berjalan menaiki tangga. Walaupun gelap tapi Mitsuko dapat melihat dengan begitu jelas jalan didepannya, bau darah mulai memasuki Indra penciuman miliknya. Mitsuko pun membuka pintu bawah tanahnya, dan ternyata itu tidak terkunci sama sekali.
Kilatan cahaya memasuki matanya, Mitsuko memejamkan kedua matanya kemudian membukanya dengan perlahan. Didepannya, genangan darah telah terbentuk, Mitsuko melihat kematian kedua orangtuanya dengan mengenaskan.
"Ara ara siapa gadis kurus ini? Anakmu Aiko?"
"Ja..jangan sentuh anakkku kamu rubah sialan"
"Wah masih bisa berbicara yah, mari kita perdalam pedangnya."
"Akhhh"
Pedang tersebut memasuki tubuh Aiko dengan begitu dalam menembus organ-organ vital miliknya. Aiko mengeluarkan semburan darah, kini tubuhnya tidak dapat bertahan lagi.
Mitsuko melihat kematian kedua orangtuanya dengan pandangan kosong, dia tak peduli dengan apa yang terjadi. Kematian akan selalu mendatangi setiap mahluk hidup, dia juga akan merasakan hal itu sebentar lagi.
"Mitsuko lari lah, lari!!!" Teriak ibunya
Mitsuko tetap diam dan memandangi semuanya dengan tatapan kosong.
"Berisik sekali, matilah"
Aiko pun mengeluarkan batuk darah sekali lagi, ia memandangi Mitsuko dengan menangis.
"Maafkan ibu Mitsuko, maafkan ibu yang tak bisa menjaga dan merawat mu dengan baik. Tetaplah hidup"
Aiko pun menghembuskan napas terakhirnya, Kitsune menyeringai dan berbalik mendekati Mitsuko.
Kitsune menggenggam leher mitsuko dan mengangkat tubuh kecilnya ke atas, Mitsuko masih memandang dengan tatapan kosong. Dia tak perduli dengan apapun lagi.
Melihat tatapan mata anak tersebut, Kitsune menyeringai. Ia pun melemparkan Mitsuko hingga terkena dinding rumahnya yang sangat keras.
"Anak yang menarik, tatapan mu seakan-akan tidak ingin hidup lagi. Kamu benar-benar ingin mati ditanganku yah?"
Mitsuko tak menjawab pertanyaan dari Kitsune, Kitsune pun berjongkok dan mendekati Mitsuko. Dia memegang dagu Mitsuko dan mengadahkan wajahnya ke atas.
"Karena kamu adalah anak dari Aiko pastinya kamu mendapatkan sebagian daging miliknya, aroma mu haha kamu ternyata adalah seorang Yokai walaupun kamu belum begitu sempurna kamu adalah bagian dari kaumku. Sepertinya orangtuamu yang melakukan semua ini kepadamu yah?"
"Aku tidak keberatan kamu adalah seorang Yokai, aku juga memakan kaumku sendiri kok. Aku akan memberikan sebuah hadiah kepadamu, tolong jaga hadiah ini baik-baik. Jika kita bertemu lagi, kamu harus mengembalikkan hadiah itu kepadaku"
Kitsune mengetuk dahi Mitsuko dan memasukkan sesuatu kedalamnya, Mitsuko berteriak kesakitan dan menggenggam kepalanya.
"Jaga itu baik-baik, itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Aku akan mengambilnya kembali suatu saat nanti"
Kitsune pun berjalan mengambil tubuh Aiko, kemudian dia menghilang dalam sekejap meninggalkan Mitsuko yang masih kesakitan di tempat tersebut.
catatan Author :
Kitsune : Tamamo No Mae (Rubah berekor sembilan).
Penguasa tembok kedua, Yokai terkuat kedua dan paling menakutkan.
Mitsuko terbangun setelah beberapa lama ia pingsan, Mitsuko melihat keadaan rumahnya yang sekarang tercium bau darah yang begitu pekat. Mitsuko dengan cepat menutup hidungnya, ia tak boleh mencium bau darah manusia. Insting yokainya belum terlalu dapat dikendalikan.
Mitsuko dengan kekuatannya yang masih ada mencoba untuk berdiri, namun ia terjatuh kembali. Kedua kakinya masih belum mampu untuk berdiri tegak setelah kejadian tadi, Mitsuko melihat dari jauh mayat ayahnya yang memasang wajah penuh ketakutan. Dengan mengerahkan semua kekuatannya, Mitsuko berdiri dan berjalan mendekati mayat sang ayah.
Mitsuko berdiri didepan mayat ayahnya, melihat wajah ketakutan dan terkejut sang ayah entah kenapa Mitsuko tak merasakan apapun. Kini perasaannya sudah mati, tidak ada rasa cinta maupun rasa kasih sayang kepada kedua orangtuanya. Mitsuko berharap bahwa ia tak seharusnya lahir di keluarga ini, keluarga monster tanpa belas kasihan sama sekali.
Aku...Aku harus menahan rasa laparku, kamu pasti bisa Mitsuko. Jangan tergoda oleh bau darah dan daging miliknya, aku tidak akan memakan manusia yang menjijikan seperti ayahku. Aku tidak akan memakan manusia ini, semoga kamu tenang di neraka ayah bersama ibu.
Dengan tatapan kosongnya, Mitsuko berjalan keluar meninggalkan rumah yang penuh dengan derita dan kekejaman di masa kecilnya.
Kenapa Yokai itu tidak membunuhku...Kenapa dia tidak membunuhku? Apakah aku sebegitu menjijikkan untuk dibunuh? Apakah karena aku adalah anak dari mereka berdua, bahkan Yokai pun enggan untuk memakan daging dan meminum darah milikku. Bagaimana aku harus mati? Apa yang harus kulakukan untuk mencari kematianku? Kenapa aku tidak mati, kenapa sangat sulit mencari kematian untuk diriku sendiri?
Mitsuko berjalan ditengah hutan yang disinari oleh bantuan cahaya bulan tersebut, dengan tertatih-tatih ia berjalan dengan cepat meninggalkan rumah miliknya. Dia tidak ingin kembali lagi ke ruang bawah tanah, tanpa cahaya tanpa kehidupan tanpa udara yang segar sama sekali. Untuk sekali saja, dia ingin bebas. Ingin melihat bagaimana bentuk dunia miliknya.
Mitsuko tak menyadari hutan yang ia lewati sekarang, penuh dengan Yokai yang menginginkan daging dan darah manusia. Mitsuko tetap berjalan tanpa takut dengan sekitarnya, ia tahu bahwa Yokai pasti ada didekat dirinya tapi lebih baik mati dimakan oleh Yokai daripada melihat ayahnya yang kembali hidup dan memakan dirinya.
Pergi...Aku harus pergi cepat, gerakkan tubuhmu dengan cepat Mitsuko. Aku harus pergi dari rantai milik ayah, aku tidak boleh tertangkap lagi.
Setelah beberapa jam sudah berjalan cukup jauh, Mitsuko mencium banyak aroma Yokai disekitarnya. Ini lebih banyak daripada sebelumnya, Yokai sampai kapanpun mereka tidak akan menghilang di dunia ini.
Terlalu banyak Yokai disekitar sini, apa yang harus aku lakukan. Kenapa di dalam hati kecilku, mengatakan aku harus hidup. Siapa yang menyuruh aku untuk tetap hidup? Apakah itu ibu ku? Aku tidak ingin hidup, aku tidak ingin...Aku...Aku ingin hidup!!!
Perlahan tubuh Mitsuko semakin lelah, dia sudah tidak makan apapun selama beberapa bulan. Ayahnya lah penyebab semua ini, ayahnya mengubah dirinya menjadi Yokai dan menyuruhnya untuk memakan daging adiknya yang sudah mati. Tapi, Mitsuko tak ingin melakukan hal menjijikan itu. Dia pun akhirnya tidak makan apapun hanya diberi makan oleh ibunya seekor ayam hidup setiap sekali sebulan. Tapi, itu lebih baik daripada tidak memakan apapun. Mitsuko merasakan penglihatannya semakin menggelap, apakah dia tak dapat berjalan lagi? Kalau dia mati dihutan ini, dia akan dimakan oleh para Yokai liar ataupun dia akan mati karena sinar matahari.
Sebentar lagi akan fajar, kalau sinar matahari mengenaiku, aku akan mati. Apakah aku harus mati? Apakah ini lebih baik?
Mitsuko pun terjatuh dan merasakan tubuhnya yang semakin lelah, Mitsuko menggenggam tanah hutan yang dingin tersebut. Air mata mengalir dari matanya tapi tatapan matanya tetaplah kosong tanpa kehidupan sama sekali. Hanya, hati kecilnya lah yang berharap untuk tetap hidup tidak dengan Mitsuko.
Aku benci memiliki sebuah perasaan, aku benci memiliki sebuah hati. Kenapa aku harus merasakan semua hal ini, kenapa hatiku menginginkan kehidupan? Apakah kamu tak tahu penderitaan yang sudah aku alami? Aku hanya ingin tidur tenang dengan lama.
Mitsuko perlahan menutup matanya, jika tuhan itu memang ada. Tolong berikan aku petunjuk apa yang harus aku lakukan? Tuhan kenapa kamu memberikan kehidupan seperti ini kepadaku? Apa yang telah aku perbuat kepadamu?
Keesokan paginya...
Mitsuko perlahan membuka matanya, atap jerami menyambut dirinya. Mitsuko merasakan tubuhnya yang tidak bisa digerakkan sama sekali, ia tetap diam menatap atap jerami diatasnya.
Dimana aku? Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang telah menyelamatkan aku? Kenapa orang itu melakukannya padahal aku adalah orang asing?
Suara pintu terbuka dengan pelan, membuat Mitsuko mengalihkan pandangannya ke arah pintu kayu yang hampir rapuh tersebut. Seorang nenek tua dengan rambut putih menyelimuti kepala miliknya, nenek itu mendatangi mitsuko dan mengelus kepalanya dengan lembut. Tapi, Mitsuko tak merasakan apapun dengan kehangatan dan kelembutan oleh orang yang menyelamatkannya. Hatinya sudah mati sejak lama.
"Kamu sudah bangun nak? Sekarang ayo makan, aku sudah membawa seekor ayam hidup untukmu"
Mitsuko menatap atap kembali dengan tatapan kosong, dia mengabaikan nenek tersebut. Nenek itu pun menghela napas dan menggenggam tangan milik Mitsuko.
"Aku tahu, kamu bukanlah seorang manusia. Aku tahu itu tapi itu tak masalah untukku, kamu pasti penasaran bagaimana seorang nenek seperti ku malah mengetahui hal seperti ini. Aku akan menceritakan nya suatu hari padamu nak, jadi kamu tetaplah hidup. Jangan menyerah dengan apapun"
Mitsuko mendengar ucapan yang keluar dari mulut nenek tersebut. Ia pun segera duduk dan memandang nenek itu.
"Kenapa?"
Nenek itu merasa bingung, ia melihat tatapan mata kosong mitsuko. Walaupun begitu, nenek itu dapat melihat di kedalaman matanya bahwa anak didepannya ini mempunyai kesedihan yang mendalam.
Nenek itupun memeluk Mitsuko dengan lembut ia menepuk punggung milik Mitsuko. Mitsuko masih tetap diam tak membalas apa yang dilakukan nenek itu kepadanya.
"Karena kamu adalah orang yang akan membawa perubahan. Kamu tahu nak, aku memiliki kemampuan melihat masa depan. Dan aku tahu bahwa aku harus menyelamatkan mu. Jadi, tetaplah hidup, tetaplah bertahan di dunia yang kejam ini. Dunia ini memang tidak adil, tapi kamu harus mengubah ketidakadilan tersebut menjadi sebuah keseimbangan. Aku menyelamatkan mu bukan karena kamu akan membawa sebuah perubahan, tapi kamu adalah anak yang sangat luar biasa, kamu mampu menahan semua yang terjadi selama ini. Tetaplah hidup, jangan menyerah"
Mitsuko masih menatap ke depan dengan kosong, kata-kata itu tidak akan mampu membawa dirinya untuk keluar dari kegelapan yang sudah merasuki pikirannya.
Nenek itu akhirnya melepaskan Mitsuko dan mengambil ayam yang berada dikeranjangnya kemudia memberikannya kepada Mitsuko. Nenek tersebut akhirnya pergi dan meninggalkan Mitsuko sendirian didalam rumah jerami tersebut.
Setelah nenek itu keluar, dia mengelus dadanya. wanita tua itu bernama Izumi. Mantan pemburu iblis, ia merupakan seorang mantan Hikari terdahulu. Seorang penguasa tatapan mata cahaya, dengan mata miliknya dia bisa melihat masa depan yang terjadi. Kini, dia sedang menunggu anak yang akan membawa perubahan ke dunia ini, dan anak tersebut adalah keturunan Saito terakhir. Kini, keluarga Saito tak memiliki keturunan selain gadis yang berada didalam gubuk miliknya.
aku harap dia adalah anak yang ditunjuk oleh penglihatan dimasa depanku, hanya dia yang masih hidup di dalam rumah itu. Aku tak mengerti kenapa iblis rubah itu mengincar keluarganya, untunglah dia selamat. Aku harap dia adalah anaknya, jika pun bukan itu tak masalah. Anak itu sangat berbeda dari yang lain, dia seorang Yokai tapi dia sama sekali belum memakan daging manusia apalagi meminum darahnya. Sebenarnya apa yang telah dilakukan keluarga Saito hingga membiarkan anak mereka menjadi seorang Yokai.
Mitsuko dengan lahap memakan ayam tersebut hidup-hidup. Kelaparan sudah merasuki tubuh kecil miliknya, setelah selesai makan. Mitsuko tetap duduk diam di atas futon tersebut, tatapan matanya masih tetaplah kosong tanpa kehidupan sama sekali.
Izumi pun masuk kembali, dan mencium bau darah yang menyengat. Dia pun mendekati Mitsuko, dan mengelus kepalanya.
"Sekarang kamu harus mandi, aku akan membersihkan tubuhmu"
Izumi membawa Mitsuko ke kamar mandi, di kamar mandi itu tak ada cahaya sama sekali. Izumi menutup semua jendela karena ia tahu Mitsuko tak boleh terkena sinar matahari, jika tidak Mitsuko akan mati.
Izumi memandikan Mitsuko dengan perlahan, Izumi melihat memar biru di seluruh tubuh kecil Mitsuko. Izumi sangat terkejut, sebenarnya apa yang dilakukan keluarga saito didalam hutan tersebut. Setelah puluhan tahun mereka mengasingkan diri dari dunia luar dan dunia pemburu iblis, kini mereka telah habis dibantai oleh Yokai rubah.
Aiko, kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini kepada hidupmu? Padahal kamu tahu, bahwa hanya keturunanmu akan membawa perubahan ke dunia ini, tapi kamu masih tetap saja menuruti lelaki gila itu Aiko. Aiko, kamu adalah wanita yang paling buruk yang pernah aku temui.
"Apakah itu sakit nak?"
Mitsuko masih tetap diam, Izumi menghela napasnya. Mungkin ada sesuatu yang membuat anak ini menjadi seperti ini, tapi Izumi belum tahu apa itu. Dia harap anak ini akan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah memandikan Mitsuko, Izumi membersihkan gubuk yang berbau darah itu. Kemudian ia memakaikan mitsuko pakaian bersih, menyisir rambut gadis kecil itu dengan lembut.
Izumi berpikir bahwa Mitsuko masih setengah Yokai karena hanya salah satu matanya saja yang memiliki mata seperti Yokai. Maka dari itu, Mitsuko mampu menahan semua godaan bau manusia. Tapi, mungkin saja darah Yokai nya ini perlahan akan menyebar dan Mitsuko akan menjadi Yokai seutuhnya.
"Namaku adalah Izumi, aku menyelamatkan mu ketika aku sedang mengumpulkan kayu bakar. Tentang perkataan ku sebelumnya kamu dapat melupakan semua itu, lagipula kamu masih terlalu kecil untuk memahaminya. Siapa namamu?"
Mitsuko masih tetap diam menatap dengan kosong ke arah depan. Izumi menghela napas sangat sulit berbicara dengan anak ini, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Izumi pun segera berdiri dan memutuskan untuk keluar mencari sesuatu untuk dimakan oleh Mitsuko.
"Mi...Mit...Suko" Ucap Mitsuko terbata-bata
Izumi yang baru memegang ganggang pintu pun menolehkan kepalanya, Izumi tersenyum dengan lembut.
"Mitsuko-chan, tolong jaga rumah ini sebentar yah. Aku akan kembali setelah mencari bahan makanan. Jangan keluar, matahari masih terbit."
Izumi pun meninggalkan Mitsuko, Mitsuko pun bergerak ke arah ujung gubuk tersebut. Menutup kedua telinganya dan mengucapakan sesuatu yang aneh.
"Aku anak baik...Aku anak baik...Aku anak baik"
Di dalam kegelapan itu, hanya suara ketakutan Mitsuko yang terdengar.
Di hutan, Izumi mencari beberapa bahan untuk Mitsuko. Dia ingin Mitsuko bisa keluar dari rumah tanpa harus berada di dalam kegelapan lagi, Izumi ingin membuat sebuah topi jerami untuknya agar Mitsuko dapat melihat dunia tanpa takut dengan sinar matahari.
Hari pun menjelang malam, Mitsuko tertidur di ujung gubuk tersebut. Izumi menghampirinya dan membawanya ke atas futon.
"Kamu adalah anak yang luar biasa Mitsuko, aku harap kamu tetap memberikan semangat kepada dirimu. Kamu harus tetap Hidup, melihat bagaimana dunia luar, melihat bagaimana bentuk awan dan warna langit nak"
Mitsuko yang tertidur sedang mengalami sebuah mimpi, di dalam mimpi tersebut Mitsuko bertemu dengan adik-adiknya. Keempat adiknya memandangi Mitsuko dan tersenyum dengan bahagia. Mitsuko melihat Mitsui yang sedang digendong oleh adik keduanya Makoto. Mitsuko mencoba mendekati mereka, namun Makoto berteriak kepadanya.
"Jangan kesini, kamu tidak boleh melewati garis merah itu kak. Kakak kami sudah tenang sekarang, disini tidak ada ayah maupun ibu lagi. Aku yang akan menjaga yang lainnya mulai sekarang, kamu harus tetap hidup kak. Bawalah perubahan ke dunia ini, jangan biarkan Yokai mengambil ahli dunia kita"
Mitsuko menggenggam bagian dada nya yang terasa sakit, Isak tangis keluar dari mata miliknya.
"Kakak" Ucap Mitsui
"Kakak tetaplah hidup, aku harap kakak mewujudkan mimpi ku menjadi seorang pemburu iblis yang kuat dan menyelamatkan semua anak-anak di dunia ini"
"Wujudkan mimpi kami Mitsuko -nee Chan" Teriak keempat adik Mitsuko
Tangisan tak Mitsuko tak berhenti sama sekali, ia segara bersimpuh dan menjerit. Baru kali ini, Mitsuko mampu mengeluarkan semua perasaan yang dipendamnya. Melihat keempat adiknya yang akan segera pergi, Mitsuko mencoba menggapai mereka dengan tangannya.
"Jangan pergi, jangan pergi. Maafkan aku, maafkan kakak. Maafkan kakak tidak dapat melindungi kalian"
"Kakak...Kamu adalah kakakk yang paling hebat di dunia ini, kamu sudah melindungi kami dengan baik. Sekarang saatnya kamu harus hidup untuk dirimu dan kami, aku harap kakak menemukan kebahagiaan kakak" Ucap Makoto sambil tersenyum lebar"
"Selamat tinggal Mitsuko nee Chan"
Mitsuko terbangun dari mimpinya, aliran air matanya tak kunjung berhenti. Mitsuko merasakan hati nya yang sangat sakit, Mitsuko pun mencoba menahan semua itu tapi pada akhirnya dia menangis dengan histeris.
Izumi segera masuk kedalam gubuk, dirinya diluar sedang membuat sebuah topi jerami untuk Mitsuko. Mendengar tangisan histeris Mitsuko ia pun dengan cepat memeluk dirinya.
"Tenanglah semua akan baik-baik saja Mitsuko...Tenanglah"
"Wujudkan mimpi kami Mitsuko nee Chan"
Keesokan paginya Mitsuko terbangun dengan mata yang sedikit membengkak, Izumi mendekati Mitsuko dan mengelus kepalanya dengan lembut.
"Mitsuko kamu harus membersihkan badanmu terlebih dahulu, aku akan menyiapkan sarapan untukmu di luar"
"Di luar?"
Izumi tersenyum hangat, kini Mitsuko sudah mulai mau berbicara sejak kejadian dirinya menangis kemarin. Mungkin sesuatu telah membangkitkan dirinya, Izumi senang dengan hal itu.
"Benar, kamu sekarang sudah bisa keluar Mitsuko. Aku sudah membuatkanmu pakaian anti sinar matahari yang berasal dari kulit hewan yang paling tebal serta sebuah topi jerami yang sudah aku beri kekuatan tatapan mataku. Kamu sekarang dapat keluar dengan bebas menggunakan itu nak"
Mitsuko terdiam, dia menggenggam selimut futon miliknya dengan erat. Rasanya semua yang ia alami ini hanya mimpi, mimpi bahwa dirinya bisa melihat dunia luar lagi.
"Ayo cepat bersihkan dirimu, lalu gunakan pakaian itu serta topi jeraminya"
Mitsuko menganggukkan kepalanya, ia dengan cepat bergerak ke arah kamar mandi.
Izumi menghela napas lega, ia kemudian membereskan futon milik Mitsuko.
Mitsuko yang sudah selesai membersihkan dirinya, melihat sebuah pakaian dan topi jerami di ujung ruangan. Ia pun memakai pakaian tersebut serta topi jeraminya, Mitsuko juga menemukan sebuah ikatan mata.
Apakah dia menyuruhku menggunakan ini juga? Aku pernah mendengar hanya salah satu mata milikku yang berubah menjadi mata Yokai. Apakah mata yang kanan? Karena mata kanan ku melihat semua dengan jelas. Haruskah aku memakainya?
Mitsuko pun memutuskan untuk menggunakan ikatan mata tersebut, sehingga menutupi salah satu mata Yokai miliknya. Ia pun melangkahkan kakinya menuju pintu, sebelum itu dia menarik napas panjang. Baru pertama kalinya sejak matahari terbit dia dapat keluar, apakah dia akan tetap hidup jika ia keluar dari gubuk ini? Mitsuko tiba-tiba kehilangan kepercayaan dirinya. Bagaimana jika ia baru keluar dan tiba-tiba mati ? Dia tidak boleh mati sekarang, dirinya harus mewujudkan mimpi adik-adik nya menjadi seorang pemburu iblis yang kuat dan menghapus semua Yokai di dunia ini.
Aku harus melakukannya, jika aku tidak mencobanya... aku tidak akan tahu hasilnya, jika aku terbakar aku hanya perlu masuk kembali ke dalam gubuk. Luka sedikit tidak masalah, aku harus mencoba nya sekali. Kuatkan dirimu Mitsuko, inilah dunia yang ingin kamu lihat sekarang.
Mitsuko pun membuka pintu gubuk, sinar matahari terlihat dengan terang di luar gubuk tersebut. Tapi, Mitsuko harus menguatkan dirinya.Dia harus berjalan kedepan, dia harus melangkah maju ke depan untuk memulai hidup barunya.
Melangkah lah Mitsuko, melangkah maju lah jika kamu ingin sebuah perubahan di hidupmu.
Mitsuko dengan perlahan melangkah ke depan, kini sinar matahari menyinari tubuh miliknya. Mitsuko menatap matahari dari kejauhan tapi dirinya tak merasakan apapun.
Tidak sakit...Aku tidak sakit, dan aku tidak terbakar. Aku tak merasakan apapun, apakah aku benar-benar bisa keluar melihat dunia dengan normal?
"Mitsuko, akhirnya kamu keluar. Bagaimana pakaian dan topi buatan milik ku?"
Mitsuko memandangi wajah Izumi yang tersenyum hangat kepadanya, Mitsuko hanya menganggukkan kepalanya. Dia pun mendekati Izumi.
"Mitsuko, aku tahu ini akan sulit untukmu.Kamu baru pertama kali berinteraksi dengan orang lain, kamu harus menjawab pertanyaan atau pernyataan orang lain jika bertanya kepadamu"
Mitsuko masih tetap diam dan menundukkan kepalanya. Izumi pun menghela napasnya, ia kemudian melihat setangkai bunga matahari dan membawa nya ke Mitsuko.
"Lihat ini adalah bunga matahari, jika kamu sulit untuk memutuskan sesuatu. Kamu hanya perlu memetik bunga ini dengan jawaban milikmu. Seperti aku akan menjawabnya, aku tidak akan menjawabnya,aku akan menjawabnya, begitu Mitsuko.Lakukanlah dengan setangkai bunga, jika kamu kesulitan memutuskan atau menjawab sesuatu nak"
Izumi pun memberikan tangkai bunga matahari tersebut kepada Mitsuko, Mitsuko mengambil nya dan memandangi bunga matahari itu dengan tatapan tak bisa dibaca oleh Izumi.
Gadis ini..Masih sedikit kesulitan untuk menyesuaikan dirinya dengan dunia luar, tapi aku akan mencoba membantunya untuk tetap maju.Mitsuko aku yakin kamu adalah anak harapan yang aku lihat di masa depan.
"Baiklah, sekarang ayo kita makan. Kamu butuh energi untuk dirimu sebelum memulai latihan"
Mitsuko mengadahkan kepalanya dan memandangi Izumi dengan bingung, Izumi pun mengelus kepala Mitsuko dengan lembut.
"Latihan bertarung. Umur mu aku memperkirakan sudah memasuki 11 tahun, seharusnya sejak umur 7 tahun kamu harus berlatih bertarung. Aku tahu ini akan sulit, tapi kamu harus melakukannya sebagai perlindungan diri dari serangan yokai nak."
Yokai? Apakah aku harus membunuh Yokai dengan kedua tanganku?
"Mitsuko, aku yakin kamu pasti bisa. Kita akan belajar secara perlahan"
Izumi pun memberikan seekor ayam hidup kepada Mitsuko, Mitsuko mengambil ayam hidup tersebut dan memakannya dengan cepat.
Setelah menghabiskan makanannya, Mitsuko pergi untuk memberitahukan dirinya yang berbau darah. Ia pun membasuh wajah miliknya juga, kemudian dia kembali ke depan gubuk.
Mitsuko memandangi cahaya matahari dari kejauhan, sekarang dia tidak perlu takut untuk keluar lagi. Dengan pakaian dan topi jerami ini dia dapat keluar dengan bebas.
Aku harus mengucapkan terimakasih kepadanya, apakah aku harus melakukannya?
Mitsuko melihat setangkai bunga matahari, ia mendekati bunga tersebut dan mengambilnya. Kemudian dia mengucapkan sesuatu seperti yang dikatakan Izumi.
Berterimakasih, tidak berterimakasih, berterimakasih, tidak berterimakasih...dan seterusnya
Hingga berada pada kelopak terakhir kalimatnya adalah berterimakasih, Mitsuki pun dengan cepat mendatangi Izumi yang sedang menyusun kayu bakar.
"Terimakasih"
Izumi menoleh ke arah Mitsuko, dia tak menyangka bahwa Mitsuko akan mengucapkan kata-kata itu. Izumi pun tersenyum dengan hangat dan kembali mengelus kepala Mitsuko.
"Sama-sama Mitsuko Chan"
Mitsuko merasa hatinya sangat senang, baru kali ini ada seseorang yang memperlakukan dirinya dengan baik. Padahal dirinya hanyalah orang asing yang memiliki darah yokai.
"Mitsuko mari kita latihan, pertama adalah latihan mengangkat kayu ini. Tolong kamu pindahkan kayu ini ke sebelah sana. Apakah kamu bisa melakukannya?"
Mitsuko kembali diam, dia menundukkan kepalanya
"Ini adalah latihan bertarung dengan Yokai. Latihan ini adalah dasarnya, kamu harus belajar dari dasarnya Mitsuko. Aku akan menjadi gurumu. Mulai, sekarang panggil aku guru"
Mitsuko menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk mengikuti latihan dasar ini. Dia harus berlatih untuk menjadi pemburu iblis.
"Baiklah lakukan sekarang"
Mitsuko mengambil batang kayu yang besar tersebut, tapi batang kayu itu tak kunjung terangkat sama sekali. Dengan segenap kekuatannya Mitsuko mencoba lagi, tapi tetap saja hasilnya sama.
Kenapa batang kayu ini sangat berat? Tadi guruku hanya membawanya dengan ringan dari hutan. Bagaimana aku bisa mengangkat barang kayu ini? Walaupun terlihat kecil, tapi batang kayu ini sangat berat seperti sebongkah batu.
Izumi memandangi Mitsuko yang sedang berusaha mengangkat satu batang kayu, ia tersenyum melihat Mitsuko yang tetap berusaha mengangkat batang kayu tersebut.
Mitsuko...Aku akan menjadikanmu pemburu iblis yang hebat, lebih hebat dari ibumu. Aku harap kamu tak mempunyai sifat seperti ibumu yang tergila-gila dengan pria sialan itu.
Menjelang tengah hari, Mitsuko masih berusaha mengangkat batang kayu tersebut. Tidak ada satupun kayu yang berhasil pindah ke tempat yang telah ditunjuk oleh Izumi, dengan keringat yang mengalir di dahinya serta telapak tangannya yang mulai memerah. Mitsuko masih tetap berusaha untuk mengangkat salah satu batang kayu tersebut.
Mitsuko kamu pasti bisa melakukannya, Dwi Mitsui dan yang lainnya. Kamu harus menjadi pemburu iblis Mitsuko...
Teriakan semangat didalam hatinya membuat kayu tersebut terangkat sedikit demi sedikit, walaupun begitu Mitsuko belum bisa mengangkat batang kayu itu untuk pindah ke sisi lain.
Izumi kembali dari hutan sambil membawa beberapa ayam hidup, dia memandangi punggung Mitsuko dari belakang. Terlihat kesungguhan Mitsuko yang ingin mengangkat batang kayu tersebut.
Hari pun sudah menjelang sore, Mitsuko masih melakukan latihannya. Batang kayu itu hanya berpindah sedikit saja, tapi Mitsuko sama sekali tak menyerah dan masih tetap mencoba mengangkat batang kayu tersebut.
Kenapa kayu ini sangat berat? Aku tidak mampu mengangkat nya sama sekali, tapi kenapa Izumi-san bisa melakukan nya dengan begitu mudah.
Sampai tengah malam pun, Mitsuko masih berusaha mengangkat batang kayu tersebut. Dengan kekuatan penuhnya ia mengangkat kembali batang kayu itu.
Ayo terangkatlah, terangkatlah.
Dengan kesungguhan Mitsuko, akhirnya batang kayu itu akhirnya terangkat dan dengan cepat Mitsuko memindahkan nya ke sisi lain. Mitsuko kemudian berbalik dan melihat masih ada batang kayu lain yang harus ia pindahkan.
Satu batang kayu memerlukan waktu seharian, bagaimana caranya aku memindahkan puluhan batang kayu ini?
Izumi melihat latihan Mitsuko dari balik jendela gubuk miliknya, ia tersenyum dengan lembut memandangi perjuangan Mitsuko. Anak itu tidak menyerah sama sekali.
Banyak sekali orang yang ingin menjadi pemburu iblis saat melakukan latihan denganku merasa hal ini sangatlah sepele. Mereka bahkan tidak mau memindahkan batang kayu sama sekali, dan pindah ke guru yang lain. Tapi Mitsuko sangat berbeda dia adalah murid pertamaku dan orang pertama yang tidak meremehkan apa yang kusuruh untuk latihan menjadi pemburu iblis.
Izumi pun membalikkan tubuhnya dan memutuskan untuk beristirahat.
Keesokan paginya, Mitsuko masih melakukan latihannya. Tanpa istirahat dan makan sama sekali, Izumi yang melihat hal itu tak ingin mengganggu latihannya. Karena ia tahu Yokai akan bertahan hidup tanpa makanan selama berbulan-bulan, mereka makan hanya untuk memberikan energi di tubuh mereka.
Izumi pun mengikatkan seekor ayam di sebuah pohon, ketika Mitsuko lapar dia dapat memakan ayam ini. Izumi pergi meninggalkan Mitsuko yang masih berlatih.
Sudah 3 Minggu berlalu, Mitsuko akhirnya berhasil memindahkan semua batang kayu tersebut. Mitsuko pun mengelap keringat yang menetes di dahinya, entah kenapa hatinya merasa sangat bahagia ketika melihat batang kayu yang sudah berhasil pindah ke sisi lain.
"Kerja bagus Mitsuko"
Izumi mendekati Mitsuko dan memandangi batang kayu yang sudah berhasil dipindahkan, ia tersenyum dan menepuk pundak Mitsuko dengan lembut.
"Tapi aku harus memindahkannya ke sisi lain karena disana kelihatan tidak bagus. Jadi, bantu aku memindahkan nya ke tempat semula"
Mitsuko terdiam, dia tidak mengerti kenapa harus dipindahkan sekali lagi. Jadi, usahanya selama ini adalah sia-sia?
"Itu semua tidak sia-sia, apakah kamu tidak merasakan sesuatu yang berbeda dengan tubuh mu?"
Mitsuko melihat tangan miliknya, terlihat tangannya yang sangat kuat. Mitsuko snagt terkejut ketika melihat tangannya yang dulu sangat kurus kini seperti tangan seorang lelaki.
Izumi tersenyum melihat respon Mitsuko, ia pun kembali berjalan memasuki gubuknya. Mitsuko akhirnya melangkahkan kakinya ke batang kayu tersebut dan berusaha memindahkannya ke tempat semula.
Sudah dua Minggu berlalu, memindahkan batang kayu itu kembali ke tempat semula lebih cepat daripada sebelumnya. Tapi, Izumi entah kenapa mengatakan kepada Mitsuko bahwa ia harus membawa batang kayu ini ke arah aliran sungai.
"Pindahkan batang kayu ini ke arah aliran sungai, aku harus membuat sesuatu disana"
Mitsuko pun menuruti apa yang diinginkan Izumi, Mitsuko dengan lambat berjalan menuju aliran sungai sambil membawa batang kayu.
Dia masih sangat lambat berjalan, latihan ini akan membuat nya bisa bergerak dengan lincah. Padahal dia seorang Yokai, tapi berjalan seperti siput.
Latihan yang dilakukan oleh Mitsuko berlangsung selama dua bulan, Mitsuko akhirnya memindahkan semua batang kayu ke aliran sungai walaupun membutuhkan waktu yang sangat lama.
"Mitsuko, bawa kembali batang-batang kayu itu, aku rasa aku tidak membutuhkannya lagi untuk berada disana"
Mitsuko pun menghela napasnya, ia kembali berjalan ke arah aliran sungai dan membawa batang kayu tersebut.
Hal itu pun berjalan hanya selama sebulan, Mitsuko kemudian berbalik dan memandangi wajah Izumi yang tersenyum. Entah kenapa, itu terlihat menakutkan bagi Mitsuko, karena pasti setelah ini Izumi akan menyuruh dirinya untuk memindahkan batang-batang kayu itu ketempat lain.
"Terimakasih atas kerja kerasmu mitsuko, bisakah kamu mengambilkan se ember air untukku, aku butuh air untuk mandi"
Mitsuko pun mengambil ember tersebut dan berjalan menuju aliranh sungai, dia dengan cepat kembali dan memberikan ember yang berisi air penuh tersebut.
"Mitsuko apakah kamu menyadari sesuatu?"
Mitsuko terlihat bingung, ia pun menundukkan kepalanya dan melihat ember yang berada di dalam air.Pantulan dirinya terlihat dengan jelas, Mitsuko akhirnya mengetahui apa yang terjadi.
Aku bergerak sangat cepat, padahal Izumi-san baru menyuruh ku untuk mengambil air dari aliran sungai yang sangat jauh dari sini, tapi entah kenapa hanya beberapa detik aku sudah kembali sambil membawa ember yang berat ini. Apakah ini hasil kekuatan latihanku?
"Bagus jika kamu sudah mengetahuinya, selanjutnya kita akan berlatih ketangkasanmu"
"Aku ingin kamu mengumpulkan semua buah yang ada dihutan ini"
Mitsuko memandangi pohon-pohon yang sangat tinggi tersebut, hutan ini memiliki pohon yang hampir mencapai 10 meter. Bagaimana Mitsuko dapat mengambil buah-buahan yang terlihat tinggi tersebut.
"Lakukanlah Mitsuko, kamu juga harus mencari makanan mu sendiri mulai sekarang. Ingat, hanya hewan tidak boleh manusia. Kembalilah jika kamu sudah berhasil, kamu tidak boleh berbohong kepadaku karena aku mengetahui semua isi hutan ini Mitsuko."
Mitsuko menganggukkan kepalanya, dan segera pergi melakukan latihannya. Ini merupakan latihan yang lebih berat daripada sebelumnya, entah butuh waktu berapa lama untuk mengumpulkan semua buah-buahan di hutan yang besar ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!