Bab 2 #1

Aku \= Januar Anggara

"April." Teriakku saat melihatnya sedang berjalan menjauhi tempat parkir. Ia menoleh dan memberhentikan langkahnya.

"Eh Janu, ada apa?."

"Kita sarapan bareng yuk?."

"Boleh. Aku bawa pisang cokelat."

"Wah. Pasti enak!."

"Iya lah. Kan aku yang masak. Hehe."

"Iya. Ayo!."

Kami berdua duduk berhadapan disatu meja. April mengeluarkan kotak makanannya. Ia membuka dan memperlihatkan isinya padaku, pisang cokelat yang ditutupi dengan kulit lumpia. Ah melihatnya saja aku sudah sangat lapar. Apa pun yang dia masak pasti akan sangat enak. Aku mulai mengambilnya dan memakannya.

"Bagaimana rasanya?." Tanya April penasaran.

"Rasanya itu kayak.... awal-awal pacaran. Maniiiiiiiis~. Hahaha."

"Hahaha. Ada ada saja."

"Hmmm." Aku tersenyum dengan mulut yang masih mengunyah pisang cokelat.

"Ya sudah. Kamu makan sampai habis ya!."

"Ih kok begitu? Kamu tidak mau makan?."

"Tidak. Sudah tadi dirumah."

"Tidak. Tidak bisa begitu. Buka mulutnya, aku suapin. Aaaa." Aku memaksanya untuk membuka mulut dan menyuapinya. Saat ia tengah makan, seorang laki laki menabrak kursi yang tengah ia duduki dan menumpahkan minuman pada April. Aku sangat ingin marah, tapi April menenangkanku. Lelaki itu meminta maaf dan lekas pergi. Tapi April tak berhenti menatapnya.

"Kenapa?. Kamu suka sama dia? Seperti sinetron saja!." Ucapku ketus entah kenapa.

"Eh. Tidak kok."

"Bohong ah!."

"Ih tidak, Janu..."

"Iya. Kelihatan!."

"Sudah ah. Aku ke kelas saja!."

"Eh salah tingkah!." Ucapku sambil tertawa.

"Janu!" Teriak seseorang. Dia adalah Feby. Temanku.

"Ada Apa?"

"Tugas kita bagaimana?"

"Oh iya. Lupa. Nanti malam aku langsung kerumahmu saja!"

"Iya." Dia berlalu pergi. Bersamaan dengan April yang entah mengobrolkan apa dengannya.

***

Sekarang aku sudah ada dikelas. Membaca buku yang kemarin aku beli bersama April. Seorang dosen masuk. Kedatangan dosen itu membuat seisi kelas yang tadinya ramai menjadi hening. Langkah kakinya terdengar hingga meja paling belakang. Dengan mengenakan rok pendek, blazer yang warnanya senada, wajahnya yang putih dan bibir dengan gincu merah, ia menatap seluruh ruangan dengan tatapan tajam.

"Baik, kita mulai kelas hari ini. Jangan ada yang bicara selain saya sekarang!." Tegasnya.

Ah sial. Aku malas dengan dosen ini. Dia selalu marah marah tidak jelas. Dari kelas dimulai hingga kelas berakhir, semuanya terlihat malas dan mengantuk. Tapi untungnya aku keluar juga dari kelas yang membosankan itu. Aku bergegas untuk pulang karena hari ini hanya ada satu kelas. Di tempat parkir, sudah ada april yang sedang mengobrol dengan pria yang tadi menabraknya.

Aku berjalan mendekati mereka berdua dan langsung menyapa April yang ada disana.

"Hei!."

"Eh janu. Kenalkan ini Fero. Fero kenalkan ini januar, sahabat paling baik sedunia!." Ucapnya mengenalkan kami berdua dan kami bersalaman. Usai kami berkenalan, pria itu langsung pergi meninggalkan kami berdua dengan melambaikan tangannya pada april. April tersenyum dan membalas lambaian tangan itu. Ah aku kenapa merasa tidak suka jika ia dekat dengan pria itu?.

"Kenapa?. Senang ya kenal sama dia?."

"Hmmmm." Dia tersenyum.

"Kamu suka sama dia?."

"Kenapa tiba-tiba kamu nanya kayak gitu?."

"Hanya bertanya." Ah aku ini kenapa. Iya juga ya, kenapa aku menanyakan hal itu pada april?. Terserah dia mau suka pada siapa saja. Itu bukan urusanku.

"Eh. Ayo ah pulang!." Ajaknya. Aku pun menurut dan mengikuti ajakannya. Diperjalanan pulang, aku tiba tiba memikirkan satu hal.

Bagaimana jika April suka pada Fero dan Fero suka juga pada April? Apakah ia akan tetap jadi sahabatku? Atau ia akan semakin menjauh dariku? Pikirku dalam hati.

Ah Janu, tidak mungkin. April kan sudah berjanji kalau dia sudah punya pacar, dia akan tetep menjadi sahabatmu.

Setelah sampai dirumahnya, ibu April mengajakku untuk ikut makan siang. Aku ikut saja, karena aku sudah lama tidak mengobrol dengan ibunya April.

"Janu, bagaimana kuliahnya?."

"Lancar-lancar saja bu." Aku memang memanggilnya ibu, sama seperti april memanggil ibuku. Karena kata orang tua kami, kami itu sudah seperti saudara; sangat lengket. Hahaha.

"Eh bu, tadi aku ketemu laki laki, dia keren banget!!." Ucap April yang membuatku tertegun diam.

"Kamu suka sama dia?." Tanya ibu.

"Mmm gimana ya. Mungkin!." Jelas April sambil tersenyum. Ucapannya itu membuatku tidak suka, membuat dadaku agak sesak. Rasanya aku tidak suka jika melihat dia suka dengan orang lain.

Tenang Janu. Kenapa kamu merasa seperti ini. Jika April menyukai seorang pria, itu wajar saja. Kenapa kau harus sesak seperti ini? Kamu cemburu? Ah tidak!. Kamu hanya takut saja jika ia akan meninggalkanmu!. Tenang. Kamu tetap akan jadi sahabatnya apapun yang terjadi.

"Ibu. Janu pamit pulang ya. Dirumah, ibu sudah menunggu."

"Eh kok cepet banget."

"Hehe. Maaf ya, Bu."

"Ya sudah kalau begitu. Hati hati dijalan!."

"Iya Janu. Hati hati dijalan ya." Ucap april

"Terima kasih."

Aku mencium tangan ibu dan lekas pergi meninggalkan tempat mereka. Suara April masih terdengar. Ia masih memuji muji pria itu. Mengatakan setiap hal yang ia tahu dari pria itu. Setiap kalimat pujiannya terasa semakin membuatku memikirkannya.

Aku ini kenapa?? kenapa aku tidak suka jika April dengan pria lain? Apakah aku cemburu? Cemburu kenapa? April itu akan tetap jadi sahabatmu meski dia dengan pria lain. Ingat janjimu dan April waktu itu, Janu! Kalau pacar kamu atau pacar april membuat kalian berdua semakin jauh, lebih baik putuskan!

***

"Bu, Janu pulang!." Teriaku yang kemudian disambut dengan ibu yang datang menghampiriku.

"Kamu kenapa?."

"Hah?." Aku heran kenapa ibu tiba tiba bertanya begitu.

"Itu wajah kamu kelihatan muram begitu. Kenapa? Bilang sama ibu."

Ah sial. Ibu selalu tahu perasaanku.

"Tidak apa apa. Janu ke kamar ya..." aku lekas berlari agar ibu tidak terus memperdalam pertanyaannya.

Usai pergi ke kamar. Ibu menghampiriku. Eh ternyata ibu masih saja penasaran. Ibu menanyakan hal yang sama dan memintaku bercerita.

"Bu. Kalau kita tidak suka melihat seseorang dengan orang lain itu artinya apa?."

"Tidak suka bagaimana?."

"Ya tidak suka. Tidak suka dia dekat dengan pria lain. Rasanya dia harus terus dekat dengan kita. Itu kenapa ya?."

"Oh ini sedang bahas perempuan." Ejek ibu sambil tersenyum.

"Kamu itu cemburu!. Kamu suka dan cinta sama dia!." Jelas ibu.

"Bu, suka itu berbeda dengan cinta. Suka hanya sebatas kagum. Sementara cinta itu rasa ingin memiliki."

"Oh begitu.... Kalau rasa takut kehilangan seperti yang kamu rasakan apa?."

Aku menggelengkan kepala karena aku tidak tahu.

"Itu namanya cinta yang tulus. Cinta yang tidak hanya ingin memiliki tapi juga menjaga." Jelas ibu membuatku melamun sejenak.

Perhihal cinta aku masih meraba raba. Sebanyak apapun buku yang kubaca tentang romansa, aku tidak pernah merasakan yang seperti ini. Merasa takut kehilangan, tapi tidak tahu kenapa. Apakah karena cinta atau hanya ketakutan sementara.

Ibu lalu bergegas pergi, katanya mau membereskan rumah. Usai mendengar ucapan ibu tadi, aku jadi berpikir, apa iya aku mencintai sahabatku april? Ah mungkin ini hanya rasa sayang kepada sahabat saja. Memangnya siapa yang mau kehilangan sahabatnya karena sahabatnya pergi dengan kekasihnya? Tidak ada yang mau kan? Berarti aku juga begitu.

Handphone ku bergetar, menandakan ada sebuah pesan muncul. Aku langsung mengambilnya dari saku ku, dan melihatnya sambil tiduran dikasur. Pesan itu dari april. Dia bilang seperti ini.

"Janu, aku mau cerita. Dia sedang berbalas pesan denganku. Senangnya...."

Aku tahu "Dia" yang april maksud siapa. Pasti Fero. Ah aku jadi tidak selera membalas pesan April. Tapi aku harus berpura pura.

"Wah! Bagaimanaobrolannya? Seru?" Balasku bohong. Padahal yang ada dalam hatiku adalah "sudah April. Jangan membalas pesan dia terus!!."

"Dia menanyakan kabarku, hobi, dan segala macam. Dia juga bertanya aku sudah punya pacar atau belum. Ah dia sangat menyenangkan orangnya." Balas April dalam pesan itu.

"Bagus dong. Kamu bisa makin dekat sama dia! Sudah dulu ya. Aku mau pergi mengerjakan tugas keluar." Usai pesan itu rasanyanya aku mati rasa. Susah, susah jika harus terus terlihat bahagia ketika dia dengan yang lain padahal hati berkata itu sakit.

Aku terus berkata April cocok dengan dia, April harus dekat dengan dia, bla bla bla. Tapi aku juga terus merasa agak sesak saat mengatakannya. Aku harus mencoba melupakan perasaan ini. Yang aku juga tidak tahu ini perasaan apa. Perasaan sayang, suka, cinta? Ah sudahlah, lebih baik aku bersiap untuk pergi mengerjakan tugas kerumah Feby.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!