~Andaikan selama ini saya tahu, mungkin saja saya tidak akan pernah percaya dengan semua omong kosongmu itu.~
"Kringggg!!"
Bel pertanda masuk pun berbunyi dan tidak lama kemudian seorang guru cewek memasuki kelas Humayra yaitu kelas 8.2.
"Apa? Kita belajar matematika dengan Buk Pria lagi? Ala mak ...." lirih salah seorang siswa yang duduk tepat di belakang Humayra. Humayra yang mendengar hal itu langsung mengerutkan dahinya sambil berkata, "Memang apa salahnya jika belajar dengan ibuk itu?"
"Selamat pagi anak-anak!" sapa guru tersebut kepada murid-muridnya. "Pagi buk!" balas mereka semua dengan serentak.
"Baiklah, anak-anak kita langsung saja, supaya tidak memperpanjang waktu. Perkenalkan, nama ibuk Priana Oktaviani, ibuk merupakan guru matematika yang mengajar di kelas 8. Dan di sini ibuk tidak akan banyak protes apabila di antara kalian semua ada yang melakukan kesalahan, melainkan ibuk akan langsung memberikan hukuman untuk kalian, yaitu lari di lapangan selama pelajaran ibuk. Apa ada yang ingin bertanya?" jelas Pria kepada murid-muridnya.
"Tidak buk ...." jawab mereka semua dengan serentak kembali.
"Gimana mau nanya? Ibuk aja galak gitu." lirih siswa yang tadi, yang tak lain bernama Farel.
"Farel! Apa yang kamu katakan?" tanya Pria kepada muridnya itu. Farel yang tertangkap basah pun langsung terkejut dengan hal itu. "Eh ng-nggak ada kok buk." alibinya Farel dengan gelagapan karena ketakutan.
"Hhhhhhh!" Melihat Farel yang ketakutan, seketika langsung membuat seluruh murid tertawa terbahak-bahak. Namun, berbeda dengan Humayra yang sama sekali tidak tertarik untuk tertawa.
"Eh kalian semua, apa kalian mau ibuk hukum?" tanya Pria dengan begitu tegasnya.
"Nggak buk," Jawab semua murid dengan serentak lagi.
"Baiklah, sekarang keluarkan buku paket kalian! Karena hari ini kita langsung saja masuk ke dalam materi yang pertama." ujar Pria yang memulai proses PBM di kelas 8.2 ini.
Jam pelajaran matematika pun berlangsung dengan baik, tanpa ada masalah sedikit pun hari ini, sampai pada akhirnya bel pertanda istirahat pun berbunyi.
"Kringggg!!"
"Baiklah anak-anak, sampai di sini dulu pertemuan kita pada hari ini. Sekarang kalian semua sudah boleh keluar." ujar Pria yang setelah itu keluar dari kelas 8.2 dan diikuti oleh murid-murid yang lainnya. Berbeda dengan Humayra yang lebih memilih untuk tetap berada di kelas.
"Kamu nggak mau ke kantin?" tanya Keisya kepada Humayra yang tengah menenggelamkan kepalanya di atas lipatan kedua tangan yang dia letakan di atas meja. Tidak ada sedikit pun balasan atau pun jawaban dari Humayra, melainkan Humayra hanya diam, tanpa berniat untuk mengangkat kepalanya agar menatap lawan bicaranya sekarang ini.
"Hum, kamu kenapa? Kenapa sedari awal pertemuan kita kemarin kamu selalu menghindar dari aku? Apa karena kita berbeda kepercayaan, sehingga kamu nggak mau berteman dengan aku?" tanya Keisya yang sudah tidak tahan lagi dengan sikap Humayra terhadap dirinya. Humayra yang mendengar pertanyaan Keisya seperti itu, langsung mengangkat kepalanya dan menatap Keisya dengan heran.
"Saya menghindari kamu, bukan karena kita berbeda kepercayaan, tapi saya menghindar dari kamu karena saya memang tidak ingin ada orang yang memanfaatkan saya lagi." ujar Humayra dengan begitu datarnya. Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan kelas begitu saja tanpa mempedulikan Keisya yang tengah terdiam akan jawaban dari Humayra tadi.
~°●°~
Di sinilah Humayra sekarang, di sebuah taman yang berada di dekat perpustakaan. Seorang diri dan ditemani oleh berbagai macam pikiran di dalam benaknya. Dengan posisi tangan yang dilipatkan di atas meja bangku taman dan kepala yang diletakan di atasnya membuat Humayra merasa nyaman untuk memikirkan semuanya.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan papa? Kenapa papa terlihat begitu berbeda hari ini?" kebingungan itulah yang kini tengah menghantui Humayra. Namun, tiba-tiba di saat Humayra berusaha berfikir ada seseorang yang berteriak memanggilnya.
"Humayra!!" panggil orang itu yang langsung membuat Humayra menegakan badannya dan menatap siapa pemilik suara itu.
"Gina?" lirih Humayra sambil mengerutkan dahinya karena bingung.
"Aku boleh mintak bantuan nggak, May?" tanya orang tersebut, yang tak lain bernama Gina. "Bantuan apa?" Bukan memberikan jawaban atas pertanyaan Gina, Humayra malah memberikan pertanyaan balik kepada Gina.
"Bolehkan?" tanya Gina lagi yang sangat berharap kepada Humayra. Humayra hanya memberikan senyuman sebagai jawabannya.
"Yey!! Makasih May, jadi gini aku kan nggak ngerti sama yang ini. Jadi, tolong cariin, ya!" ujar Gina sambil menyodorkan buku paket matematika dan sebuah buku latihan, beserta sebuah pulpen miliknya.
Kalian pasti bisa menebak, bukan? Betapa terkejutnya Humayra atas perkataan Gina ini. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa Gina benar-benar keterlaluan sekali, memang Humayra ini budaknya apa?
"Hmmm ba-" ujar Humayra yang terpotong karena perkataan dari seseorang dan di saat itu juga barang-barang yang disodorkan oleh Gina tadi, menjadi tidak jadi beralih ke tangan Humayra.
"Eh, rupanya kamu di sini Hum. Ayo kekantin! Sedari tadi aku sudah mencarimu ke mana-mana, tapi aku tidak menemukanmu." ujar Keisya yang langsung menarik tangan Humayra dan membawa Humayra pergi dari sana. Ntah, mengapa Humayra langsung mau mengikuti Keisya, tanpa ada protes dan malahan dia malah menatapi wajah Keisya.
Sedangkan Gina yang ingin meminta Humayra untuk mengerjakan tugasnya tadi, langsung merasa kesal kepada Keisya. Karena Keisya sudah berani-beraninya membawa Humayra dari hadapannya tanpa meminta izin terlebih dahulu kepadanya.
"Iiihhhh, siapa sih tu cewek? Merusak rencana gue saja, trus sekarang siapa yang mau ngerjain ini semua?" monolog Gina sambil menatap buku paketnya dengan kesal.
"Liat saja cewek itu, berani-beraninya dia ngalangin gue buat memanfaatin Humayra." monolog Gina lagi, namun kali ini beralih menatap punggung Keisya dengan sinisnya.
~°●°~
Di saat mereka berdua sudah jauh dari Gina, Humayra langsung saja menghempaskan tangan Keisya yang sedari tadi menarik dirinya. Hal ini sangat membuat Keisya terkejut dan bingung dengan sikap Humayra yang tiba-tiba saja menghempaskan tangannya.
"Seharusnya kamu tidak perlu membawa saya pergi seperti itu!" bentak Humayra kepada Keisya. Sedangkan Keisya hanya mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti.
"Maksud kamu apa? Mengapa saya tidak boleh membawa kamu ke kantin?" tanya Keisya dengan ekspresi bingungnya.
"Karena kamu bukanlah siapa-siapa saya dan kamu tidak berhak membawa saya pergi dengan sesuka hatimu. Saya ini bukanlah sebuah mainan yang bisa digunakan untuk kesenangan kamu saja." ujar Humayra yang di penuhi oleh nada penekanan di setiap kalimatnya.
Keisya yang mendengar itupun langsung merubah ekspresinya menjadi terkejut dan menatap Humayra dengan tidak percaya, sehingga membuat Keisya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. "Aku tidak pernah menyangka, bahwa kamu akan berkata seperti ini Hum." ujar Keisya sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan Humayra dengan air mata yang mulai keluar begitu saja.
Tidak ada yang tahu, bahwa sebenarnya Humayralah yang kini tengah merasa tertampar akan perkataannya sendiri. Karena dia sendiri begitu merasakan kepedihan setelah mengatakan itu semua. Humayra terpaksa harus berbicara seperti itu, agar dia tidak dimanfaatkan lagi oleh siapa pun.
Ketika dilihat dari luar Humayra memang tegas mengatakan itu semua, namun jika dilihat dari dalam, hati Humayra sangatlah ketakutan untuk mengatakan itu semua. Dalam diam Humayra pun menangis tanpa ada yang mengetahuinya , karena Humayra sama sekali tidak mengeluarkan air matanya, melainkan malah menahannya agar tidak tumpah.
Orang-orang yang menyaksikan Humayra dengan Keisya tadi, langsung menatap Humayra dengan tatapan tidak suka sambil melontarkan rasa benci mereka kepada Humayra.
"Ck, dasar cewek tidak berperasaan. Padahalkan niat cewek itu baik kepadanya, masa' dibentak seperti itu saja." komentar salah satu siswi yang memperhatikan Humayra dengan jijiknya.
"Ada apa dengan Humayra? Kenapa dia bisa mengatakan hal itu kepada Keisya?" komentar yang lainnya.
"Astaghfirullah, kenapa adek itu bisa bicara seperti itu?" komentar yang lainnya lagi. Dan masih banyak lagi komentar-komentar yang dilontarkan oleh para siswa dan siswi yang melihat kejadian itu.
Humayra sama sekali tidak menjawab komentar-komentar yang telah dilontarkan kepada dirinya. Karena baginya biarkan saja orang-orang memandangnya buruk dan itu lebih baik baginya, dari pada dirinya harus dimanfaatkan secara terus-menerus.
~°●°~
"Kringgg!!"
Bel pertanda pulang sekolah pun telah berbunyi dan para siswa pun segera berlarian keluar dari kelas mereka masing-masing dan menuju gerbang sekolah. Berbeda dengan Humayra yang masih membereskan bukunya ke dalam tas. Di sini sudah tidak ada siapa-siapa lagi, karena semuanya sudah pada keluar semenjak bel berbunyi tadi. Begitu juga dengan Aldi dan Keisya yang sudah duluan keluar dari kelas.
"Mayra!!" panggil tiga orang siswi uang memasuki kelas Humayra tanpa mengucapkan salam. Mereka bertiga pun langsung memeluk Humayra dari belakang, karena posisi Humayra yang sekarang ini tengah memunggungi pintu kelas. Sontak hal ini pun langsung membuat Humayra terkejut, namun setelah mengetahui siapa mereka bertiga Humayra pun mencoba untuk tenang.
"Eh ada apa?" tanya Humayra yang merasa heran dengan ketiga siswi ini. Ketiga siswi yang sudah dia anggap sebagai sahabat, namun berkhianat. Jadi, apa boleh buat Humayra sudah menganggap mereka bertiga sebagai mantan sahabatnya. Terlebih lagi, di saat semua niatan mereka terbongkar begitu saja di hadapan Humayra. Dan sekarang apalagi mau mereka bertiga?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Akira_Rei
bagus kak ceritanya.
2021-05-27
1