Hulm Tahaqaq (Mimpi Menjadi Kenyataan)
~Mungkin memang aku terlihat menjauh, namun aku terpaksa melakukan itu.~
Jujur saja, sedari tadi Humayra sangat merasa risih dengan cowok yang berada di hadapannya ini. Karena sedari tadi cowok tersebut menatapi dirinya tanpa mempedulikan kerisihan Humayra sedikit pun.
"Ekhem, jangan menatapi seorang perempuan yang bukan mahram kamu secara berlebihan karena bisa mendatangkan zina!" ujar Humayra yang masih setia menundukan kepalanya sambil meminum jus alvokadnya.
"Eh, ma-maaf." ujar cowok tersebut dengan gugupnya. Sedangkan Humayra hanya bersikap acuh dan tidak peduli saja akan respon cowok itu.
"Kenalin nama saya Aldi." ujar cowok tersebut dengan mengulurkan tangannya kepada Humayra.
"Maaf, Humayra." ujar Humayra yang menyatukan telapak tangannya di depan dada. Aldi yang melihat tindakan Humayra langsung menarik tangannya dengan ragu-ragu.
"Maaf, saya duluan, permisi." pamit Humayra yang langsung bangkit dari duduknya dan pergi dari sana.
"Eh, tunggu dulu!" seru Aldi yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Humayra karena Humayra terus saja melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan kantin.
Berbeda dengan keadaan di sini, yaitu di sudut kantin. Seorang cewek yang bernama Belqis dan dua orang teman lainnya yang bernama Rani dan Kina kini tengah menatap Humayra dengan penuh amarah.
"Liat aja tu cewek, berani-beraninya dia mendekati cowok gue kayak gitu." ujar Belqis yang menatap tajam ke arah Humayra.
"Iya Bel, dia harus kita kasih pelajaran tuh dan nggak bisa kita biarin begitu aja yang ada nanti dia malah semakin ganjeran sama cowok lo." ujar Kina yang ikut memanas-manasi sahabatnya itu.
"Iiih ... gue nggak nyangka deh, cewek yang berpenampilan kayak dia bisa kayak gitu ya?" ujar Rani yang menatap jijik ke arah Humayra.
"Emang dasar tu cewek murahan." ujar Belqis yang masih setia menatap Humayra dengan senyuman meremehkannya.
Di taman sekolah ini, Humayra tengah menyenderkan tubuhnya di sebuah pohon yang rindang ini. Merasakan kesejukan yang menerpa tubuhnya sambil menutup mata dan membayangkan masa-masa bahagianya dulu bersama orang-orang yang dia sayangi, akan tetapi semua itu sudah hilang sekarang. Semuanya begitu cepat berlalu dan kini sebuah kepercayaan yang dulunya dimiliki oleh Humayra pun sudah mulai menghilang.
Humayra sudah berjanji pada dirinya, bahwa dia tidak akan pernah lagi mempercayai seseorang dan dia tidak akan mau berharap lagi kepada seseorang.
"Hai!" sapa seseorang yang ikut duduk di samping Humayra. Humayra sama sekali tidak mempedulikan cewek itu, melainkan dia hanya diam dengan menikmati sensasi kesejukan di bawah pohon ini sambil menutup matanya. Mengenai cewek itu, dia merupakan cewek yang sempat meminta persetujuan Humayra untuk duduk di sampingnya, sewaktu di kelas tadi.
"Ternyata udara di sini sejuk ya?" ujar cewek itu yang juga ikut menutup matanya. Dan begitu juga dengan Humayra yang masih setia menutup matanya dan tidak memberikan jawaban atas pertanyaan cewek itu padanya.
"Oh iya kita belum kenalan ya? Kenalin nama aku Keisya." ujar cewek itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Humayra, yang masih setia menutup matanya.
"Humayra." Tanpa membalas uluran tangan dari Keisya, Humayra langsung bangkit dari duduknya dan ingin mencari tempat lain yang bisa dia duduki sekarang ini tanpa ada yang mengganggu ketenangannya.
"Eh, mau ke mana?" tanya Keisya yang juga ikut bangkit dari duduknya. Sedangkan Humayra memilih untuk tidak menjawab dan berlalu begitu saja dari hadapan Keisya.
Setelah meninggalkan Keisya sendirian, Humayra pun mencari-cari tempat yang bisa dia duduki seorang diri. Setelah mendapatkan tempat yang bisa membuat dia nyaman Humayra pun langsung ingin mendudukan dirinya di tempat itu. Akan tetapi, pergerakan Humayra menjadi terhenti karena tiba-tiba dua orang cewek menarik lengannya dan satu orang cewek lagi berdiri di hadapannya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Maaf ada apa ya?" tanya Humayra yang sudah kembali berdiri sekarang dengan lengan yang masih dicekat oleh kedua orang cewek yang sama sekali tidak memiliki sopan santun dalam berpakaian. Karena mereka mengenakan baju yang ketat tanpa hijab, terlebih-lebih lagi cewek yang di hadapannya ini yang lebih tidak sopan. Karena mengunakan pakaian yang lebih ketat dan bagian dua kancing atas di buka, sehingga menampakan sedikit belah dadanya dan rok yang sangat minim bisa saja membuat pahanya menjadi salah satu objek fokus para ikhwan yang memiliki hawa nafsu tinggi.
"Gue mau peringatin lo, kalau lo jangan pernah dekatin cowok gue lagi. Awas aja, kalau lo sampai dekatin dia lagi! Lo bakalan habis di tangan gue." ujar Cewek yang bernama Belqis itu.
"Maaf, maksud antum siapa ya?" ujar Humayra yang masih dengan sopannya berbicara, meskipun ia sudah disakiti dengan kedua lengan yang dicekat oleh Rani dan Kina.
"Huhhhh ... ayolah kita pergi!" ajak Belqis kepada teman-temannya itu dengan sangat kesal kepada Humayra.
"Dasar cewek aneh!" ujar Humayra setelah Belqis dan kedua teman lainnya pergi meninggalkan Humayra sendirian.
Humayra pun kembali duduk di tempat itu. Kini dia tengah berada di salah satu bangku penonton di lapangan basket. Humayra memilih untuk duduk di sana karena menurutnya di sinilah tempat ternyaman yang bisa ia duduki sekarang ini tanpa ada yang bisa mengganggunya.
Sekolah Humayra ini memang terkesan luas karena tempat-tempat yang sangat di butuhkan oleh para siswa sangat lengkap di sini. Dan Humayra juga merasa beruntung bisa bersekolah di sini karena hanya di sekolah inilah dia bisa menenangkan pikirannya, meskipun dia selalu diganggu.
Tiba-tiba saja, di saat Humayra tengah melamun sebuah bola basket mengenai kepalanya, sehingga membuat lamunannya buyar dan membuat kepalanya langsung berdenyut. Hampir saja Humayra pingsan tadi, akan tetapi untunglah Humayra tidak terlalu terkejut, sehingga tidak membuat dia syok.
"Upsss!! Maaf." ujar seorang cowok yang merasa bersalah saat dia menghampiri Humayra yang tengah memegangi kepalanya karena merasa pusing.
"Iya tidak apa-apa." ujar Humayra yang masih menundukan kepalanya tanpa menatap cowok tersebut.
"Tapi kamu tidak apa-apakan?" tanya cowok itu dengan rasa khawatirnya sambil mengambil bola basket yang tergeletak di bawah kaki humayra.
"Iya, saya baik-baik saja, kamu bisa-" ujar Humayra yang terpotong saat menengadahkan kepalanya untuk menatap cowok yang berdiri di hadapannya ini. Dan betapa terkejutnya Humayra saat mendapati wajah cowok tersebut, yang sangat dekat dengan wajahnya karena hanya berjarak 15 cm. Sehingga membuat tatapan mereka berdua bertemu.
"Astaghfirullah! Maaf, saya harus pergi, permisi." ujar Humayra yang sadar akan kesalahannya dan langsung pergi dari hadapan Aldi yang kini tengah menatap heran Humayra. Ya, cowok tadi adalah Aldi.
Sekarang Humayra sudah berada di UKS karena bantuan dari Keisya yang melihat Humayra berjalan oleng di saat dia melintasi lapangan basket. Dan untung saja Keisya datang tepat waktu sebelum Humayra pingsan.
"Udah kamu tiduran aja dulu!" suruh Keisya yang menghampiri Humayra yang ingin bangkit dari tidurnya.
"Nggak saya mau ke kelas saja." ujar Humayra yang bersikeras untuk pergi ke kelasnya. "Tapi keadaan kamu masih belum stabil." khawatir Keisya akan kondisi Humayra sekarang ini.
"Saya sudah baik-baik saja, terima kasih karena sudah mau membantu saya, tapi tolong jangan ganggu saya dulu! Permisi." tegas Humayra dengan ketusnya kepada Keisya, sehingga membuat Keisya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dan setelah mengatakan itu semua Humayra pun langsung pergi dari sana dan pergi ke kelasnya seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Farida Azizah
like ka'😊
2021-02-21
1