Gadis Miskin Dan Pria Kaya
"Cepat kau bayar hutangmu sekarang juga!" gertak seorang pria bertubuh kekar.
Tangannya mencekik kuat leher wanita yang ada didepannya.
"A-ku, akan melunasinya. Tapi, toollloong beri a-ku waktu," kataku terbata-bata menahan sakit cengkraman pria itu.
Dengan kasar dilepasnya wanita itu sampai tubuhnya terjatuh membentur tanah.
"Kuberi waktu kau sampai 2 minggu untuk melunasi hutangmu! Kalau sampai kau tidak menepati janjimu, akan kujual kau sebagai wanita malam!"
Wanita itu hanya terdiam meringis kesakitan. Pria itu berbalik meninggalkannya dengan kesal.
Dengan perlahan Ana berdiri dan berjalan tertatih-tatih.
"Aku harus segera melunasi hutang
orang tuaku agar tidak tersiksa seperti ini lagi."
"Entah apa yang harus aku lakukan untuk melunasinya, setiap hari aku bekerja tanpa henti tak kenal lelah."
Kupandangi langit malam ini dihiasi bintang yang indah.
"Ayah,Ibu... aku merindukan kalian." gumamku dalam hati.
Tak terasa air mataku membasahi pipiku dan aku menangis tersedu-sedu.
Beverly Juliana Pricilla. Umurku 23 tahun, berkulit sawo matang, mata bulat bewarna coklat, rambut panjang dan mempunyai lesung pipi di pipi kanan dan kiriku.
Jika aku tersenyum, aku tampak begitu manis. Postur tubuhku ideal. Aku seorang gadis yatim piatu. Orang tuaku meninggal 2 tahun yang lalu karna sebuah kecelakaan pesawat yang menewaskan semua penumpang di dalamnya.
Kini aku sebatang kara di kota ini. Anggota keluargaku yang lain tak ada yang mau mengadopsiku. Dan seakan tak pernah mengenalku. Mungkin karna orang tuaku meninggalkan begitu banyak hutang, sehingga mereka enggan mendekatiku.
Aku bekerja dan berjuang sendiri untuk mencukupi kebutuhanku dan membayar hutang sedikit demi sedikit. Aku hidup serba kekurangan, tapi aku bersyukur dengan hidup yang kujalani apa adanya. Aku menjalani keseharianku dengan penuh semangat meski begitu sulit setiap harinya.
Aku kembali berjalan menuju tempat kerjaku. Di malam hari, aku bekerja sebagai penjaga toko. Aku memasuki toko dan meletakkan tas serta berganti pakaian seragam kerjaku.
Aku mulai menata barang pada rak yang tertata rapi.Tak lama, masuk seorang pelanggan. Aku segera berlari menuju kasir menyambut pelanggan itu dengan ramah.
"Selamat malam Tuan," kataku menyapa sambil tersenyum kecil.
Pelanggan itu hanya melewatiku tanpa peduli. Kuperhatikan dia dari kejauhan. Penampilannya sangat tertutup.
Dia memakai jaket hitam yang tebal dan longgar, memakai topi hitam, masker hitam dan kacamata hitam.
Hanya orang aneh yang memakai kacamata hitam seperti itu di malam hari. Mungkin, dia ******* atau buronan begitu fikirku. Aku bergidik memikirkannya. Ia mendekatiku dengan membawa sekeranjang yang penuh dengan minuman kaleng dan Snack.
Aku mescan satu-persatu barang yang ia beli. Dengan gugup tanganku gemetar. Pikiranku kacau membayangkan hal yang menakutkan.
*Bagaimana kalau dia perampok dan aku akan disandera olehnya? Atau mungkin dia ****** yang akan melemparkan bom di tempat ini?
Mataku berkeliling melihat kesekitar dan tidak ada seorang pun disini. Aku menarik napas dalam-dalam mencoba untuk tenang.
"Total pembelanjaan anda (Seratus Dua Puluh Lima Ribu)Tuan," kataku gugup.
Tanpa kata, ia mengeluarkan dompet dan merogoh beberapa lembar uang.
Lalu ia menyodorkan (Seratus Lima Puluh Ribu) padaku. Dengan ragu, aku menerimanya dan memberinya (Dua Puluh Lima Ribu). Dengan kasar ia menerima uang itu dan bergegas pergi.
Aku menghela napas lega karna tidak terjadi apapun. Aku merasa bersalah padanya karna berpikir yang tidak-tidak.
Aku kembali meninggalkan meja kasir dan melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi. Baru selangkah aku berjalan, mataku tertuju pada sebuah dompet di meja kasir.
Aku mengambil dompet itu dan membukanya. Terlihat kartu identitas didalamnya
"Kurasa ini milik pria tadi," kataku menebak.
Aku menatap lekat-lekat foto yang terpampang di dompet itu.
"Seperti tidak asing, aku seperti pernah melihatnya entah dimana dan kapan," kataku sambil mengingatnya.
Jordan Fransisco itu nama yang tertera di kartu identitas dan lagi-lagi aku merasa tak asing mendengar namanya.
Otakku berputar mencoba mengingatnya.
"Aaaahhh!! entahlah."
"Lalu, harus kuapakan dompet ini?" tanyaku pada diriku sendiri.
Aku membuka semua bagian di dompet itu. Terdapat (lima) kartu kredit, kartu identitas,
SIM, kartu nama dan sepuluh lembar uang (lima puluh ribu).
Kuamati lagi kartu identitasnya. Tertulis alamat rumahnya yang berada jauh dari kota ini. Kurasa dia pendatang di kota ini, mungkin dia sekedar bekerja di kota ini.
Aku juga melihat kartu nama di dompetnya dan tertera nomor telepon pemiliknya.
"Aku akan menyimpannya dulu dan akan aku hubungi nanti."
Ana menyimpan dompet itu ke dalam saku celananya.
Kriet! bunyi pintu terbuka.
Aku membalikkan badan dan mataku langsung melotot terkejut karena tak kusangka pria itu akan kembali lagi.
Pria itu melangkah mendekatiku, ia membuka kacamata dan masker hitamnya. Ia memandangku dengan tatapan tajam namun menawan.
Aku terpesona olehnya, tak kusangka dibalik penyamarannya itu terdapat wajah yang begitu tampan.
Ia mendekatiku dengan sangat dekat dan menundukkan wajahnya menatapku dengan mata besarnya. Aku hanya terdiam mematung merasa kikuk didepannya.
Keringat dingin mulai bercucuran saat ia meraba buah dadaku, dan tangan itu mulai turun kebawah merogoh saku celanaku.
Dia mengambil dompetnya kembali dan berbalik pergi tanpa sepatah katapun. Aku tercengang beberapa saat. Tidak kusangka apa yang telah terjadi padaku barusan.
Argh!! teriakku histeris.
"Ini pelecehan!!" kataku kesal.
Aku berlari keluar dan membanting pintu mencari sosok pria bre****k itu. Tapi aku terlambat bertindak karna kebodohanku sendiri.
Aku berlari meninggalkan toko. Mencarinya kebingungan dan tak mendapatkan hasil.
Hosh... hosh... Hosh. Nafasku terengah-engah berlarian hampir (tiga puluh menit).
"Aku sungguh tak terima ia melecehkanku seperti itu!" kataku dengan emosi yang meledak.
"Tapi, aku juga bodoh karna hanya diam saja seakan aku menerimanya!" gumamnya.
Aku mencoba berpikir apakah aku salah atau benar sampai aku teringat bahwa tidak ada seorang pun di toko saat ini.
"Astaga!! Mati aku kalau sampai bos tau aku meninggalkan toko begitu saja!"
Aku bergegas lari secepat mungkin dan sampai di toko dalam waktu dua puluh menit. Aku membuka pintu dan Pak Burhan sudah berdiri dengan melipatkan tangannya melihatku dengan mata tajamnya sampai aku tak berani untuk menatapnya. Aku hanya menundukkan kepala, takut dan merasa bersalah.
"Ana... kau di pecat hari ini." kata Pak Burhan dengan nada datar. Sontak aku terkejut mendengarnya.
"Saya minta maaf Pak, karna meninggalkan toko begitu saja, tapi tolong beri saya kesempatan untuk memperbaikinya," kataku memohon.
"Apakah kau tau apa yang terjadi ketika kau meninggalkan toko?" tanya Pak Burhan dengan nada emosi.
Aku menggelengkan kepala dengan lemah, tak tahu yang sebenarnya terjadi.
"Uang kasir lenyap tanpa tersisa Ana, aku tidak menyangka kau bisa teledor sepeti ini," kata Pak Burhan kecewa.
"Saya sangat minta maaf Pak, tolong dengarkan penjelasan saya, tadi ada pelanggan yang..." kataku terhenti.
Belum sempat aku menyelesaikan penjelasan ku, Pak Burhan dengan emosi mendobrak meja kasir dengan kasar.
Brak !
"Cukup Ana! aku tidak mau mendengar penjelasanmu!" bantah Pak Burhan.
"Aku sudah memberimu keringanan, karna tidak memintamu mengganti kerugian hari ini!" ucap Pak Burhan dengan nada tinggi.
"Aku mengerti keadaanmu yang sangat kekurangan dan tanpa keluarga yang bisa membantumu, aku mengasihanimu saat ini."
"Aku sangat kecewa padamu Ana, jadi tolong pergi sekarang juga!" kata Pak Burhan dengan tegas.
Air mataku keluar begitu saja. Aku berjalan melewati Pak Burhan menuju ruang karyawan mengambil barang-barangku dan meninggalkan seragamku disana.
Aku menuju pintu keluar dan terdiam sejenak. Lalu aku kembali masuk dan mendekati Pak Burhan.
"Saya sangat menyesal Pak, saya minta maaf dan terimakasih atas semuanya," kataku terisak.
Pak Burhan tidak menjawab dan memalingkan wajahnya. Dengan langkah berat, aku pergi meninggalkan toko.
"Hari ini hari yang buruk! Kenapa begitu sialnya hari ini." desahku kesal.
"Pria bre****k itu!! Akan aku temukan dia dan membayar semua perbuatannya padaku!" kataku geram.
"Aku kehilangan pekerjaan dan harus cari pekerjaan lain sesegera mungkin. Aku bingung dan harus bagaimana kedepannya," kataku cemas. Aku memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatku, Neysa yang tak jauh dari sini.
Aku merogoh tasku mencari telepon seluler yang sudah usang termakan usia karna tidak mampu membelinya. Aku bersyukur benda ini setia tanpa pernah mengeluh. Aku melakukan panggilan ke nomor Neysa.
"Halo Ney, kamu dimana?"
"Aku masih bekerja Ana, ada apa?"
"Aku ingin bertemu denganmu Neysa, aku akan menunggumu sepulang kerja."
"Baiklah, tunggu aku di di dalam rumah. Aku meletakkan kunci di bawah karpet di depan pintu."
"Oke!"
Ana memutus sambungan telepon. Ana berjalan sekitar tiga kilometer untuk sampai di rumah Neysa. Sesampainya di rumah Neysa. Aku merogoh karpet depan pintu mencari kunci sesuai petunjuk Neysa, dan kutemukan kuncinya. Lalu aku membuka pintu dan masuk ke dalam. Aku langsung berbaring di kursi ruang tamu.
"Hari ini sungguh melelahkan," ucapku lemah.
Aku mencoba bersantai sembari menunggu sahabatku.Terlihat remot tv diatasi meja dan aku meraihnya.
Sudah lama aku tidak menonton tv karna aku tidak mempunyainya di kostku. Aku merasa sedikit terhibur hanya dengan menonton tv.Terlihat sepasang kekasih di dalam drama yang membuatku asyik menontonnya.
Kriet...! Suara pintu terbuka.
Aku menoleh dan terlihat Neysa tiba dengan membawa kotak kardus kecil di tangannya, yang entah apa isinya dan menyodorkannya padaku.
"Apa ini Ney?" tanya Ana penasaran.
"Aku membawa cemilan kesukaanmu.Itu donat," ucap Neysa tersenyum tipis.
Ana tersenyum lebar karna ia sangat menyukai donat. Anamembuka kotak itu dan tersaji beberapa donat dengan rasa yang berbeda. Ana melahap dengan senang donat itu satu persatu.
"Sekarang ceritakan padaku. Apa yang terjadi padamu?" tanya Neysa penasaran.
Aku menghela napas panjang dan menceritakan pada Neysa apa yang terjadi padaku hari ini.
Neysa kaget dan tak menyangka dengan apa yang ia dengar. Aku menangis di depan Neysa dan Neysa memelukku lembut.
"Sudahlah Ana, kau masih punya aku yang akan membantumu," ucap Neysa menenangkan.
"Aku akan memberimu pinjaman uang sampai kau mendapatkan pekerjaan," sambung Neysa.
"Baiklah, terimakasih Neysa," kataku lega dan senang.
"Tapi, siapa laki-laki itu Ana?" tanya Neysa antusias.
"Entahlah, aku tidak mengenalnya, tapi aku tau namanya."
"Jordan Fransisco, itu nama yang aku temukan di dompetnya."
Neysa serentak kaget mendengar nama yang disebutkan. Sampai ia tergagap-gagap menyebutkan nama itu.
"Jo... jo... jo... Jordan Fransisco katamu? Aku tidak salah dengarkan Ana?" tanya Neysa balik.
"Tidak Ney, memang itu namanya. Dia memang sangat tampan, tapi kepribadiannya sangatlah buruk!" kataku kesal.
Neysa segera meraih handphonenya dengan tergesa-gesa, dan mengetik nama itu di internet.
"Apakah dia yang kau maksud?" kata Neysa sambil memampangkan ponselnya kepada Ana.
"Iya benar! Dia orangnya," kataku histeris.
"Astaga Ana! Kau beruntung bertemu dengannya," kata Neysa histeris kagum.
Aku bingung dengan Neysa yang berkata begitu.
"Bagaimana bisa dikatakan beruntung setelah mendapat pelecehan dan dipecat karna pria itu," kata Ana bingung.
"Dia aktor terkenal Ana! Tidakkah kau tau itu?"
Ana menggelengkan kepala tidak mengerti apa yang dibicarakan sahabatnya itu.
"Dia adalah aktor tertampan, terpopuler, terkaya, dan masih banyak lagi kelebihan yang ia miliki!" kata Neysa memuji dengan semangat.
Ana hanya melongo mendengarnya. Ana kaget berkali-kali dengan apa yang ia dengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ummi Afareen
hai thor aku mampir nih
2021-06-25
0
Susy Adella
msh Mulai bc.... Thor...😊
2021-02-22
0
NN
ba ca dulu Thor...
2020-11-02
1