Sedikit Keraguan di Hati

Sepanjang jalan menuju rumah, Sena nampak terlihat termenung. Ia terus melangkahkan kakinya menuju rumah. Pikiran dan langkah kakinya sedang tidak sejalan. Ia masih memikirkan ucapan sahabatnya mengenai Bagas.

"Assalamualaikum Bu, Sena pulang?" ucap Sena masuk kedalam rumah.

"Walaikumsalam, kamu sudah pulang nduk?" tanya Bu Arum.

"Sudah Bu." Jawab Sena.

"Kamu pergi dari mana nduk?" tanya pak Agung, yang memang tidak tahu kemana putrinya pergi.

"Sena tadi habis bertemu Dewi pak." Ucap Sena.

"Sini nduk, duduk dulu sebentar. Bapak ingin bicara sebentar." Ucap pak Agung tersenyum, Sena pun nurut duduk disebelah bapaknya.

"Gini nduk, mungkin saat ini bapak masih berkewajiban membimbing dan mengingatkan mu. Nanti kalau kamu sudah menikah peran bapak akan di gantikan oleh suamimu. Bukannya bapak melarang kamu bermain atau bertemu dengan siapapun, hanya saja kamu ini anak perempuan nduk, nggak baik kalau bermain sampai senja begini baru pulang." Ucap pak Agung.

"Maaf pak, tadi Sena keasyikan ngobrol dengan Dewi, Sena jadi lupa waktu." Ucap Sena dengan lembut.

"Iya sudah nduk, bapak hanya sekedar mengingatkan. Meskipun usiamu masih muda, jika kamu sudah menikah, kamu akan dituntut dewasa oleh keadaan. Nanti kamu akan mengerti maksud ucapan bapak ini nduk, yang terpenting sekarang dan seterusnya kamu harus selalu belajar, karena bukan hanya suami saja yang memiliki tanggung jawab yang besar, seorang istri pun sama." ucap pak Agung mewanti-wanti putrinya. Sena hanya mengangguk, mengerti.

"Iya sudah, kamu mandi dulu nduk, sebentar lagi adzan magrib." Ucap Bu Arum.

"Iya Bu."Jawab Sena, pergi menuju kamar mandi.

Selepas kepergian Sena, Bu Arum duduk disebelah suaminya.

"Pak, Bapak ini kenapa to, kok seperti mengekang Sena?" tanya Bu Arum, ia merasa akhir-akhir ini suaminya bersikap tidak seperti biasanya.

"Mengekang bagaimana to Bu? bapak hanya memberinya nasihat, mengingatkan jika ada hal-hal yang kurang tepat Bu. Ibu kan tahu Sena putri kita satu-satunya dan sebentar lagi ia akan menikah, bapak cuma tidak ingin sesuatu terjadi dengan putri kita Bu, mengingat Sena usianya masih muda." Ucap pak Agung, entahlah sebenarnya ia merasa ada sedikit keraguan di hatinya.

"Bapak khawatir dengan Sena?" tanya Bu Arum.

"Orang tua mana Bu, yang tidak khawatir melihat anaknya sebentar lagi akan menikah. Bapak tahu, cepat atau lambat Sena akan menikah. Tapi, bapak tidak menyangka akan secepat ini." ucap pak Agung, terlihat jelas guratan kesedihan di wajahnya.

"iya sudah pak, sebagai orang tua kita do'akan saja semoga kelak Sena selalu bahagia, rumah tangganya selalu adem ayem." Ucap Bu Arum.

"Aamiin, hanya itulah yang bisa kita lakukan untuk Sena." Ucap pak Agung, tersenyum menatap istrinya.

ΩΩΩΩ

Malam terasa sunyi, sesekali hanya terdengar suara jangkrik. Beginilah suasana di pedesaan ketika malam hari. Selepas magrib sebagian orang memilih untuk berdiam diri di dalam rumah. Seperti keluarga pak Agung, mereka memilih berkumpul bersama.

"Wah, makan enak ini?" ucap pak Agung melihat istri dan anaknya menata makanan di atas tikar.

"makan enak apa to pak? cuma tumis kangkung dan ikan asin, kecuali ada ikan bakar, itu baru enak pak?" ucap Bu Arum duduk di atas tikar.

"ibu bicara apa, tidak boleh berbicara seperti itu Bu? begini pun sudah enak. Selama kita pandai bersyukur, apapun makanannya akan terasa enak bu." Ucap pak Agung, menyesap teh buatan Sena.

"hehehe ibu cuma bercanda pak, ibu selalu bersyukur kok pak." Ucap Bu Arum tersenyum.

"Kamu kenapa nduk, bapak lihat dari tadi kok diam saja?" tanya pak Agung memperhatikan Sena yang sejak tadi diam saja.

"Tidak papa pak, mungkin karena Sena merasa ngantuk saja?." Ucap Sena dengan pura-pura menguap.

"Iya sudah, ayo makan dulu, setelah itu sholat Isya dan istirahat ya nduk." ucap pak Agung begitu menyayangi putrinya. Sena tersenyum mengangguk.

ΩΩΩΩ

Selesai sholat, Sena merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sejak tadi dia hanya menatap langit-langit atap kamarnya. Secercah cahaya rembulan nampak masuk menembus atap kamar yang sedikit berlubang.

"untung malam ini tidak hujan." Gumam Sena.

Sejak lahir ia di takdir kan hidup dengan sederhana, hidup jauh dari kata mewah. Membuatnya tumbuh menjadi gadis sederhana. Hanya cita-cita sederhana yang ingin ia coba wujudkan, membahagiakan orang tuanya selagi mereka masih ada. Paling tidak dengan menikah, ia berharap tidak lagi merepotkan orang tuanya.

"Kenapa aku menjadi ragu untuk menikah dengan mas Bagas." Gumam Sena, mengingat sikap Bagas yang telah berbohong kepadanya.

Sementara di tempat lain,

" Apa semua yang kamu bicarakan itu benar nak?" tanya pak Rudi pada putranya.

"Benar pak, tadi Bagas sudah bertemu dengan pak Agung. Bagas sudah mengutarakan niat Bagas pak, dan keluarga pak Agung menerimanya dengan baik. Keluarga pak Agung menunggu kabar baik dari keluarga kita pak?." ucap Bagas menjelaskan.

" Kamu sungguh-sungguh nak?" tanya Bu Rena duduk disebelah Bagas. Bu Rena sedikit terkejut dengan perkataan putranya.

"iya Bu, aku sungguh-sungguh." Jawab Bagas

"kalau itu sudah menjadi niat mu, ibu dan bapak secepatnya akan melamar Sena untukmu. ucap Bu Rena, membuat Bagas tersenyum bahagia.

"Kamu jangan senang dulu nak, menikah itu bukan perkara mudah, apalagi kamu seorang laki-laki, tanggung jawabnya besar. Saran bapak, selagi ada waktu ikutlah bapak ke perkebunan bantu-bantu bapak bekerja disana. Jadi nanti ketika kamu sudah menikah kamu sudah terbiasa nak." Ucap pak Rudi memberikan nasihat.

"Betul kata bapakmu nak? usia mu sudah tidak muda lagi, sudah tidak sepatutnya kamu bermain kesana-kemari bersama Udin." Ucap Bu Rena pada putranya.

"Nanti kalau sudah menikah, Bagas juga akan bekerja pak, justru sebelum nikah, ini kesempatan Bagas untuk sepuas-puasnya bermain dengan Udin pak, nanti kalau sudah menikah pasti Bagas akan sibuk bekerja dan mengurus rumah tangga." Ucap Bagas pergi begitu saja

Pak Rudi dan Bu Rena hanya menggelengkan kepala, rasanya mereka sudah lelah jika mengingatkan putranya mengenai pekerjaan. Bagas memang sejak dulu paling malas jika di ajari bagaimana caranya bekerja. Pernah sekali pak Rudi mengajaknya pergi ke perkebunan, tapi tidak lama kemudian Bagas memilih pulang, dengan alasan diperkebunan banyak nyamuk.

"Pak, ibu pusing memikirkan Bagas? Bagaimana nasib keluarganya nanti jika dia terus-terusan malas seperti itu? Bekerja saja dia tidak mau." Ucap Bu Rena

"Bapak juga pusing Bu?, Usia ia sudah cukup matang, tapi pikirannya hanya bermain saja." Ucap pak Rudi memegang pelipisnya, tiba-tiba merasakan pusing.

"Ibu kira, waktu itu ia mengutarakan ingin menikah, masih dalam waktu yang lama. Eh, sekalinya dalam waktu dekat ini?." Ucap Bu Rena bingung.

"Makanya itu Bu, keluarga Pak Agung saja sudah menunggu kedatangan kita, itu artinya kita sesegera mungkin untuk melamar dan menikahkan anak kita Bu." Ucap pak Rudi semakin pusing.

"Sudah pak, besok saja kita bicarakan lagi, sekarang kita istirahat." Ucap Bu Rena, Pak Rudi mengangguk setuju.

"Kamu mau kemana nak, malam-malam begini berpakaian rapi." Tanya pak Rudi mendapati putranya berjalan melangkah keluar rumah.

"Bagas mau bertemu Udin pak, tadi sudah janjian sama Udin." ucap Bagas dengan santainya.

"Tapi ini sudah jam berapa nak, sudah malam? Apa sebaiknya besok saja?." ucap Bu Rena .

"Bagas sebentar saja Bu." Ucap Bagas berlalu pergi.

Bruk!!

"Pak, bapak kenapa?" tanya bu Rena terkejut melihat suaminya terduduk dilantai, sambil memegang pelipisnya.

Terpopuler

Comments

LinJibongs

LinJibongs

Keren banget, gak salah deh bakal jadi best seller, authornya jagonya!

2023-07-30

2

彡 Misaki ZawaZhu-!

彡 Misaki ZawaZhu-!

Bosen gak ada akhirnya!

2023-07-30

1

ciara_UwU

ciara_UwU

Jatuh cinta 💖

2023-07-30

1

lihat semua
Episodes
1 Obrolan Gadis Desa
2 Wejangan dari Bapak
3 Sedikit Keraguan di Hati
4 Acara Lamaran
5 Menuju Hari H
6 Pernikahan Bagas dan Sena
7 Hari Pertama Berumah Tangga.
8 Rencana Untuk Hidup Mandiri
9 Tinggal di Lingkungan Baru
10 Ujian di Lingkungan Baru
11 Sikap Bagas Mulai Berubah
12 Sena Sakit
13 Kebaikan Bu Sarah
14 Sena Rindu Bapak
15 Mengunjungi Orang Tua
16 Kehilangan Cinta Pertama
17 Belum Siap Kehilangan
18 Kekecewaan Sena
19 Kabar Kehamilan Sena
20 Sena Ngidam
21 Kunjungan Mertua
22 Kesabaran Sena Selalu diUji
23 Jangan Bandingkan Aku Dengannya
24 Mengunjungi Makam Bapak
25 Bertemu dengan Dewi
26 Bagas Sakit
27 Sena Melahirkan
28 Aji Putra Kuncoro
29 Luapan Emosi
30 Terpuruk
31 Hancurnya Hati Seorang Ibu
32 Sebuah Kebenaran
33 Sisi Lain Pak Rudi
34 Permintaan Maaf
35 Keputusan Bagas
36 Gunjingan Tetangga
37 Cinta Tanpa Restu
38 Menikah Lagi
39 Trauma
40 Rencana Bu Sarah
41 Melepas Kepergian Sena
42 Kehidupan Bagas
43 Siti Mulai Berbohong
44 Hubungan yang Tersembunyi
45 Terlilit Hutang
46 Kecurigaan Bagas
47 Seperti Makan Buah Simalakama
48 Sena Telah Kembali
49 Berusaha Mendekatinya
50 Ungkapan Cinta Bima
51 Karma
52 Leo Sakit
53 Berpisah disaat Sedang Berduka
54 Memperebutkan Warisan
55 Resmi diLamar
56 Berkunjung ke Rumah Pak Rudi
57 Bertemu dengan Bagas
58 Kembali Menetap di Kampung Halaman
59 Rencana Bagas
60 Hilangnya Aji
61 Menebus Kesalahan di Masa Lalu
62 Kebahagiaan Sena
63 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Obrolan Gadis Desa
2
Wejangan dari Bapak
3
Sedikit Keraguan di Hati
4
Acara Lamaran
5
Menuju Hari H
6
Pernikahan Bagas dan Sena
7
Hari Pertama Berumah Tangga.
8
Rencana Untuk Hidup Mandiri
9
Tinggal di Lingkungan Baru
10
Ujian di Lingkungan Baru
11
Sikap Bagas Mulai Berubah
12
Sena Sakit
13
Kebaikan Bu Sarah
14
Sena Rindu Bapak
15
Mengunjungi Orang Tua
16
Kehilangan Cinta Pertama
17
Belum Siap Kehilangan
18
Kekecewaan Sena
19
Kabar Kehamilan Sena
20
Sena Ngidam
21
Kunjungan Mertua
22
Kesabaran Sena Selalu diUji
23
Jangan Bandingkan Aku Dengannya
24
Mengunjungi Makam Bapak
25
Bertemu dengan Dewi
26
Bagas Sakit
27
Sena Melahirkan
28
Aji Putra Kuncoro
29
Luapan Emosi
30
Terpuruk
31
Hancurnya Hati Seorang Ibu
32
Sebuah Kebenaran
33
Sisi Lain Pak Rudi
34
Permintaan Maaf
35
Keputusan Bagas
36
Gunjingan Tetangga
37
Cinta Tanpa Restu
38
Menikah Lagi
39
Trauma
40
Rencana Bu Sarah
41
Melepas Kepergian Sena
42
Kehidupan Bagas
43
Siti Mulai Berbohong
44
Hubungan yang Tersembunyi
45
Terlilit Hutang
46
Kecurigaan Bagas
47
Seperti Makan Buah Simalakama
48
Sena Telah Kembali
49
Berusaha Mendekatinya
50
Ungkapan Cinta Bima
51
Karma
52
Leo Sakit
53
Berpisah disaat Sedang Berduka
54
Memperebutkan Warisan
55
Resmi diLamar
56
Berkunjung ke Rumah Pak Rudi
57
Bertemu dengan Bagas
58
Kembali Menetap di Kampung Halaman
59
Rencana Bagas
60
Hilangnya Aji
61
Menebus Kesalahan di Masa Lalu
62
Kebahagiaan Sena
63
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!