Bab 5 #1

Meskipun aku sangat dekat dengan April, sangat sering bersamanya, sangat sering mengobrol dan makan berdua dengannya. Tapi untuk hal semacam pendekatan untuk menjadi dekat dengannya lebih dari seorang sahabat adalah hal yang sulit. Ada saat dimana aku harus mendengar ceritanya yang suka dengan pria lain, hal itu membuatku harus mundur satu langkah. Ada juga saat dimana aku memberikan perhatian padanya, entah itu perhatian secara langsung maupun lewat pesan, dia tidak menganggap hal itu sebagai perhatian dari seseorang yang mengharapkan balasan perasaan. Ia hanya bilang "terima kasih. Kamu memang sahabat paling baik." Hehe, tidak semudah yang dibayangkan.

***

"Besok jam tujuh ya antarnya."

Aku menatap bingung. Dia mengerti.

"Itu loh. Yang acara radio."

"Oh siap." Aku memberi hormat padanya.

"Oke. Sudah dulu. Aku ada kelas."

"Oke. Aku masih lama. Hati-hati!"

"Hanya ke kelas! Tidak perlu bilang hati-hati. Hahaha."

"Ya untuk berjaga-jaga."

"Oke. Oke."

Baru beberapa saat April pergi, seseorang menepuk pundakku.

"Eh. Lo temennya April?." Tanya nya yang membuatku menoleh. Dia seorang laki-laki. Dengan gaya rambut berjambul, kulit yang putih bersih, postur tubuh yang tinggi dan bergaya seperti anak anak zaman sekarang.

"Iya. Kenapa?." Tanya ku.

"Gue mau ngobrol serius nih. Jadi. Gue itu suka sama dia. Waktu itu kita ketemu beberapa kali."

Lagi, lagi dan lagi. Entah harus berapa lama aku menahan perasaanku dan berharap tidak ada laki laki yang mendekati April lagi. Aku lelah harus terus berpura pura baik baik saja ketika hal seperti ini terjadi. Aku tidak suka jika Ada laki laki lain yang dekat dengan April. Tapi aku juga belum bisa mengungkapkan perasaanku. Karena masih ada rasa takut akan penolakan. Jadi aku akan menunggu hingga waktunya tepat. Hingga April tidak sedang dekat ataupun sedang suka dengan siapapun.

"Oh begitu." Ucapku pendek.

"Lo tahu gak gimana caranya biar gue bisa deket sama dia gitu."

Jangankan Anda wahai anak muda. Saya juga ingin sekali dekat dengannya. Pikirku ketus.

Aku hanya mengangkat bahu dan tangan menandakan bahwa aku tidak tahu Apa yang harus dilakukan.

"Mmmm. Gini aja. Lo mau bantu gue enggak?."

"Bantu Apa?."

"Kasih ini sama April." Dia memberikan sebuah amplop berwarna merah. Ya ampun ini sudah imlek?. Ada-ada saja dia. Zaman sekarang masih suka kirim-kirim surat.

"Oke. Tenang aja." Sahutku. Padahal sebenarnya aku tidak tenang dan tidak suka. Tapi mau bagaimana lagi. Hanya karena aku suka pada April, bukan berarti aku harus melarang semua orang untuk suka padanya. Karena April belum seutuhnya menjadi milikku.

"Thanks ya." Ucapnya sambil menepuk pundakku dan langsung pergi. Aku pun pergi karena ada kelas beberapa meit lagi.

***

Setelah kelasku selesai, aku menunggu April yang masih ada satu kelas lagi. Sambil menunggu, aku mengeluarkan amplop merah dari laki-laki tadi yang aku belum ketahui namanya. Entah siapa dia. Ya, aku tahu mengintip surat orang lain itu tidak sopan. Tapi aku sangat penasaran. Jadi maaf ya......

*Untuk seseorang dengan hati yang kemarin baru saja patah, aku ingin berterima kasih karena telah menerima tawaran minum dariku waktu itu. Saat kamu tengah duduk sendirian. Dengan wajah yang bersedih menahan pilu. Aku belum sempat memperkenalkan nama. Tapi aku tahu siapa namamu. Melalui tulisan ini, aku hanya ingin berkata bahwa aku ingin datang dan menemuimu lewat perasaan. Bukan untuk singgah, tapi ingin sungguh.

- Okta*

Pemberi minuman rasa cokelat.

"Oh namanya Okta."

"Hei janu!." April tiba tiba membuatku kaget. Aku pun tidak sempat memasukkan kembali surat itu kedalam amplop.

"Itu Apa?." Aku sudah mengira dia akan bertanya seperti itu.

"Ini... mmmmm. Maaf ya sebelumnya. Tadi ada laki-laki yang menyuruhku untuk memberikan surat ini kepada April katanya. Tapi aku baca. Penasaran. Hehe."

"Oke. Tidak apa-apa. Mana lihat!." Dia lalu membacanya. Dan tersenyum. Iya, dia tersenyum dan aku sakit. Rasanya aku ingin menggebrak meja yang berada dihadapanku dengan keras. Aku merasa marah, kesal terhadap diriku sendiri. Kapan aku bisa membuatnya tersenyum seperti itu. Membuatnya menggunakan segala perasaannya untuk memahami apa perasaanku. Kapan? Jawabannya mungkin kapan-kapan.

"Itu yang kemarin kamu bilang ada cowok keren banget ya?."

"Hehe. Iya."

"Sudah. Ayo pulang!." Aku berjalan pergi sementara dia terus bertanya.

"Menurut kamu gimana?. Aku harus terima dia? Aku harus jadi pacar dia? Gimana janu?."

"Terserah kamu. Saranku hanya hati-hati saja. Nanti patah hati lagi."

Dia langsung terdiam. Sepertinya memikirkan apa yang tadi aku katakan. Kami pulang. Dia dengan rasa bahagianya, aku dengan rasa sesak yang terus mendesak.

***

Menatap cahaya rembulan didepan teras rumah menyenangkan juga. Apalagi sembari membaca buku dan minum kopi. Ah... bahagianya tidak bohong.

"Janu... ." Teriakan itu lagi. Aku segera membukakan gerbang dan menyuruh April masuk.

"Ada apa?"

"Kamu sedang apa?"

"Duduk duduk. Baca buku. Minum kopi."

"Oke. Aku ikutan." Dia langsung menarik tanganku dan duduk didepan teras.

"Silakan duduk." Seru nya.

"Hey. Ini rumah ku."

"Eh iya. Haha. Maaf."

Akupun duduk. Dan dia tiba-tiba merengek tidak jelas.

"Besok bagaimana? Aku deg degan. Aku ragu. Sudah lah besok aku tidak jadi berangkat."

"Oke. Jadi aku mau tidur sampe siang."

"Ih. Malah begitu, bukannya membuatku semangat!!."

"Iya. Iya. Bercanda. Oke coba besok mau seperti apa saat audisi? Praktekan disini!!"

"Mmm."

"Cepat!" Dia masih tetap takut untuk audisi besok. Tapi aku tetap menyuruhnya mempraktekkan apa yang akan ia lakukan besok. Ia menarik napas panjang.

"Sebentar!." Dia menyeruput kopi yang dari tadi bahkan baru ku minum seteguk. Ya Tuhan.....

"Oke... Hai semuanya selamat malam. Kembali lagi nih di April radio. Masih sama aku April yang akan menemani kalian sampai jam sembilan nanti....... " Dia terus berbicara. Mengenai request. Mengenai lagu yang diputar. Segalanya dibicarakan.

"Sudah?"

"Iya. Bagaimana?."

"Bagus. Bagus. Tidak perlu gugup. Jangan takut. Rasa takut itu hanya ada dipikiran kamu. Yang perlu kamu lakukan cukup tenang dan anggap saja seperti sedang mengobrol denganku!"

Dia menarik napas panjang. Lalu menyandarkan tubuhnya dikursi. Mengusap ngusap jidatnya dengan jari tangannya seperti kebingungan.

"Oke. Aku siap!" Ia duduk dengan tegap dan menajamkan tatapannya.

"Aku pulang. Dadah. Makasih ya!" Dia pergi. Tapi sebelum itu, ia menghabiskan kopi yang ada diatas meja. Aku hanya menatapnya heran. Mau menahannya tapi tidak bisa. Akhirnya kopi itu diminum habis oleh April. Ada-ada saja ya ampun. Hhhh. Aku lekas pergi ke kamar dan tertidur.

***

Aku bangun pagi-pagi sekali karena alarm. Aku lekas mandi dan bersiap untuk mengantar april. Aku tidak mau membuatnya kecewa karena terlambat. Ketika selesai bersiap aku segera membawa kunci motor dan helm. Setelah sampai keluar, sudah ada april yang sedang duduk manis didepan teras.

"Aku dari tadi." Ucapnya. Pagi sekali dia datang. Padahal ini masih setengah tujuh. Ada ada saja.

"Bagaimana ini janu.... aku masih gerogi. Dari pagi tadi aku berpikir apa yang nanti harus kulakukan." Jelasnya.

"Aduh. Masih gerogi? Tidak apa apa. Gerogi itu wajar. Berarti kita mau melakukan yang terbaik. Kamu datang kesini dari tadi hanya untuk gerogi? Hahaha. Ada-ada saja." Aku menepuk jidat. Kami lalu naik motor. Sebelum itu kami berpamitan dulu pada ibu.

***

"Bagaimana laki-laki yang waktu itu kasih surat?" Tanya ku acak.

"Kok tiba tiba menanyakan itu?"

"Hanya bertanya."

"Dia kirim pesan lewat WA. Menanyakan soal perasaanku. Aku jawab saja kalau aku sedang tidak mau menjalin hubungan dengan siapa-siapa."

"Hmmm. Baguslah." Ucapku berbisik.

"Apa?"

"Tidak ada apa apa."

***

Orang orang berjajar panjang untuk mendapat nomor peserta mereka. Melihat banyak orang disana, April menelan ludah lalu menatapku.

"Tenang!" Aku mencoba menenangkannya. Satu persatu orang dipanggil lalu memberikan penampilan terbaiknya. April semakin gerogi melihat hal itu. Aku tarik lengannya dan mengajaknya keluar.

"Tidak usah lihat mereka. Tunggu!" Aku pergi lalu membeli eskrim strawberi kesukaannya. Lalu memberikannya.

"Tenangkan diri dulu."

"Terima kasih."

Tidak seperti biasanya, hari ini dia makan eskrim sangat lambat sekali. Sampai esnya mencair dan menetes. Dia masih memikirkan apa yang harus ia lakukan nanti. Aduh, sekarang aku jadi harus berpikir apa yang harus kulakukan agar dia tidak terus begini? Dia terus melamun. Lalu namanya dipanggil tapi sepertinya dia tidak mendengar. Ah lama. Aku langsung membungkuk dihadapannya lalu menggendongnya kedalam.

"Eh. Eh. Eh janu!! Ada apa?"

"Giliranmu!"

"Hah. Sekarang?"

"Iya. Dari tadi kamu dipanggil."

Aku menurunkannya, dia naik keatas panggung dan aku menunggunya disamping panggung. Dia menatapku, aku mengepalkan tangan padanya sebagai tanda semangat. Dia mengangguk dan mulai melakukan audisi itu.

"Selamat siang semuanya... aku april akan menemani kalian sampai..."

***

Setelah selesai, dia turun dari panggung lalu meloncat kepunggungku.

"Aaaaaa." Teriaknya kegirangan. Aku menggelengkan kepala dan tertawa kecil. Sambil menggendongnya aku berjalan keluar. Meski ditatap oleh banyak orang.

"Jangan dulu pulang. Makan dulu ya?"

"Hmmmm. Iya. Iya." Jawabku sambil menurunkannya dari punggungku. Aku mengambil helm dan memakainya. Lalu ku ambil satu helm lagi dan memakaikannya pada April. Tanpa sadar aku terus menatap matanya sambil tersenyum.

"Janu!" Panggil April padaku yang membuatku sadar. "Ayo berangkat!"

"Iya. Iya. Ayo!"

Aku menjalankan motor dan berhenti ditempat makan ayam goreng.

"Tidak mau disini. Aku mau martabak. Bawa pulang ke rumah!"

"Oke. Oke." Aku melanjutkan berjalan lagi. Berhenti disatu tempat penjual martabak.

"Bukan martabak telor. Martabak manis!"

"Kenapa tidak bilang dari tadi?" Aku berjalan lagi dan berhenti di tempat penjual martabak manis. Menyuruhnya turun untuk membeli dan aku menunggu dimotor. Tak lama kemudian dia kembali lagi tanpa membawa apa-apa.

"Tidak ada rasa yang aku mau."

"Yasudah pulang saja. Kita makan dirumah!."

"Oke." Ck. Dia membuatku kesal, gemas dan ingin tertawa dalam satu waktu. Kenapa tidak dari tadi saja langsung pulang? Kenapa harus berputar putar dulu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!