Pertemuan kedua

Dengan langkah cepat Ana berada tepat di depan Jordan.

"Plak! Tamparan mendarat tepat di pipi si, Jordan brengs*k!"

"Kau gila? Kenapa kau menamparku seenaknya?" katanya kesal.

Ana dengan angkuh menatap tajam dan tersenyum sinis.

"Kau lupa padaku pria mesum?" ejek Ana.

"Apa kau bilang? Pria mesum katamu?" Jordan tampak kesal dan tak habis pikir dengan wanita cantik didepannya.

"Apakah kepalamu terbentur sesuatu dan kau lupa ingatan? Entah sudah berapa korban yang sudah kau lecehkan sepertiku," kata Ana sinis.

Semua mata tertuju pada mereka berdua, orang-orang disekeliling mereka dengan sergap merekam mereka yang sedang beradu mulut.

Ini berita besar bagi masyarakat umum, karna seorang Jordan Fransisco seorang aktor tampan yang terkenal dengan kewibawaannya, tiba-tiba mendapat tamparan dan hinaan oleh seorang perempuan.

Jordan menarik tangan Ana dan masuk ke dalam mobil. Dengan pasrah Ana menurutinya. Jordan menyalakan mobilnya dan pergi.

"Ayo kita bicarakan baik-baik masalah ini disuatu tempat," kata Jordan datar.

"Tidakk! Sekarang bukan waktu yang tepat. Antar aku ke PT Mandala internasional dengan cepat." perintah Ana.

"Kau kira aku supirmu? Bisa-bisanya kau memanfaatkan orang disaat seperti ini," kata Jordan emosi.

"Cepatlah! Jangan banyak bicara! Atau kau mau aku permalukan lagi di tempat umum!" gertak Ana.

Jordan menuruti dan menggelengkan kepalanya karna heran dengan sikap gadis ini. Jordan mencoba memandangi gadis di sebelahnya itu.

Ana terlihat begitu manis dengan wajah kesalnya meski hanya dengan riasan tipis natural.

Matanya bulat kecoklatan, rambut panjangnya terurai anggun, meski ana berpakaian seadanya, tapi postur tubuh Ana tampak proposional bagi seorang perempuan. Jordan mencoba mengingat kembali wajah Ana.

"Hei... bukankah kau gadis di toko yang mencoba mencuri dompetku, dan aku memergokimu saat itu?" tanya Jordan menebak.

Ana menoleh dan menyipitkan matanya karna kesal dengan perkataan Jordan.

"Aku tidak bermaksud mengambil dompetmu itu brengs*k! Dan aku bukan pencuri!! Aku berniat mengembalikan dompetmu setelah pulang kerja, dan aku tak mengira kau akan kembali lagi secepat itu," ujar Ana.

"Dan dengan seenaknya kau meraba tubuhku lalu menghilangkan begitu saja," imbuhnya geram.

"Benarkah? Aku juga tidak bermaksud meraba tubuhmu yang jelek itu, aku hanya memeriksa tubuhmu untuk menemukan dompetku, itu saja." goda Jordan.

Ana merasa terhina dengan kata-kata Jordan yang mengejek tubuhnya jelek.

"Cihh! Pria brengs*k sepertimu juga bisa berkata pedas rupanya. Karnamu hidupku sial akhir-akhir ini!" jawab Ana ketus.

Mobil Jordan berhenti di depan PT.Mandala internasional. Dengan wajah yang sangat kesal, Ana turun dari mobil dan membanting pintu dengan kasar.

Jordan masih mengamati Ana dari kejauhan. Meskipun Ana bersikap kasar, tetapi Ana seperti meninggalkan kesan spesial bagi Jordan.

"Sepertinya dia gadis baik, hanya sedikit kasar dan terlalu nekat," ujar jordan.

Mobil Jordan hendak meninggalkan tempat, namun mata Jordan tertuju pada sebuah mobil sport Ferrari biru yang ia kenal.

Pemilik mobil itu adalah Morgan Narendra. Kakak kandung Jordan. Mata mereka bertemu dan saling menatap tajam.

Hubungan mereka tidak akur sejak 10 tahun silam, dan sejak itulah Jordan meninggalkan rumah dan keluarganya karna suatu permasalahan di keluarga mereka.

Morgan turun dari mobilnya dengan pakaian setelan jas formal bewarna abu-abu yang senada dengan dasi yang menggantung dilehernya. Tampak sangat karismatik ketika dia berjalan santai menuju mobil Jordan.

Dengan gagah, Jordan juga keluar dari mobilnya dan bersandar pada mobil dengan melipatkan tangan di depan dada yang membuat orang-orang melihat kearah mereka berdecak kagum.

"Lama tidak bertemu Jordan? Sepertinya kau sangat baik selama 10 tahun ini," ujar Morgan sinis.

"Tidak usah berbasa-basi! Aku tidak butuh omong kosongmu itu!" ujar Jordan kesal.

"Hahaha... kau tetap tidak berubah Jordan, masih sangat licik dan biad*p seperti dulu," ujar morgan.

"Hahaha... yaa kau benar, aku memang tidak berubah dan masih licik seperti dulu, tapi kau lebih biad*p dari diriku," ujar Jordan geram.

Morgan mengepalkan tangannya dengan geram dan menggertakkan gigi karna kesal.

Mata mereka saling bertatap tajam, suasana menjadi seram seketika, karna aura kebencian yang mereka pendam.

"Lalu untuk apa kau kesini Jordan? Apakah kau hanya ingin melihat perusahaan yang kubangun sekarang?" ujar Morgan sombong.

"Perusahaanmu kau bilang? Perusahaan ini masih milik Ayah dan belum jatuh padamu, Sepertinya kau sama liciknya denganku," balas Jordan.

"Apakah kau masih mengakuinya sebagai Ayahmu? Kau sudah tidak kami anggap keluarga sejak 10 tahun lalu," balas Morgan ketus.

Jordan diam tanpa kata seakan menerima perkataan kakaknya itu. Merasa kalah, Jordan berbalik dan masuk ke mobil tanpa sepatah katapun. Mobilnya melaju meninggalkan kakaknya yang masih terdiam melihatnya pergi.

***

Ana berlari dengan cepat karna jam wawancara telah lewat lima belas menit yang lalu. Ana berusaha mencari Neysa karna ia tidak tahu dimana aula wawancara diadakan.

"Perusahaan ini begitu besar dan aku harus kemana," kata Ana panik.

"Ana! Kemarilah cepat! Sebentar lagi namamu akan dipanggil!" seru Neysa. Ana berlari menghampiri Neysa.

"Maaf Ney... aku terlambat dan membuatmu repot."

"Kenapa kau sangat terlambat Ana, peserta lainnya sudah melewati wawancaranya dan aku mencoba membujuk HRD untuk tidak memanggil namamu lebih dulu."

Ana merasa lega karna bisa mengandalkan sahabatnya itu.

"Sudahlah, ayo cepat ikuti aku." perintah Neysa.

Mereka berlari menuju aula wawancara. Tak lama nama Ana dipanggil untuk wawancara.

Perusahaan PT Mandala internasional adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan dan sudah berdiri selama 20 tahun.

Perusahaan ini juga menempati perusahaan paling besar se-Asia sehingga karyawan yang bekerja di perusahaan ini adalah orang-orang terpilih yang mempunyai nilai kerja apik dan cerdas. Semua karyawan diberi gaji diatas rata-rata termasuk karyawan bawah sekalipun.

***

Peserta diwawancarai satu persatu selama 10 menit dan Ana menjawab wawancara dengan baik dan sportif. Wawancara selesai dan Ana sangat senang karna Ana lulus dan bisa bekerja mulai besok. Ana keluar dari ruangan dan segera menghubungi Neysa untuk memberitahukan berita bahagia ini padanya.

"Halo Ney... dimana kau?" tanya Ana.

"Hay Ana, maaf aku meninggalkanmu karna aku masih banyak pekerjaan," jelas Neysa.

"Ooh... baiklah tidak apa, aku hanya ingin memberitahumu kalau aku diterima dan bisa bekerja mulai besok," kata ana senang.

"Wahh, aku sangat senang mendengarnya Ana, selamat Ana," ujar Neysa.

"Terimakasih Ney, ini semua berkatmu, aku akan mentraktirku nanti malam," kata Ana girang.

"Ya baiklah... nanti malam aku hubungi lagi setelah pulang kantor," ujar Neysa.

"Oke... aku tunggu." kata Ana dan menutup telepon.

Ana berjalan pelan dan santai sambil mengamati perusahaan yang begitu megah dan mewah.

Ini pertama kalinya Ana bekerja di perusahaan yang begitu besar seperti ini. Sampai tak terasa Ana sampai di tempat yang tidak ia tahu.

"Astaga! Dimana aku? Bukankah jalan keluar lewat sini? tapi,sepertinya aku salah jalan," kata Ana bingung.

Ana menoleh kesana kemari tapi tidak ada seorangpun yang melintas, Ana terus berjalan tanpa arah dan tujuan sampai Ana menemukan sebuah ruangan pribadi.

Ana mencoba mengintip ruangan itu dibalik pintu yang sedikit terbuka. Barang-barang furniture yang ada di ruangan itu terlihat sangat mahal. Mata Ana tertuju pada sebuah foto keluarga yang tergantung kokoh di ruangan.

Wajah pemuda yang ada di foto itu tampak mirip dengan pria yang ia temui kemarin malam. Ana sangat penasaran dan ingin melihatnya dari dekat, ia memberanikan diri untuk masuk perlahan.

Ana mengamati foto besar itu dan memang benar adanya bahwa pria itu adalah pria yang ia lempari kaleng waktu itu.

"Ya ampun bukankah dia pria yang waktu itu? Kenapa bisa ada di foto itu?" gumam Ana bingung.

"Masa iya dia CEO di perusahaan ini? Tapi, kalau memang dia, bisa mati aku! Karna aku sudah berlaku kurang ajar padanya," ujar Ana berpendapat.

Kletak... kletak... kletak. Seseorang berjalan menuju ruangan. Tapi Ana tidak menyadarinya.

"Siapa kau?" kata seorang wanita yang sedang memergokinya.

Ana terkejut dan membalikkan badannya. Seorang gadis cantik dan anggun dengan rambut panjang terurai dan pakaian setelan jas wanita yang membalut indah tubuhnya. Sedang berdiri di depannya dengan tatapan mencurigai.

"Maaa... maaa...maaf, saya salah masuk ruangan, permisi kalau begitu," kata Ana grogi.

"Tunggu..." ujarnya. Langkah Ana terhenti dan Ana semakin panik.

Ana takut wanita ini salah paham dan permasalahan ini akan menjadi panjang. Tapi di sisi lain Ana mengakui kesalahannya karena masuk tanpa izin.

"Siapa kau? Dan sedang apa disini? Kenapa kau dengan lancang menerobos masuk ruangan CEO Morgan," katanya ketus.

"Maafkan saya Nona, tadinya saya hanya kesasar karna kantor ini begitu besar. Lalu saya menemukan ruangan ini dan melihat foto itu," jelas Ana.

"Foto itu? Ada apa dengan foto itu?" tanya wanita itu curiga.

"Pria yang berada di tengah foto itu Nona, saya pernah bertemu dengannya," ujar Ana.

"Hahaha... tentu saja kau pernah bertemu dengannya. Karna dia adalah CEO muda yang sukses di perusahaan besar dan semua orang mengenalnya," kata wanita itu.

"Ada apa ini?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang di pertengahan pembicaraan kami.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!