~Lambat laun, semua kebusukan kalian pasti akan terbongkar juga pada akhirnya, bukan?~
Gina, Raya, dan Cika pun langsung melepaskan pelukannya dari Humayra sambil menyunggingkan senyumannya kepada Humayra.
"Hmmm, memangnya nggak boleh kalau kami memeluk sahabat kami sendiri?" tanya Cika sambil menarik salah satu kursi yang berada di dekatnya dan langsung mendudukinya.
"Ho'oh, memangnya enggak boleh, ya?" tanya Gina yang juga ikut-ikutan sambil memajukan bibirnya beberapa cm.
"Iya tau nih, masak nggak boleh." ujar Raya yang tidak terima.
"Bukannya nggak boleh, tapi kalian bertiga membuat aku terkejut." ujar Humayra dengan ekspresi datarnya.
"Ah sudahlah, kami ke sini bukan mau debat, tapi mau ngajakin kamu ke mall, kamu mau ikut, nggak?" ajak Raya yang menyelesaikan permasalahan sepele itu.
"Hmmm, mau ngapain?" Lagi-lagi bukannya menjawab Humayra malah memberikan pertanyaan balik kepada mereka semua. Tapi, sebenarnya Humayra merasa bingung dengan mereka semua, karena tidak biasanya mereka mau mengajak Humayra untuk ikut berbelanja ke mall.
"Mau beli novel, kan lagi ada promo besar-besaran di sana, trus sekalian kita jalan-jalan, kan sudah lama nggak pernah jalan bareng lagi." ujar Gina menjelaskan.
Sebenarnya Humayra merasa ragu untuk ikut bersama mereka bertiga, karena Humayra teringat akan perihal yang didengarnya tadi sewaktu istirahat, ketika dirinya melintas di dekat toilet.
Flashback on
"Jadi, gimana? Apa yang harus kita lakukan?" Humayra yang awalnya berinisiatif ingin ke kelasnya pun akhirnya menjadi tertunda, karena mendengar Gina, Raya, dan Cika yang tengah berbicara di dekat WC.
Humayra yang merasa penasaran, langsung saja mencari tempat sembunyi, supaya dia bisa mendengar semua percakapan mereka bertiga.
"Ya, sesuai rencana awal kita saja. Kita harus buat dia terus tetap bersahabat dengan kita, lalu setelah itu, barulah kita memanfaatkan dia lagi dan masalah cewek yang lo bicarakan tadi, biar gue aja yang menanganinya." Awalnya Humayra sempat bingung siapa yang tengah mereka bertiga bicarakan, namun setelah menerka-nerka akhirnya Humayra pun mengerti siapa yang mereka maksud sekarang ini. Dengan berat hati Humayra pun keluar dari tempat persembunyiannya sambil melewati mereka bertiga begitu saja.
Gina, Raya, dan Cika yang tadinya berpapasan dengan Humayra saat berjalan keluar dari WC, langsung saja terkejut ketika melihat Humayra yang berjalan melewati mereka bertiga dengan begitu saja.
Flashback off
Sebenarnya, Humayra masih merasa ragu untuk ikut bersama mereka. Mangkanya, Humayra mencoba mencari-cari alasan agar mereka tidak marah pada Humayra nantinya. Dan untung saja Humayra langsung teringat akan janji papanya tadi yang akan menjemputnya dan hal ini bisa dia jadikan alasan. Meski sebenarnya Humayra tidak tau pasti apakah papanya berkata serius atau tidak saat itu.
"Astaghfirullah aku sampai lupa, papa aku pasti sudah nungguin aku di depan." ujar Humayra yang langsung menyandang tasnya dan bangkit dari duduknya, lalu dengan sedikit berlari Humayra pun keluar dari kelas, meninggal ketiga orang mantan sahabatnya itu l. Teman-teman Humayra yang melihat tingkah laku Humayra yang berbeda daripada biasanya pun langsung merasa aneh.
"Tumben sekali dia menolak? Biasanya, ketika diajak jalan-jalan langsung mau." ujar Cika sambil menatap Humayra dengan bingung.
"Yah, gagal lagi deh." gerutu Gina yang menepuk keningnya. Sedangkan Raya malah mengernyitkan dahinya, tanda tidak mengerti akan prilaku Humayra yang terlihat seperti menjauhi mereka sekarang ini.
~°●°~
Di saat Humayra berlari kecil untuk menghampiri sang papa yang telah menunggunya di depan gerbang sekolah, tiba-tiba tanpa sengaja Humayra telah menabrak seorang siswa yang berlawanan arah darinya.
"Aduh!" seru orang yang ditabrak itu, ketika dia terjatuh. Humayra yang menyadari kesalahannya langsung melirik kebelakang dan menghampiri siswa yang merupakan adik kelasnya sendiri.
"Astaghfirullah, adek nggak apa-apa, kan?" tanya Humayra yang mencoba untuk membantu siswa itu untuk berdiri.
Adek kelas yang ditabrak oleh Humayra tadi adalah seorang laki-laki. Sebenarnya, Humayra tidak ingin menyentuh adek kelasnya itu, walaupun cuma memegang tangannya. Akan tetapi, karena melihat adek kelasnya yang kesusahan untuk berdiri, mungkin karena kakinya yang terkilir, maka dari itu Humayra terpaksa membantu adek kelasnya tersebut. Kan ini semua karena kesalahannya yang tidak hati-hati di saat berjalan.
"Nggak apa-apa kok, kak. Palingan cuma terkilir sedikit aja, kok." ujar adik kelasnya itu sambil tersenyum ke arah Humayra.
"Yaudah, kamu duduk aja dulu." Ujar Humayra sambil membantu adek kelasnya itu berjalan ke dekat kursi taman. Untung saja kejadian ini terjadi di taman, bukan di lapangan ataupun pekarangan dalam sekolah. Karena mengingat dua tempat itu merupakan tempat yang sunyi, berbeda dengan di sini yang bisa terlihat oleh orang banyak.
"Nih, minum dulu! Kebetulan belum kakak minum, kok." ujar Humayra yang menyodorkan sebotol air mineral yang masih disegel dengan baik. Setiap hari Humayra memang selalu memiliki persedian air mineral di dalam tasnya, untuk berjaga-jaga.
"Eh nggak usah kak, aku nggak apa-apa, kok." tolak cowok tersebut yang menolak pemberian Humayra dengan penuh keramahan.
"Udah nggak apa-apa, diminum aja dek." ujar Humayra yang menyodorkan minuman itu lagi.
"Yaudah, makasih ya, kak." ujar cowok tersebut sambil menerima pemberian Humayra dan meminum air mineral tersebut sampai tertinggal setengahnya lagi.
"Iya dek." Ujar Humayra sambil tersenyum ramah.
"Kakak nggak pulang? Kok masih ada di sekolah? Kan ini sudah jam pulang sekolah, kak?" tanya cowok tersebut.
"Iya, tadi kakak ada urusan dikit di kelas. Oh iya, kamu nggak pulang, dek?" tanya balik Humayra kepada cowok yang ada di depannya ini.
"Hmmm, nggak kak, soalnya aku mau ekscool dulu. Mangkanya, aku masih di sekolah." ujar cowok tersebut sambil memijit-mijit kakinya yang sakit.
"Oooh gitu, aduh dek kakak menjadi tidak enak deh, gara-gara kakak kaki kamu terkilir gitu." ujar Humayra yang merasa sangat bersalah sekarang ini.
"Udah, nggak apa-apa kok, kak. Kakak nggak perlu takut gitu." ujar cowok tersebut dengan diselingi tawanya saat berbicara.
"Kamu benaran, kan?" tanya Humayra memastikan sekali lagi.
"Ternyata kamu di sini, nak? Sedari tadi, papa sudah nungguin kamu lho." ujar Herman yang tiba-tiba saja datang.
"Papa?" lirih Humayra yang tidak percaya kalau papanya benar-benar menjemputnya hari ini.
"Yaudah kak, sebaiknya kakak pulang aja, aku udah nggak apa-apa kok." ujar cowok tersebut sambil tersenyum ke arah Humayra.
"Tapi dek, kaki kamu kan masih sakit." Ujar Humayra yang tidak enakan dengan adik kelasnya itu.
"Udah nggak apa-apa kok, kak." ujar cowok tersebut yang kembali meyakinkan Humayra sekali lagi.
"Yaudah deh, kalau gitu kakak duluan ya, Assalamu'alaikum." pamit Humayra kepada adik kelasnya itu dan setelah itu barulah dia pergi bersama dengan sang papa menuju mobilnya.
"Wa'alaikumussalam. Siapa ya nama kakak itu, cantik banget, baik lagi. Pengen gue jadiin pacar aja deh." ujar cowok tersebut sambil menatap punggung Humayra yang mulai menjauh dari hadapannya.
"Pacar-pacar, belajar yang benar dulu." ujar seseorang yang tiba-tiba saja memukul cowok tadi menggunakan stek dram.
"Apaan sih." gerutu cowok itu sambil mengusap-usap bekas pukulan temannya itu. "Udahlah ah, ayo cepat latihan sudah mau dimulai." ujar orang itu yang membantu cowok tadi berjalan menuju ruang musik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments