Berlayar Tanpa Menepi
Sore hari, di sebuah Desa yang begitu asri, dua gadis cantik duduk dibawah pohon, mereka terlihat sedang bersenda gurau.
"Aku merasa lega, akhirnya kita lulus sekolah juga ya Sen."Ucap Dewi tersenyum bahagia, Dewi adalah satu-satunya sahabat Sena. Mereka telah bersahabat dari kecil. Meskipun Dewi berasal dari keluarga yang berada, tapi Dewi adalah gadis yang baik, dia mau berteman dengan Sena yang berasal dari keluarga sederhana.
"Iya Wi, akhirnya kita lulus. Oh ya, rencana kamu mau melanjutkan sekolah kemana?" tanya Sena.
"mungkin aku akan pergi ke Kota Sen, kamu kan tahu ibu dan bapak menginginkan aku untuk Kuliah di Kota."Ucap Dewi terlihat sedih.
" Jangan sedih gitu, kamu harusnya bersyukur bisa melanjutkan sekolah. Tidak seperti aku ini?" ucap Sena tersenyum
"Aku selalu bersyukur Sen, hanya saja aku merasa sedih jika harus berpisah denganmu?" ucap Dewi menatap Sena.
"Kamu tenang saja, nanti setiap kamu pulang dari Kota kitakan bisa bertemu Wi." ucap Sena.
"Hehehe iya, Oh ya kamu sendiri bagaimana Sen? Apa rencana kamu selanjutnya? tanya Dewi
"Hem, Aku juga bingung Wi. Aku ingin pergi ke Kota untuk bekerja, tapi aku tidak tega jika harus meninggalkan orang tuaku." Ucap Sena terlihat sendu.
"Kamu yang sabar ya Sen." ucap Dewi merasa iba dengan sahabatnya.
"Apa aku terima lamaran Mas Bagas aja ya Wi?" ucap Sena terlihat putus asa.
"Kamu yakin Sen, akan menikah dengan Mas Bagas? Menikah itu bukan hal yang mudah lho Sen? apalagi kamu masih muda sedangkan mas Bagas usianya sudah matang, apakah kamu yakin mengingat perbedaan usia kalian yang terpaut jauh? Tanya Dewi memastikan.
"Selama ini hubungan kami baik-baik saja, Mas Bagas juga terlihat seperti seorang laki-laki yang baik dan sopan. Aku yakin dengan usianya yang sudah matang akan mampu membimbingku." Ucap Sena dengan yakin.
"Kalau memang itu keputusanmu, aku sebagai sahabat hanya bisa mendo'akan yang terbaik Sen." Ucap Dewi tersenyum.
"Terima kasih Wi, kamu memang sahabatku yang baik." Ucap Sena tersenyum manis.
"Sama-sama Sen?Oh ya, kapan rencananya Mas Bagas akan melamar mu? Tanya Dewi
"Untuk itu aku belum tahu Wi. Tapi, kemarin Mas Bagas ada berbicara denganku, secepatnya dia akan melamar ku." Ucap Sena tersipu malu.
"Semoga niat baik, akan segera terlaksana ya Sen." Ucap Dewi
"Aamiin, makasih ya Wi". Ucap Sena tulus.
ΩΩΩΩ
Malam hari, di Rumah Sena,
Ibu Arum, terlihat sibuk di dapur. Sementara Pak Agung sedang asyik menonton bola di ruang tamu.
"Malam-malam begini ibu sedang masak apa?" tanya Sena menghampiri ibunya di dapur.
"Ini lho nduk, ibu cuma goreng pisang? lumayan kan untuk ganjal perut." Ucap Bu Arum tersenyum.
"memangnya beras ibu sudah habis? Tanya Sena.
"Sudah nduk, terakhir ibu masak tadi pagi, mau beli bapak kamu juga belum gajian. Untuk sementara kita makan pisang ini aja ya nduk, besok pagi ibu tak pinjam beras di warung Bu Yuli?" Ucap Bu Arum tersenyum.
"Maafin Sena ya Bu, Sena belum bisa membahagiakan ibu dan juga bapak?" Ucap Sena menunduk.
"Huss !!, ngomong apa to kamu nduk? Ibu dan bapak sudah merasa bahagia memiliki anak sepertimu nduk. Udah sekarang panggil bapakmu, kita makan pisang bersama, mumpung masih anget." Ucap Bu Arum.
Sena memang terlahir dari keluarga sederhana, dia menjadi anak perempuan satu-satunya di keluarganya. Dia tinggal hanya bersama orangtuanya. Bu Arum hanya sebagai Ibu rumah tangga, sedangkan Pak Agung berkerja sebagai buruh di ladang milik tetangga.
ΩΩΩΩ
Mereka bertiga duduk bersama dilantai dengan beralaskan tikar. Tidak ada meja makan ataupun kursi, yang mereka punya hanyalah tikar yang telah usang. Tidak ada benda berharga yang ada didalam rumahnya, satu-satunya benda berharga miliknya adalah sebuah televisi pemberian tetangganya.
"maafin bapak ya, karena bapak kalian jadi ikut merasakan susah." Ucap Pak Agung mengambil pisang goreng yang ada didepannya.
"bapak tidak boleh bicara seperti itu, bagaimana pun kehidupan kita, ibu selalu bersyukur karena kita masih diberikan kesehatan, dengan kondisi badan yang sehat uang dapat dicari pak?" Ucap Bu Arum
"Ibu benar pak, bapak tidak boleh bicara seperti itu lagi." Ucap Sena tersenyum.
"Bu, Pak, bagaimana jika Sena mencari pekerjaan di kota?" tanya Sena dengan hati-hati.
"Ke Kota?" jauh sekali nduk?" Ucap Bu Arum
"Di kota kamu mau bekerja apa nduk?" Tanya Pak Agung.
"Apa aja pak, yang penting halal. Sena hanya ingin membantu bapak dan ibu". Ucap Sena menunduk.
"Bapak tidak tega jika membiarkan kamu pergi ke kota." Ucap Pak Agung tidak setuju, jika putri satu-satunya pergi ke kota.
"Ibu juga tidak setuju nduk."Ucap Bu Arum sependapat dengan suaminya.
Sena hanya menunduk diam.
ΩΩΩΩ
Di sebuah kamar yang tidak begitu luas dan terlihat sederhana, Sena merebahkan tubuhnya. Malam semakin larut, tetapi Sena belum bisa memejamkan matanya, meskipun sesekali ia terlihat menguap.
"Bagaimana caranya aku bisa bantu ibu dan bapak? Apa aku terima saja lamaran Mas Bagas? Meskipun aku pacaran belum terlalu lama, tapi sepertinya Mas Bagas adalah orang yang baik." Gumam Sena sebelum terlelap tidur.
sementara ditempat lain, di dalam rumah bercat putih yang terlihat bersih.
"Kamu yakin Nak, ingin menikah dengan Sena?" tanya Bu Rena pada Bagas.
"Menikah bukan perkara yang mudah nak, ada tanggung jawab yang besar didalamnya." Ucap Pak Rudi.
"Bagas tau Bu, Pak, dan Bagas yakin dengan pilihan Bagas". Ucap Bagas pada orang tuanya.
"Kalau memang itu keputusanmu, kami hanya bisa memberikan restu." Ucap Pak Rudi.
Bagas terlahir dari keluarga yang sedikit berkecukupan, dibandingkan dengan keluarga Sena sedikit berbeda. Bu Rena yang bekerja sebagai penjahit, sedangkan Pak Rudi sebagai Mandor di sebuah perkebunan. Bagas seperti halnya Sena, ia merupakan anak tunggal. Di dalam keluarga, Bagas tumbuh menjadi laki-laki yang sedikit manja.
ΩΩΩΩ
Mentari pagi mulai menampakan cahayanya. Udara pagi khas pedesaan begitu terasa.
"Bu, pagi-pagi begini ibu dari mana?" tanya Pak Agung pada istrinya. Dilihatnya istrinya membawa kantong plastik berwarna hitam.
"ini pak, ibu dari warung Bu Yuli, hutang beras." Ucap Bu Arum jujur.
"Maafin bapak ya buk, nanti kalau bapak sudah gajian, secepatnya kita bayar hutang ke Bu Yuli." Ucap Pak Agung merasa bersalah.
"iya pak, ya udah ibu masuk dulu ya pak." Ucap Bu Arum tersenyum.
Di dapur Bu Arum terlihat sibuk memasak nasi dan lauk untuk makan mereka hari ini.
"Ada yang bisa Sena bantu Bu?" ucap Sena mendatangi ibunya ke dapur.
"tolong siapkan piring dan juga sendok nduk." Ucap Bu Arum.
Tidak perlu waktu yang lama, masakan sudah siap. Terlihat menu sederhana ikan asin dan sayur bening tertata di atas tikar. Mereka memulai sarapan bersama.
ΩΩΩΩ
Setelah sarapan Sena terlihat mondar-mandir sambil memegang sebuah sapu.
"Nduk, kamu kenapa? dari tadi ibu perhatikan hanya mondar-mandir saja?" Tanya Ibu Arum.
"Em Bu, seumpama Sena ingin menikah, bagaimana menurut ibu?" tanya Sena dengan hati-hati.
"Menikah!!", menikah sama siapa nduk?" tanya Bu Arum terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Neldes Novber
Semangat thor.. saling suport thor
2023-10-01
1
JasmineSeroja82
aku mampir kaka
2023-09-29
1
Silvi Aulia
aku mampir Kaka 🤗
ceritanya seru maap baru bisa ninggalin jejak dulu next aku baca lagi ka kalo lagi senggang 👍🤗
2023-09-12
1