Gadis Yatim Piatu Cinta Sang Kolonel

Gadis Yatim Piatu Cinta Sang Kolonel

Bagian 1

Di dalam sebuah restoran kelas atas terlihat ramai dengan pengunjung membuat semua meja penuh. Mereka duduk berdua dan bertiga mengenakan pakaian mahal dan berkelas.

Yang paling menarik perhatian adalah seorang pria yang hanya duduk sendirian. Dia mengenakan kemeja hitam dengan satu kancing yang terbuka di bagian atas dan kedua lengan kemejanya dilipat memperlihatkan lengan yang sangat kuat dan penuh otot. Dia duduk dalam posisi tegak dan lurus, terlihat dingin dan pantang. Aura penindasan yang kuat tidak membiarkan orang mendekat terpancar dari dirinya.

Pria itu sangat tampan dengan kulit putih, rambut hitam berpotongan pendek, alis pedang, mata seperti elang, hidung tinggi dan lurus, bibir tipis, dan rahang yang kokoh.

Pelanggan wanita sesekali akan melirik ke arah pria itu membuat pasangan pria mereka merasa tidak senang.

Pria itu membuka buku menu, matanya terus tertuju pada berbagai hidangan yang ditampilkan saat tiba-tiba suara keras menarik pendengarannya membuatnya menoleh secara refleks.

"Plakkk!"

Di lihatnya seorang pelayan sedang bertengkar dengan pelanggan pria. Pelayan itu menatap pria itu dengan marah dan ketakutan. Tangannya yang baru saja menampar pria itu gemetar tanpa henti entah karena kesakitan atau apa.

"Pelayan sialan! Beraninya lo nampar gue?!" teriak pria yang baru saja mendapatkan lima jari berdiri dari kursi melayangkan tangannya menampar balik pelayan itu penuh amarah.

“Plakkk!”

“Akhhh!”

“Bukkk!”

Sekali lagi suara tamparan terdengar diiringi oleh suara teriakan kesakitan dari pelayan dan suara jatuh yang terdam. Pria itu menampar pelayan dengan sangat keras hingga membuatnya jatuh terduduk ke lantai, bibirnya berdarah, dan pipinya yang putih langsung merah menampakkan bekas tangan besar.

Pelayan itu memegangi pipinya kesakitan, air mata langsung mengalir dari matanya. Dia ingin meminta maaf bahkan memohon ampun pada pelanggan pria itu. Tapi, tenggorokannya tercekat, lidahnya kelu, ditambah pipinya yang sangat sakit dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya bisa menatap pelanggan pria di depannya dengan mata merah berlinang air mata dan ketakutan yang dalam. Dia takut, sangat takut pria itu akan menamparnya lagi atau melakukan hal bejat lainnya.

Bukan tanpa alasan pelayan itu menampar pelanggan pria pertama kali. Itu karena pria itu memasukkan tangannya ke dalam roknya dan menyentuh pahanya saat teman pria itu sedang memesan hidangan dan dia sedang mencatatnya.

Pelanggan pria itu berjongkok dan memegang dagu pelayan yang duduk di lantai mengangkatnya hingga membuat mata keduanya sejajar. Tubuh pelayan itu bergetar ketakutan.

“Lo udah ancurin mood gue. Lo cuma pelayan di sini. Gue bisa ngelakuin apa aja ke lo, bahkan pemilik restoran ini nggak akan belain lo.” Ucap pria itu dengan suara rendah. Tangannya melepaskan dagu pelayan beralih mengelus lehernya yang halus.

Pelayan itu sangat ketakutan mencoba mengelak menjauhkan lehernya dari tangan pria itu. Dia bahkan menggerakkan tubuhnya menggunakan kakinya sebagai pendorong mundur ke belakang. Dia ingin berdiri, namun tubuhnya terasa lemas dan terus bergetar.

Dia melihat sekeliling mencoba mencari pertolongan, tapi yang di lihatnya hanya mata menonton pertunjukan dari para tamu. Para pelayan yang bekerja bersamanya hanya menatapnya ketakutan, kasihan, dan menundukkan kepala menatap lantai. Matanya meredup putus asa, tidak ada yang bisa menyelamatkannya dari tangan pria itu sekarang.

Hatinya dingin melihat ketidakpedulian mereka untuk membantunya.

Tisya tersenyum sedih, namun hal itu membuat pipinya menjadi lebih menyakitkan.

Sebenarnya apa yang dia harapkan dari mereka?

Di saat Tisya kehilangan harapan untuk berjuang sepasang tangan tiba-tiba memegang bahunya memeluknya dari belakang dan membantunya berdiri. Tubuhnya menegang sesaat dan dia melirik orang yang membantunya berdiri.

Dia harus mengangkat kepalanya baru bisa melihat wajah seorang pria yang tegas dan dingin membuatnya terpesona hingga bersandar di dada bidang pria itu. Dia merasakan pria itu sedikit mundur, lalu melepaskan kedua tangannya dari bahunya perlahan membuatnya hampir terjatuh sebab kedua kakinya tidak bisa berdiri teguh.

Pria itu segera memegangnya kembali dan membiarkannya bersandar di dadanya. Dia bisa mencium aroma kayu pinus yang menenangkan dari tubuh pria itu. Jantungnya yang telah berdetak ketakutan kini berdetak sangat bersemangat.

Pelanggan pria melihat mangsanya telah di renggut oleh orang lain segera berdiri dan menatap pria berkemeja hitam yang tiba-tiba muncul membantu pelayan itu dengan kesal.

“Siapa lo? Gak usah ikut campur, ya. Mending lu lepasin pelayan itu dan pergi dari sini. Kalau lu mau jadi pahlawan kesiangan gue nggak masalah ngehajar lo dulu sebelum berurusan dengan pelayan itu!” seru pelanggan pria itu tidak senang menatap pria berkemeja hitam dengan mata mengejek.

Azhar Bimantara, pria berkemeja hitam yang telah menyaksikan keributan awalnya tidak berniat ikut campur karena tidak ingin mendapatkan masalah. Tapi, kelakuan pria itu benar-benar sudah menentang garis bawahnya. Dia tidak bisa hanya tinggal diam menyaksikan pria itu melecehkan dan melakukan kekerasan pada seorang wanita. Hati nuraninya akan merasa bersalah jika dia tidak membantu.

Azhar menatap pria itu sangat dingin seperti menatap benda mati. Orang seperti ini adalah sampah masyarakat yang seharusnya sudah lama dibasmi.

“Minta maaf padanya.” Suara magnetik dan dalam terdengar di telinganya membuat hatinya yang sudah dingin langsung menghangat. Ternyata masih ada orang baik di kota ini yang mau membantunya.

Matanya kembali memanas dan air mata mulai meluncur turun. Bukan seperti sebelumnya di mana dia menangis karena sedih, kesakitan, dan ketakutan, kali ini dia menangis karena haru, bahagia, dan lega.

Pelanggan pria itu tertawa geli seakan telah mendengar lelucon yang sangat lucu. Beraninya dia mengatakan padanya untuk meminta maaf kepada pelayan rendahan.

Puas tertawa pelanggan pria langsung marah melihat ejekan dan penghinaan dari mata pria di depannya. Tanpa aba-aba pelanggan pria langsung melangkah maju menyerang pria berkemeja hitam.

Melihat pria itu bergerak Azhar segera menarik pelayan itu ke belakangnya, kemudian menyambut serangan pria itu dan membantingnya ke lantai.

"Akhhh!" pria itu menjerit kesakitan.

Tisya yang berdiri tidak jauh melebarkan matanya ketakutan melihat perkelahian mereka.

Teman pelanggan pria tidak tinggal diam melihat temannya di kalahkan dia segera maju menyerang Azhar juga. Melawan penyerangan kedua Azhar langsung mematahkan tangan pria itu.

“Akhhh!” sekali lagi teriakan menyakitkan terdengar membuat para pelanggan ketakutan dan melarikan diri.

Ferdi yang baru saja tiba setelah mengisi bensin sangat terkejut melihat komandannya bertarung di restoran. Azhar yang melihat bawahannya segera memanggilnya untuk mengurus pria itu.

"Ferdi, bawa mereka ke kantor polisi."

"Siap, Dan!" teriak Ferdi memberi hormat, lalu membangunkan pria yang tergeletak di lantai, kemudian meraih pria yang tangannya patah.

"Sial! Lo nggak tahu siapa gue? Gue wakil pemimpin Blue Union. Lihat saja nanti gue bakal balas kalian semua!" teriak pria itu marah ingin melepaskan diri dari tangan Ferdi yang memenjarakannya. Sayangnya itu tidak mungkin karena Ferdi mengeluarkan borgol dari sakunya dan memborgol kedua tangan pria itu.

߷߷߷

Terpopuler

Comments

Ida Ida Saja

Ida Ida Saja

uwiiw

2024-02-27

0

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

waw terlihat gagah yah Tisya

2023-08-11

0

al-del

al-del

uuh jadi lapar membayangkannya.

2023-08-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!