Setelah mendengar, permintaan putrinya, Bu Arum terlihat gelisah. Seperti sore ini sesekali ia keluar rumah, berharap melihat suaminya pulang dari bekerja. Selain terkejut ia juga bingung dengan keinginan putrinya itu.
"Bu, ibu kenapa, sejak tadi Sena perhatikan seperti sedang menunggu seseorang?" tanya Sena menghampiri ibunya.
"Ibu sedang nunggu bapakmu nduk, udah sore kok belum pulang juga?" jawab Bu Arum melihat ke arah jalan.
"Mungkin sebentar lagi bapak pulang Bu? Ibu juga, tidak biasanya nunggu bapak seperti ini. Memangnya ada apa Bu?" tanya Sena merasa bingung dengan sikap ibunya.
"Kamu ini gimana to nduk, ibu ini sudah tidak sabar ingin bertemu dengan bapakmu. Ibu ingin menyampaikan permintaanmu tadi pagi itu." Ucap Bu Arum, Sena yang mengerti pun mengangguk.
Tak berapa lama, pak Agung pun pulang dari kerja.
"Assalamualaikum," ucap pak Agung
"Wa'alaikumssalam," jawab Bu Arum dan Sena bersamaan.
"Kalian ini sedang apa, sudah sore bukannya masuk kedalam rumah, malah duduk di teras." Tanya pak Agung pada istri dan anaknya.
"Ini Lo pak, ada hal penting yang harus ibu sampaikan." Ucap Bu Arum sudah tidak sabar.
"Iya sudah, kita masuk saja dulu. Sebentar lagi adzan magrib, kita bicarakan nanti setelah solat magrib." Ucap pak Agung
Mereka pun masuk kedalam rumah.
ΩΩΩΩ
Di ruang tamu yang terlihat begitu sederhana, ruangan dengan pencahayaan yang begitu minim. Hanya terdapat satu lampu yang meneranginya, lampu dengan cahaya sedikit redup, bahkan terkadang mati dan nyala dengan sendirinya. Disinilah keluarga pak Agung berkumpul.
"sebenarnya tadi ibu ingin bicara apa dengan bapak?" tanya pak Agung pada istrinya.
" gini lho pak, ibu hanya ingin menyampaikan keinginan Sena putri kita. Tadi Sena sudah bicara dengan ibu, kalau dia ingin menikah pak?" ucap Bu Arum.
Pak Agung terkejut mendengar perkataan istrinya.
"Menikah !!, benar begitu nduk? Tanya Pak Agung pada putrinya, Sena hanya mengangguk dan menunduk takut.
Pak Agung menghela nafas panjang sebelum kembali berbicara.
"Kamu ingin menikah dengan siapa nduk? Tanya pak Agung dengan lembut.
"Jawab saja nduk, tidak usah takut." Ucap Bu Arum yang melihat putrinya hanya diam dan menunduk saja.
" Bicaralah nduk, bapak tidak marah." Ucap pak Agung.
"Sena ingin menikah dengan Mas Bagas pak?" ucap Sena dengan jujur.
"Bagas? Bagas anaknya pak Rudi mandor di perkebunan itu nduk? Tanya pak Agung ingin memastikan.
"Iya pak." Ucap Sena lirih.
"Apa kalian berdua sudah membicarakan hal ini? Tanya pak Agung.
"Sudah pak, kemarin kita sudah membicarakannya." Ucap Sena
"Apa kamu sudah yakin nduk?" tanya pak Agung.
"Sena sudah yakin pak, meskipun Sena baru sebentar mengenal Mas Bagas, tapi Sena yakin jika Mas Bagas laki-laki yang baik pak." jawab Sena.
"Bukannya bapak tidak setuju dengan keputusanmu nduk, orang tua hanya bisa memberikan restu dan wejangan (nasihat) yang baik. Berumah tangga itu dibilang mudah ya mudah, dibilang tidak juga tidak nduk. Maksudnya begini, berumah tangga kalau ingin adem ayem ya harus saling jujur, menjaga, menghargai, dan melengkapi kekurangan masing-masing. Dan tidak selamanya rumah tangga itu akan adem ayem, ada saatnya nanti kamu menemukan kerikil maupun ombak. jika itu terjadi kamu harus bisa melewatinya, kamu harus bisa menyelesaikan masalah yang ada. jangan sampai berlarut-larut kalau tidak ingin menjadi sebuah bumerang nantinya." ucap pak Agung memberikan wejangan (nasihat).
"Apa yang dikatakan bapakmu itu benar nduk." Ucap Bu Arum
"Iya Bu, Pak, Sena mengerti. Meskipun usia Sena masih muda, semoga saja Sena bisa menjadi istri yang baik untuk suami Sena nanti." ucap Sena tersenyum.
"Besok kebetulan bapak libur kerja, kamu bisa ajak nak Bagas main kesini nduk, bapak ingin berbicara dengannya." Ucap pak Agung pada putrinya.
"iya pak besok sena ajak Mas Bagas kesini." Ucap Sena.
"Iya sudah, sekarang kamu istirahat nduk, sudah malam." Ucap Bu Arum
"iya Bu, Sena istirahat dulu ya Bu, Pak." Ucap Sena sebelum pergi ke kamarnya.
ΩΩΩΩ
Pagi hari di sebuah gubuk dipinggir sawah yang terdapat hamparan padi begitu luas, Sena bertemu dengan Bagas.
"sebenarnya ada apa dik, kenapa kamu ngajak aku ketemuan disini?" tanya Bagas.
"Sena ingin bertanya, apa Mas Bagas sungguh-sungguh ingin menikah dengan ku?" tanya Sena
"Apa kamu tidak percaya dengan ucapan ku dik? Tanya Bagas.
"Bukannya Sena tidak percaya mas, jika mas memang bersungguh-sungguh, bapak ingin bertemu dengan Mas Bagas." Ucap Sena menyampaikan pesan dari bapaknya.
"Iya dik, nanti siang mas akan kerumah menemui bapak." ucap Bagas, Sena yang mendengarnya pun merasa bahagia.
ΩΩΩΩ
Siang ini Bagas benar-benar mendatangi rumah Sena.
"silahkan, diminum dulu tehnya nak Bagas?" ucap Bu Arum, meletakkan teh dan cemilan sederhana yang ia buat bersama Sena pagi tadi.
"Terima kasih Bu." ucap Bagas tersenyum
"sebelumnya maaf, mungkin Sena sudah mengatakan mengapa nak Bagas bapak minta untuk datang kemari. Sebenarnya begini, bapak hanya ingin menanyakan perihal niat nak Bagas yang ingin menikahi putri bapak, Sena. Apa nak Bagas yakin dengan keputusan nak bagas?" Tanya pak Agung.
"Bagas sudah yakin ingin menikahi Sena pak." ucap Bagas dengan yakin.
"Bapak sebagai orang tua hanya bisa berpesan pada nak Bagas, jika kalian menikah nanti. Bapak ingin nak Bagas sabar ketika menghadapi Sena, Sena masih perlu banyak belajar. ketika kalian nanti menemukan masalah selesaikan lah secara baik-baik. ketika salah satu dari kalian ada yang menjadi api (marah) berarti salah satunya harus menjadi air (penenang), jangan dua-duanya menjadi api." Ucap pak Agung, sementara sejak tadi Bu Arum dan Sena hanya diam saja.
"iya pak, Bagas mengerti." Ucap Bagas tersenyum.
"kalau begitu kami tunggu kabar baik dari nak Bagas sekeluarga." Ucap pak Agung.
"Baik pak." ucap Bagas.
ΩΩΩΩ
sejak siang tadi Sena terlihat begitu bahagia, senyum manis terlihat di bibirnya.
"Kelihatannya kamu sedang bahagia Sen?" tanya Dewi.
"Aku bahagia Wi, tadi siang Mas Bagas datang kerumah." ucap Sena tersenyum bahagia, duduk bersama Dewi di bawah pohon.
"Jadi kamu sudah dilamar Sen?" tanya Dewi penasaran.
"Belum Wi, mas Bagas hanya bertemu dengan bapak. Bapak dan ibu merestui hubungan kami Wi." ucap sena antusias.
"Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya." Ucap Dewi ikut merasa senang.
"Makasih ya Wi." Ucap Sena memeluk sahabatnya.
"Oh ya, kamu tidak jalan-jalan dengan mas mu itu? Tanya Dewi
"Tadinya aku mau mengajak mas Bagas jalan-jalan Wi. Tapi mas Bagas bilang tidak bisa, karena neneknya akan datang dari kota." Ucap Sena.
"Tapi tadi aku melihatnya menaiki motor berboncengan dengan Udin Sen, mereka terlihat berpakaian rapi." ucap Dewi yang memang sempat berpapasan dengan Bagas dan juga Udin, sahabat Bagas.
"Kamu yakin Wi? Kamu nggak salah lihat Wi?" ucap Sena tak percaya.
"Aku yakin kalau itu mas Bagas Sen." ucap Dewi.
Sena yang mendengarnya sedikit terkejut.
"Jika yang di katakan Dewi itu benar, kenapa mas Bagas harus berbohong." Ucap Sena dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Setia R
aduuuh baru akan menikah saja udah berbohong, gimana nanti ya?
2023-09-17
1
Setia R
saya akan melakukan sesuai nasihat Bapak! wkwkwk
2023-09-17
1
Setia R
iya pak! 😃😃😃😃😃
2023-09-17
1