Mitsuko terbangun setelah beberapa lama ia pingsan, Mitsuko melihat keadaan rumahnya yang sekarang tercium bau darah yang begitu pekat. Mitsuko dengan cepat menutup hidungnya, ia tak boleh mencium bau darah manusia. Insting yokainya belum terlalu dapat dikendalikan.
Mitsuko dengan kekuatannya yang masih ada mencoba untuk berdiri, namun ia terjatuh kembali. Kedua kakinya masih belum mampu untuk berdiri tegak setelah kejadian tadi, Mitsuko melihat dari jauh mayat ayahnya yang memasang wajah penuh ketakutan. Dengan mengerahkan semua kekuatannya, Mitsuko berdiri dan berjalan mendekati mayat sang ayah.
Mitsuko berdiri didepan mayat ayahnya, melihat wajah ketakutan dan terkejut sang ayah entah kenapa Mitsuko tak merasakan apapun. Kini perasaannya sudah mati, tidak ada rasa cinta maupun rasa kasih sayang kepada kedua orangtuanya. Mitsuko berharap bahwa ia tak seharusnya lahir di keluarga ini, keluarga monster tanpa belas kasihan sama sekali.
Aku...Aku harus menahan rasa laparku, kamu pasti bisa Mitsuko. Jangan tergoda oleh bau darah dan daging miliknya, aku tidak akan memakan manusia yang menjijikan seperti ayahku. Aku tidak akan memakan manusia ini, semoga kamu tenang di neraka ayah bersama ibu.
Dengan tatapan kosongnya, Mitsuko berjalan keluar meninggalkan rumah yang penuh dengan derita dan kekejaman di masa kecilnya.
Kenapa Yokai itu tidak membunuhku...Kenapa dia tidak membunuhku? Apakah aku sebegitu menjijikkan untuk dibunuh? Apakah karena aku adalah anak dari mereka berdua, bahkan Yokai pun enggan untuk memakan daging dan meminum darah milikku. Bagaimana aku harus mati? Apa yang harus kulakukan untuk mencari kematianku? Kenapa aku tidak mati, kenapa sangat sulit mencari kematian untuk diriku sendiri?
Mitsuko berjalan ditengah hutan yang disinari oleh bantuan cahaya bulan tersebut, dengan tertatih-tatih ia berjalan dengan cepat meninggalkan rumah miliknya. Dia tidak ingin kembali lagi ke ruang bawah tanah, tanpa cahaya tanpa kehidupan tanpa udara yang segar sama sekali. Untuk sekali saja, dia ingin bebas. Ingin melihat bagaimana bentuk dunia miliknya.
Mitsuko tak menyadari hutan yang ia lewati sekarang, penuh dengan Yokai yang menginginkan daging dan darah manusia. Mitsuko tetap berjalan tanpa takut dengan sekitarnya, ia tahu bahwa Yokai pasti ada didekat dirinya tapi lebih baik mati dimakan oleh Yokai daripada melihat ayahnya yang kembali hidup dan memakan dirinya.
Pergi...Aku harus pergi cepat, gerakkan tubuhmu dengan cepat Mitsuko. Aku harus pergi dari rantai milik ayah, aku tidak boleh tertangkap lagi.
Setelah beberapa jam sudah berjalan cukup jauh, Mitsuko mencium banyak aroma Yokai disekitarnya. Ini lebih banyak daripada sebelumnya, Yokai sampai kapanpun mereka tidak akan menghilang di dunia ini.
Terlalu banyak Yokai disekitar sini, apa yang harus aku lakukan. Kenapa di dalam hati kecilku, mengatakan aku harus hidup. Siapa yang menyuruh aku untuk tetap hidup? Apakah itu ibu ku? Aku tidak ingin hidup, aku tidak ingin...Aku...Aku ingin hidup!!!
Perlahan tubuh Mitsuko semakin lelah, dia sudah tidak makan apapun selama beberapa bulan. Ayahnya lah penyebab semua ini, ayahnya mengubah dirinya menjadi Yokai dan menyuruhnya untuk memakan daging adiknya yang sudah mati. Tapi, Mitsuko tak ingin melakukan hal menjijikan itu. Dia pun akhirnya tidak makan apapun hanya diberi makan oleh ibunya seekor ayam hidup setiap sekali sebulan. Tapi, itu lebih baik daripada tidak memakan apapun. Mitsuko merasakan penglihatannya semakin menggelap, apakah dia tak dapat berjalan lagi? Kalau dia mati dihutan ini, dia akan dimakan oleh para Yokai liar ataupun dia akan mati karena sinar matahari.
Sebentar lagi akan fajar, kalau sinar matahari mengenaiku, aku akan mati. Apakah aku harus mati? Apakah ini lebih baik?
Mitsuko pun terjatuh dan merasakan tubuhnya yang semakin lelah, Mitsuko menggenggam tanah hutan yang dingin tersebut. Air mata mengalir dari matanya tapi tatapan matanya tetaplah kosong tanpa kehidupan sama sekali. Hanya, hati kecilnya lah yang berharap untuk tetap hidup tidak dengan Mitsuko.
Aku benci memiliki sebuah perasaan, aku benci memiliki sebuah hati. Kenapa aku harus merasakan semua hal ini, kenapa hatiku menginginkan kehidupan? Apakah kamu tak tahu penderitaan yang sudah aku alami? Aku hanya ingin tidur tenang dengan lama.
Mitsuko perlahan menutup matanya, jika tuhan itu memang ada. Tolong berikan aku petunjuk apa yang harus aku lakukan? Tuhan kenapa kamu memberikan kehidupan seperti ini kepadaku? Apa yang telah aku perbuat kepadamu?
Keesokan paginya...
Mitsuko perlahan membuka matanya, atap jerami menyambut dirinya. Mitsuko merasakan tubuhnya yang tidak bisa digerakkan sama sekali, ia tetap diam menatap atap jerami diatasnya.
Dimana aku? Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang telah menyelamatkan aku? Kenapa orang itu melakukannya padahal aku adalah orang asing?
Suara pintu terbuka dengan pelan, membuat Mitsuko mengalihkan pandangannya ke arah pintu kayu yang hampir rapuh tersebut. Seorang nenek tua dengan rambut putih menyelimuti kepala miliknya, nenek itu mendatangi mitsuko dan mengelus kepalanya dengan lembut. Tapi, Mitsuko tak merasakan apapun dengan kehangatan dan kelembutan oleh orang yang menyelamatkannya. Hatinya sudah mati sejak lama.
"Kamu sudah bangun nak? Sekarang ayo makan, aku sudah membawa seekor ayam hidup untukmu"
Mitsuko menatap atap kembali dengan tatapan kosong, dia mengabaikan nenek tersebut. Nenek itu pun menghela napas dan menggenggam tangan milik Mitsuko.
"Aku tahu, kamu bukanlah seorang manusia. Aku tahu itu tapi itu tak masalah untukku, kamu pasti penasaran bagaimana seorang nenek seperti ku malah mengetahui hal seperti ini. Aku akan menceritakan nya suatu hari padamu nak, jadi kamu tetaplah hidup. Jangan menyerah dengan apapun"
Mitsuko mendengar ucapan yang keluar dari mulut nenek tersebut. Ia pun segera duduk dan memandang nenek itu.
"Kenapa?"
Nenek itu merasa bingung, ia melihat tatapan mata kosong mitsuko. Walaupun begitu, nenek itu dapat melihat di kedalaman matanya bahwa anak didepannya ini mempunyai kesedihan yang mendalam.
Nenek itupun memeluk Mitsuko dengan lembut ia menepuk punggung milik Mitsuko. Mitsuko masih tetap diam tak membalas apa yang dilakukan nenek itu kepadanya.
"Karena kamu adalah orang yang akan membawa perubahan. Kamu tahu nak, aku memiliki kemampuan melihat masa depan. Dan aku tahu bahwa aku harus menyelamatkan mu. Jadi, tetaplah hidup, tetaplah bertahan di dunia yang kejam ini. Dunia ini memang tidak adil, tapi kamu harus mengubah ketidakadilan tersebut menjadi sebuah keseimbangan. Aku menyelamatkan mu bukan karena kamu akan membawa sebuah perubahan, tapi kamu adalah anak yang sangat luar biasa, kamu mampu menahan semua yang terjadi selama ini. Tetaplah hidup, jangan menyerah"
Mitsuko masih menatap ke depan dengan kosong, kata-kata itu tidak akan mampu membawa dirinya untuk keluar dari kegelapan yang sudah merasuki pikirannya.
Nenek itu akhirnya melepaskan Mitsuko dan mengambil ayam yang berada dikeranjangnya kemudia memberikannya kepada Mitsuko. Nenek tersebut akhirnya pergi dan meninggalkan Mitsuko sendirian didalam rumah jerami tersebut.
Setelah nenek itu keluar, dia mengelus dadanya. wanita tua itu bernama Izumi. Mantan pemburu iblis, ia merupakan seorang mantan Hikari terdahulu. Seorang penguasa tatapan mata cahaya, dengan mata miliknya dia bisa melihat masa depan yang terjadi. Kini, dia sedang menunggu anak yang akan membawa perubahan ke dunia ini, dan anak tersebut adalah keturunan Saito terakhir. Kini, keluarga Saito tak memiliki keturunan selain gadis yang berada didalam gubuk miliknya.
aku harap dia adalah anak yang ditunjuk oleh penglihatan dimasa depanku, hanya dia yang masih hidup di dalam rumah itu. Aku tak mengerti kenapa iblis rubah itu mengincar keluarganya, untunglah dia selamat. Aku harap dia adalah anaknya, jika pun bukan itu tak masalah. Anak itu sangat berbeda dari yang lain, dia seorang Yokai tapi dia sama sekali belum memakan daging manusia apalagi meminum darahnya. Sebenarnya apa yang telah dilakukan keluarga Saito hingga membiarkan anak mereka menjadi seorang Yokai.
Mitsuko dengan lahap memakan ayam tersebut hidup-hidup. Kelaparan sudah merasuki tubuh kecil miliknya, setelah selesai makan. Mitsuko tetap duduk diam di atas futon tersebut, tatapan matanya masih tetaplah kosong tanpa kehidupan sama sekali.
Izumi pun masuk kembali, dan mencium bau darah yang menyengat. Dia pun mendekati Mitsuko, dan mengelus kepalanya.
"Sekarang kamu harus mandi, aku akan membersihkan tubuhmu"
Izumi membawa Mitsuko ke kamar mandi, di kamar mandi itu tak ada cahaya sama sekali. Izumi menutup semua jendela karena ia tahu Mitsuko tak boleh terkena sinar matahari, jika tidak Mitsuko akan mati.
Izumi memandikan Mitsuko dengan perlahan, Izumi melihat memar biru di seluruh tubuh kecil Mitsuko. Izumi sangat terkejut, sebenarnya apa yang dilakukan keluarga saito didalam hutan tersebut. Setelah puluhan tahun mereka mengasingkan diri dari dunia luar dan dunia pemburu iblis, kini mereka telah habis dibantai oleh Yokai rubah.
Aiko, kenapa kamu melakukan hal bodoh seperti ini kepada hidupmu? Padahal kamu tahu, bahwa hanya keturunanmu akan membawa perubahan ke dunia ini, tapi kamu masih tetap saja menuruti lelaki gila itu Aiko. Aiko, kamu adalah wanita yang paling buruk yang pernah aku temui.
"Apakah itu sakit nak?"
Mitsuko masih tetap diam, Izumi menghela napasnya. Mungkin ada sesuatu yang membuat anak ini menjadi seperti ini, tapi Izumi belum tahu apa itu. Dia harap anak ini akan memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah memandikan Mitsuko, Izumi membersihkan gubuk yang berbau darah itu. Kemudian ia memakaikan mitsuko pakaian bersih, menyisir rambut gadis kecil itu dengan lembut.
Izumi berpikir bahwa Mitsuko masih setengah Yokai karena hanya salah satu matanya saja yang memiliki mata seperti Yokai. Maka dari itu, Mitsuko mampu menahan semua godaan bau manusia. Tapi, mungkin saja darah Yokai nya ini perlahan akan menyebar dan Mitsuko akan menjadi Yokai seutuhnya.
"Namaku adalah Izumi, aku menyelamatkan mu ketika aku sedang mengumpulkan kayu bakar. Tentang perkataan ku sebelumnya kamu dapat melupakan semua itu, lagipula kamu masih terlalu kecil untuk memahaminya. Siapa namamu?"
Mitsuko masih tetap diam menatap dengan kosong ke arah depan. Izumi menghela napas sangat sulit berbicara dengan anak ini, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Izumi pun segera berdiri dan memutuskan untuk keluar mencari sesuatu untuk dimakan oleh Mitsuko.
"Mi...Mit...Suko" Ucap Mitsuko terbata-bata
Izumi yang baru memegang ganggang pintu pun menolehkan kepalanya, Izumi tersenyum dengan lembut.
"Mitsuko-chan, tolong jaga rumah ini sebentar yah. Aku akan kembali setelah mencari bahan makanan. Jangan keluar, matahari masih terbit."
Izumi pun meninggalkan Mitsuko, Mitsuko pun bergerak ke arah ujung gubuk tersebut. Menutup kedua telinganya dan mengucapakan sesuatu yang aneh.
"Aku anak baik...Aku anak baik...Aku anak baik"
Di dalam kegelapan itu, hanya suara ketakutan Mitsuko yang terdengar.
Di hutan, Izumi mencari beberapa bahan untuk Mitsuko. Dia ingin Mitsuko bisa keluar dari rumah tanpa harus berada di dalam kegelapan lagi, Izumi ingin membuat sebuah topi jerami untuknya agar Mitsuko dapat melihat dunia tanpa takut dengan sinar matahari.
Hari pun menjelang malam, Mitsuko tertidur di ujung gubuk tersebut. Izumi menghampirinya dan membawanya ke atas futon.
"Kamu adalah anak yang luar biasa Mitsuko, aku harap kamu tetap memberikan semangat kepada dirimu. Kamu harus tetap Hidup, melihat bagaimana dunia luar, melihat bagaimana bentuk awan dan warna langit nak"
Mitsuko yang tertidur sedang mengalami sebuah mimpi, di dalam mimpi tersebut Mitsuko bertemu dengan adik-adiknya. Keempat adiknya memandangi Mitsuko dan tersenyum dengan bahagia. Mitsuko melihat Mitsui yang sedang digendong oleh adik keduanya Makoto. Mitsuko mencoba mendekati mereka, namun Makoto berteriak kepadanya.
"Jangan kesini, kamu tidak boleh melewati garis merah itu kak. Kakak kami sudah tenang sekarang, disini tidak ada ayah maupun ibu lagi. Aku yang akan menjaga yang lainnya mulai sekarang, kamu harus tetap hidup kak. Bawalah perubahan ke dunia ini, jangan biarkan Yokai mengambil ahli dunia kita"
Mitsuko menggenggam bagian dada nya yang terasa sakit, Isak tangis keluar dari mata miliknya.
"Kakak" Ucap Mitsui
"Kakak tetaplah hidup, aku harap kakak mewujudkan mimpi ku menjadi seorang pemburu iblis yang kuat dan menyelamatkan semua anak-anak di dunia ini"
"Wujudkan mimpi kami Mitsuko -nee Chan" Teriak keempat adik Mitsuko
Tangisan tak Mitsuko tak berhenti sama sekali, ia segara bersimpuh dan menjerit. Baru kali ini, Mitsuko mampu mengeluarkan semua perasaan yang dipendamnya. Melihat keempat adiknya yang akan segera pergi, Mitsuko mencoba menggapai mereka dengan tangannya.
"Jangan pergi, jangan pergi. Maafkan aku, maafkan kakak. Maafkan kakak tidak dapat melindungi kalian"
"Kakak...Kamu adalah kakakk yang paling hebat di dunia ini, kamu sudah melindungi kami dengan baik. Sekarang saatnya kamu harus hidup untuk dirimu dan kami, aku harap kakak menemukan kebahagiaan kakak" Ucap Makoto sambil tersenyum lebar"
"Selamat tinggal Mitsuko nee Chan"
Mitsuko terbangun dari mimpinya, aliran air matanya tak kunjung berhenti. Mitsuko merasakan hati nya yang sangat sakit, Mitsuko pun mencoba menahan semua itu tapi pada akhirnya dia menangis dengan histeris.
Izumi segera masuk kedalam gubuk, dirinya diluar sedang membuat sebuah topi jerami untuk Mitsuko. Mendengar tangisan histeris Mitsuko ia pun dengan cepat memeluk dirinya.
"Tenanglah semua akan baik-baik saja Mitsuko...Tenanglah"
"Wujudkan mimpi kami Mitsuko nee Chan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
👸 Queen & 🤴King
baru kali ini baca novel kayak gini serruuu juga .. semangat thor
2020-11-10
3
anca
knp aiko ibu mitsuko bodoh sekali kr jadi budak cinta suami gilanya hingga tak pake logika membuat anaknya mati padahal tau hanya keturunannya lah yg bs jadi pemburu iblis yg hebat dan bawa perubahan
2020-11-09
1