~Saya tidak peduli dengan hinaan dan cacian yang sudah kalian lontarkan, karena semua yang kalian katakan itu tidak benar. Jadi, untuk apa saya marah? Lebih baik saya berdoa kepada Sang Illahi, agar kalian segera diberikan hidayah untuk bertaubat.~
"Allahu akbar, Allahu akbar!!"
Dengan merduanya seruan azan berkumandang dari sebuah masjid yang terletak tidak jauh dari rumah Humayra. Sehingga membuat gadis yang tengah terlelap di balik pintu kamar itu menggeliat tidak nyaman.
Perlahan-lahan, tapi pasti. Mata indah itupun terbuka. Humayra pun mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Setelah nyawanya terkumpu penuh, matanya pun menatap jam dinding yang berada di hadapannya.
"Astaghfirullah!!" terkejut Humayra saat melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 04.30 am.
"Berarti semalam aku tertidur di sini?" monolog Humayra dengan menatap nanar lantai yang tengah dia duduki. Tak lama kemudian Humayra pun langsung bangkit dari duduknya dan menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan shalat subuh setelah itu.
~°●°~
Setelah melaksanakan Shalat subuh tadi, Humayra pun langsung bersiap-siap pergi ke sekolah. Dan sekarang Humayra tengah sarapan dengan segelas susu dan dua buah roti bakar yang dia buat sendiri tadi, sesudah bersiap-siap.
Tiba-tiba, di saat Humayra tengah menikmati roti bakarnya, Herman datang ke meja makan dengan berpakaian yang sudah rapi. Melihat Herman yang juga ikut duduk dan mulai mengolesi roti tawar dengan selai nanas, seketika kejadian semalam kembali berputar di pikiran Humayra. Dan hal itu kembali membuat Humayra merasa ketakutan.
Dengan bersusah payah Humayra menelan makanannya secepat mungkin. Dia takut jika kejadian semalam akan terulang lagi. Setelah bersusah payah, akhirnya sarapannya pun habis. Dengan sigapnya Humayra langsung bangkit dari duduknya dan menyampirkan tasnya di pundak. Setelah itu, barulah Humayra berlalu begitu saja di hadapan Herman, tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada sang ayah.
"Humayra!!" bentak Herman tiba-tiba. Sontak Humayra langsung terkejut dan langkahnya pun langsung terhenti secara tiba-tiba. Takut? Ya, itulah yang kini tengah dirasakan oleh Humayra.
"Apa kamu tidak pernah diajarkan sopan santun di sekolah?" tanya Herman dengan menurunkan nada suaranya. Dia tau, jika Humayra pasti merasa ketakutan dengan bentakan tadi. Herman memang tidak menatap putrinya, namun dia bisa mengetahui jika Humayra ketakutan melalui pergerakan Humayra yang berhenti secara tiba-tiba.
"Ma-maafin Rara, pa." gugup Humayra yang memilih untuk meremas tepian bajunya. "Yasudah, hari ini kamu berangkat sama papa." perintah Herman yang sekarang sudah menyelesaikan sarapannya. Lalu, dia pun memutar badannya menghadap Humayra yang kini tengah meremas seragamnya karena ketakutan.
"Ra-ra pergi sen-sendiri aja, pa." tolak Humayra yang masih ketakutan. "Hari ini papa tidak mau menerima penolakan kamu." ujar Herman yang bangkit dari duduknya dan mulai berjalan keluar rumah. Sedangkan Humayra masih berdiri di tempatnya tadi, tanpa berniat untuk mengikuti langkah sang papa.
"Tit ... titt ...."
Akhirnya, karena bunyi klakson dari mobil Herman terpaksa harus membuat Humayra memberanikan dirinya melangkah menuju teras rumah. Lalu, setelah mengunci pintu rumahnya, Humayra kembali mengumpulkan keberanian untuk memasuki mobilnya Herman.
Selama di perjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan sedari tadi, sampai pada akhirnya mobil Herman berhenti di depan gerbang sekolah Humayra.
"Nanti pulang sekolah papa jemput lagi." beritahu Herman dengan singkatnya. Tak ada sedikit pun jawaban dari sang putri, melainkan Humayra langsung berpamitan kepada Herman tanpa mencium punggung tangan sang ayah. "Humayra berangkat dulu, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." lirih Herman dengan sangat pelannya, sehingga Humayra tidak mendengarnya. Terlebih lagi kini Humayra sudah menutup pintu mobilnya.
"Humayra, papa janji, nak. Papa akan selalu ngejagain kamu dan papa juga janji akan selalu ada buat kamu. Maafin papa yang sudah menjadi brengsek ini, ya. Papa janji, kalau papa akan berubah." ujar Herman di dalam hatinya sambil menatapi Humayra yang sudah memunggunginya dari luar mobil. Senyuman di bibirnya pun akhirnya mengembang sebelum dia melajukan mobil meninggalkan pekarangan sekolah Humayra.
~°●°~
Baru saja Humayra memasuki gerbang sekolah, kini dia sudah mulai diganggui oleh para lelaki brandalan di sekolah ini.
"Hai cewek cantik!" goda mereka serentak kepada Humayra yang tengah berjalan di hadapan mereka semua. Tak ada sedikit pun balasan dari Humayra, melainkan hanya ekspresi datar yang dia tampilkan sedari tadi dan Humayra terus saja berjalan di hadapan mereka semua, tanpa mempedulikan para lelaki itu.
"Iiihhh, jadi cewek kok sombong amat sih, sok suci lo!" bentak seorang cowok kepada Humayra. Humayra masih tetap diam dan tetap saja meneruskan jalannya menuju kelasnya. Bagi Humayra, hal ini sudah biasa karena sejak masuk sekolah ini, setiap paginya Humayra pasti akan selalu diganggu seperti ini. Jadi, Humayra tidak akan pernah menanggapi semua perkataan para pria yang mencoba menghinanya ataupun menggodanya seperti hari ini.
"Assalamu'alaikum." salam Humayra ketika memasuki kelas. Hanya dua atau tiga orang saja yang menjawab salam dari Humayra. Dan hal itu bisa Humayra maklumi, karena setahunya teman sekelasnya ini ada yang non muslim, jadi wajar saja kalau mereka tidak menjawab salam dari Humayra.
Humayra pun segera duduk di bangkunya yang berada di barisan paling depan dan setelah itu Humayra pun membuka tasnya dan mengeluarkan buku novel yang sengaja dia bawa.
"Selamat pagi Humayra!" sapa seseorang yang menghampiri Humayra. Mendengar namanya, Humayra pun mendongakan wajahnya melihat siapa pemilik suara itu.
Setelah melihat siapa orangnya, Humayra pun kembali fokus pada bacaannya, tanpa mempedulikan Aldi yang tengah menunggu balasan dari Humayra. "Upss maaf, saya menganggu, ya?" tany Aldi merasa sedikit bersalah. "Nggak," jawab Humayra dengan ketusnya, tanpa berniat mengalihkan pandangannya kepada Aldi.
"Syukurlah ...." ujar Aldi yang mengusap dadanya karena merasa lega. Lalu, setelah itu Aldi pun pergi ke tempat duduknya dan meletakan tasnya di sana. Dan kembali lagi ke mejanya Humayra. "Kamu mau ke kantin, nggak?" ajak Aldi dengan santainya.
"Nggak!" Ketus Humayra lagi.
"Oooh, udah sarapan, ya?" tanya Aldi yang menyebabkan emosi Humayra menjadi membludak sekarang. "Astaghfirullah, anta bisa berhenti bertanya-tanya, nggak? Sedari tadi anta selalu nanya-nanyain saya, emangnya anta siapa saya? Bapak juga bukan, kakak saya juga bukan, dan adik saya juga bukan, trus kembaran saya? Ya, tentu nggaklah sayakan tidak punya kembaran. Trus om saya? Tumben sekali om saya nanya-nanya seperti itu." ujar Humayra yang memberanikan dirinya untuk menatap Aldi kali ini.
"Uppsss, Sorry ...." ujar Aldi dengan terkejutnya karena mendengar Humayra yang berbicara panjang kali lebar hari ini. Bahkan, semenjak kemarin Humayra selalu berbicara singkat padanya, berbeda dengan saat ini.
"Udah pergi sana! Jangan gangguin saya lagi, nanti cewek kamu marah lagi sama saya." ujar Humayra yang memutar bola matanya dengan malas dan setelah itu dia pun kembali fokus pada bacaannya yang tadi sempat tertunda.
"Jangan pernah bilang dia cewek saya lagi, karena kami sudah putus." ujar Aldi yang juga memutar bola matanya dengan malas sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lho kok bisa putus? Karena saya, ya? Astaghfirullah ...." terkejut Humayra yang berakhir dengan hembusan kasar nafasnya.
"Bu-" ujar Aldi yang terputus karena ucapan dari seseorang yang tiba-tiba saja muncul. "Sayang!! Kamu kok masih dekat-dekat sama cewek sok suci itu sih?" tanya Belqis yang langsung bergelayut manja pada lengan Aldi. Sedangkan dua orang temannya lagi, yaitu Rani dan Kina tengah berdiri di belakang Belqis.
"Huhhh ...." lirihan dari Humayra yang kembali memutar bola matanya dengan malas untuk kesekian kalinya dan kembali melanjutkan bacaannya pada buku novelnya tadi.
"Iih, lo apa-apaan sih, lepasin nggak?" perintah Aldi yang berusaha melepaskan gelayutan Belqis di lengannya.
"Iihhh, kamu apa-apaan sih Yang, kok kasar banget sama aku?" kesal Belqis dengan memajukan bibirnya beberapa senti di saat Aldi berhasil melepaskan gelayutan Belqis pada lengannya.
"Masa bodo, minggir deh lu, gue mau ke kantin." ujar Aldi yang sedikit mendorong tubuh Belqis.
"Liat aja lo, ya! Gue nggak akan biarin Aldi jadi milik lo." ujar Belqis sambil menunjuk-nunjuk Humayra yang tengah fokus membaca novel.
Tak ada sedikit pun jawaban dari Humayra, melainkan hanya gelengan kepala ke kiri dan ke kanan yang mewakili keheranannya terhadap kelakukan Belqis yang sama sekali tidak berfaedah baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments