Azhar mengenali suara teriakan itu adalah suara pelayan restoran kemarin, sementara suara pria aneh yang juga muncul membuat Azhar khawatir gadis itu diganggu lagi.
“Halo, Rian. Lacak nomor ponsel yang aku kirimkan padamu dan kirim lokasinya padaku secepatnya!” Azhar segera menelepon anak buahnya memerintahkan melacak posisi Tisya. Sementara dirinya sudah berlari menuju tempat parkir.
Tisya merasa putus asa melihat ponselnya hancur, sekarang tidak ada lagi yang bisa menyelamatkannya.
Tisya tidak ingin menyerah begitu saja, dia harus mencoba melawan. Dia melihat sebuah balok kayu di sudut segera berlari mengambil balok itu.
"Kalian jangan mendekat!" Ancam Tisya menggunakan balok ditangannya.
Pria-pria itu tidak menghiraukan ancaman gadis yang menurut mereka lemah dan tidak bisa menimbulkan ancaman. Dua orang pria saling melirik dengan pemahaman diam-diam. Salah satu pria bergerak ke kiri sementara yang lainnya bergerak ke kanan.
Azhar melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal menuju lokasi yang dikirimkan anak buahnya. Dia menghentikan mobil di depan jalan gang, mobil tidak bisa masuk ke sana. Azhar turun dari mobil dan berlari memasuki gang.
Semakin masuk ke gang akhirnya Azhar melihat beberapa pria berdiri di sudut gang. Azhar mempercepat larinya saat melihat Tisya sudah berbaring di tanah tidak sadarkan diri.
Para penyerang itu mendengar suara dari belakang membuat mereka waspada dan berbalik. Sebuah tendangan menyambut pria yang berdiri paling belakang membuatnya terbang ke dinding. Beberapa pria lainnya juga cepat beraksi dan melawan orang yang tiba-tiba muncul.
Azhar tidak berhenti sejenak langsung menghajar pria terdekat lainnya. Menggunakan keterampilan militernya yang luar biasa Azhar menghajar sekelompok bajingan itu ke tanah hingga tidak bisa bangun. Setelah menghadapi para bajingan Azhar menelepon anak buahnya untuk menangani mereka.
Azhar lalu berjalan menghampiri gadis yang tergeletak di tanah. Dia berjongkok dan memeriksa gadis itu yang ternyata masih hidup. Dia segera mengangkat gadis itu dan membawanya menuju rumah sakit.
߷
Di sebuah bangsal VIP seorang gadis berbaring di atas tempat tidur medis dengan mata terpejam. Gadis itu adalah Tisya yang dibawa oleh Azhar ke rumah sakit dan sedang di rawat oleh dokter.
"Bagaimana keadaannya, Dokter? Kenapa dia belum bangun juga?" tanya Azhar khawatir.
"Tidak apa-apa. Pasien hanya mengalami beberapa memar dan sedikit geger otak. Dia hanya tertidur sekarang, besok dia pasti akan bangun," ucap Dokter itu. "Kamu harus memperlakukan pacarmu dengan baik. Jangan memaksanya jika dia tidak mau," lanjut sangat Dokter.
Azhar bingung dengan ucapan dokter itu, siapa yang pacarnya? Dan mau memaksanya melakukan apa? Dia saja tidak mengenal siapa gadis itu.
Dokter itu pasti telah salah paham, namun dia terlalu malas untuk menjelaskan.
"Oke. Terima kasih, Dokter."
Dokter itu menggelengkan kepalanya melihat perwira yang keras kepala itu sebelum keluar dari bangsal.
Azhar menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur menatap wajah gadis itu yang sedang tertidur. Wajahnya pucat dan bibirnya kekurangan darah. Dia merasa sangat bersalah tidak bisa melindungi gadis itu. Se-andainya dia menangani Blue Union dengan cepat gadis ini tidak akan mengalami musibah seperti ini.
߷߷߷
Mentari pagi bersinar cerah merambat melalui jendela memasuki bangsal menyinari gadis yang berbaring di tempat tidur.
Bulu matanya yang panjang bergoyang dan matanya mengerut tidak nyaman. Mata gadis itu perlahan terbuka dan dia langsung menyipitkan matanya merasakan silau yang tajam. Dia menggunakan tangannya untuk menghalau sinar matahari dan membuka matanya sepenuhnya.
"Kamu sudah bangun."
Gadis itu terkejut dan melihat ke arah suara. Di lihatnya seorang pria mengenakan seragam hijau tentara duduk di kursi di samping tempat tidur sedang menatapnya.
Tisya mengamati pria itu dan menemukan kalau pria berseragam itu ternyata pria yang telah membantunya di restoran. Dia tidak menyangka pria itu ternyata seorang tentara. Pantas saja dia terlihat sangat galak.
Tisya kemudian buru-buru untuk bangun, namun dia merasakan tubuhnya terasa sangat sakit saat bergerak dan kepalanya juga berdenyut kesakitan.
Melihat gadis itu ingin bangun Azhar segera menahannya. "Jangan bangun dulu. Kamu mengalami geger otak ringan. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu lebih dulu," tuturnya. Dia lalu menekan tombol panggilan di atas tempat tidur.
Tisya tidak lagi memaksa untuk bangun. Dia terus berbaring dan menatap pria itu. "K-kamu menyelamatkanku?" Suaranya serak baru bangun tidur dan tenggorokannya terasa haus.
Mendengar suaranya yang serak Azhar membantunya menaikkan kepala tempat tidur, kemudian menuangkan segelas air dan menaruh sedotan ke dalam gelas, lalu menyerahkannya pada gadis itu.
Tisya merasa tersanjung, dia menyesap sedotan dengan gugup dan malu, masa untuk minum saja dia harus menyusahkan orang lain. Sayangnya meskipun dia ingin minum sendiri, dia tidak bisa, tangannya terasa lemas tidak bisa diangkat. Tisya gugup dan sedikit takut berhadapan dengan pria berseragam di depannya. "Terima kasih," ucapnya setelah puas minum air.
Pria itu mengangguk dan meletakkan gelas kembali ke atas nakas.
Dokter segera datang setelah mendapat panggilan, Azhar berjalan keluar dari bangsal membiarkan dokter memeriksa pasien.
"Apa yang kamu rasakan?" tanya dokter memeriksa Tisya.
"Badan saya terasa sakit dokter. Kepala saya juga pusing," jawab Tisya kooperatif.
"Setelah minum obat sakitnya akan menghilang perlahan. Kamu mengalami geger otak ringan karena itu kamu merasa pusing. Setelah beberapa saat pasti akan berhenti," tutur sang Dokter.
"Terima kasih, Dokter. Oh ya, Dokter, bisakah saya pulang sebentar saat kepala saya berhenti pusing?" tanya Tisya.
"Kamu perlu di rawat selama beberapa hari untuk pemeriksaan lebih lanjut," jawab Dokter itu.
"Itu... Dokter, berapa yang harus saya bayar?" tanyanya lagi khawatir. Bangsal tempatnya di rawat terlihat sangat luar biasa, biayanya pasti sangat mahal, apalagi kalau harus menginap beberapa hari lagi. Dia tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit.
Dokter itu tersenyum pengertian, dia tahu gadis itu pasti khawatir dengan biaya rumah sakit. "Kamu tenang saja. Pacarmu sudah membayar semua biaya pengobatan," kata Dokter menyerahkan lembar pemeriksaan kepada suster.
"Pacar?" Tisya menatap dokter dengan bingung.
Siapa pacarnya? Dan sejak kapan dia punya pacar? Kenapa dia tidak tahu?
"Ya. Pacarmu terlihat sangat khawatir saat menggendongmu ke rumah sakit kemarin. Dia juga telah menemanimu sepanjang malam." Dokter berkata tersenyum pada gadis itu dan berjalan keluar bangsal.
Tisya tersenyum malu mendengar ucapan dokter itu. Ternyata pacar yang dia maksud adalah perwira militer itu. Kalau tidak salah namanya Azhar Bimantara, itulah yang tertulis di kertas yang diberikannya kemarin.
Dokter itu telah salah paham, Azhar bukanlah pacarnya. Mereka bahkan bisa dikatakan orang asing yang tidak saling mengenal. Ternyata pria itu sangat baik, dia telah membantunya saat di restoran dan dia juga menolongnya dari tangan pria-pria brengsek itu. Bahkan sampai membawanya ke rumah sakit dan menjaganya sepanjang malam.
Memikirkan kejadian kemarin malam membuatnya masih merasa ketakutan, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah dia pingsan. Untungnya pria itu benar-benar datang menyelamatkannya.
߷߷߷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
azhar udah mulai menyukai Tisya
2023-08-11
0
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
waw ternyata aretha kakakya azhar. aku salah paham ternyata😅😅
2023-08-11
0
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
jangan jangan aretha suka sama azhar
2023-08-11
0