Ferdi kemudian melirik komandannya setelah memborgol kedua pria itu. Dia melihat komandan hanya menggerakkan kepalanya menyuruhnya segera membawa pria itu pergi. Tanpa basa-basi lagi Ferdi menyeret pria itu keluar dari restoran.
"T-Terima kasih, Tuan telah menolong saya," ucap Tisya penuh syukur menatap pria di depannya.
"Ya, sama-sama." Balas Azhar tenang. Dia menatap wajah gadis pelayan di depannya yang memar dan bengkak akibat tamparan pria tadi.
Dia sedikit mengerutkan kening mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menyerahkannya kepada pelayan itu. “Gunakan salep ini untuk mengobati lukamu. Dan ini nomor ponselku. Kamu bisa menghubungiku jika kamu dalam bahaya,” ucapnya menyerahkan kartu nama juga.
Pria tadi mengatakan dia wakil pemimpin Blue Union, dia merasa sedikit khawatir pria itu benar-benar akan menyusahkan gadis ini lagi.
Tisya menerima salep dan kartu nama itu sangat tersentuh dengan kebaikan pria itu padanya dan dia berterima kasih sekali lagi.
Azhar mengangguk kepada pelayan yang terus mengucapkan terima kasih, lalu meninggalkan restoran.
߷߷߷
Keributan sebelumnya mengakibatkan restoran harus tutup lebih cepat. Bos restoran yang baru datang kemudian cukup prihatin dengan kejadian yang menimpa Tisya sehingga dia diperbolehkan pulang lebih dahulu tanpa membersihkan meja dan kursi. Bos restoran juga tidak memarahinya atau memecatnya karena telah membuat pelanggan pergi.
Kejadian seperti ini memang sering terjadi dan bos tidak berani melawan karena pria itu adalah anggota Blue Union yang sering memungut uang perlindungan di daerah ini. Karena itu bos tidak menyalahkan Tisya.
Kembali ke rumah kontrakan Tisya yang telah mandi duduk di tempat tidur sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia melirik salep yang diletakkannya di atas lemari kecil samping tempat itu. Itu adalah salep yang diberikan pria tadi padanya.
Tisya meraih botol kecil salep dan mengamatinya. Botol kecil salep itu terbuat dari kaca dan tidak ada tulisan apa pun di botol itu. Tisya membuka penutup botol dan mencium aroma obat yang sangat ringan. Tisya menggunakan jari telunjuknya meraih sedikit salep berwarna putih dan mengoleskannya di pipinya yang terluka.
“Ahh,” desis Tisya kesakitan saat menyentuh lukanya. “Sakit sekali.”
Tisya menggigit bibirnya dan terus mengoleskan salep pada lukanya. Sejuk dan dingin terasa dari bagian yang telah diolesi dengan salep.
Setelah mengoleskan salep pada luka di pipinya Tisya bersandar di kepala tempat tidur menatap kartu nama yang juga diberikan oleh pria yang membantunya tadi.
“Azhar Bimantara,” gumamnya membaca nama yang tertulis di kartu nama itu. “Ah, aku lupa memperkenalkan diri tadi. Huh, sudahlah, kita juga tidak akan bertemu lagi. Tidak masalah dia tahu namaku atau tidak,” imbuhnya.
Dia menggelengkan kepalanya kemudian mengamati kartu nama di tangannya dan tidak melihat tulisan lain selain nama dan nomor ponsel.
Dia meraih ponselnya dari atas nakas dan memasukkan nomor pria itu. Ponsel Tisya adalah jenis ponsel lama Nokia yang sudah ketinggalan jaman yang hanya bisa melakukan panggilan dan mengirim pesan singkat.
“Simpan saja nomornya. Mungkin akan berguna nanti,” gumamnya.
Tisya menyetel nomor pria itu menjadi panggilan utama. Setelah menyimpan nomor ponsel pria itu Tisya meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, kemudian membuka laci dan mengeluarkan bingkai foto.
Tisya menatap foto dalam bingkai penuh emosi kerinduan. “Ayah, ibu, aku merindukan kalian.” Tisya mengelus foto itu dengan tangannya. Foto itu berisi gambar seorang pria dan wanita dengan seorang gadis kecil di tengah. Ketiganya tersenyum bahagia.
Keesokan harinya.
Tisya yang tidak bisa tidur kemarin malam baru saja tertidur pada jam dua pagi. Hal ini mengakibatkan Tisya tidak bisa bangun pagi.
Di atas tempat tidur seorang gadis perlahan membuka matanya dengan berat. Dia menguap, lalu bangun dari tempat tidur berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi.
Tisya yang baru bangun menyalakan keran dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Dia merasa segar dan bangun sepenuhnya. Dia meraih sikat gigi dan menuangkan pasta gigi, lalu melai menggosok gigi.
Dia menggosok gigi sambil menatap cermin. Cermin itu menampilkan seorang gadis yang baru bangun tidur dengan rambut berantakan juga sedang menggosok gigi. Tapi, bukan itu yang menarik perhatiannya. Yang menarik perhatiannya adalah pipi gadis itu mulus, putih, dan terlihat lembut.
Gadis di cermin mengangkat tangannya yang bebas dan menyentuh pipi kanannya. Pipinya terasa lembut, mulus, dan tidak sakit.
Tisya buru-buru membuang busa di mulutnya dan membilas mulutnya hingga bersih. Dia kemudian mengamati pipinya melalui cermin.
“Lukanya sembuh?” gumamnya tidak percaya. “Bagaimana bisa sembuh secepat ini?” tanyanya bingung.
Kemarin pipinya masih sangat sakit bahkan bengkak dan memar, tapi hari ini pipinya kembali seperti semula seperti tidak pernah terluka sama sekali.
Tisya teringat salep yang diberikan oleh pria itu yang dia oleskan ke pipinya kemarin sebelum tidur. “Apakah karena salep itu?”
“Ahh! Sungguh ajaib! Hanya semalam lukanya langsung sembuh.” Tisya tersenyum sangat bahagia melihat wajahnya yang kembali mulus dan cantik.
Tisya berlari keluar dari kamar mandi menuju kamarnya dan meraih botol salep yang kemarin dia gunakan.
“Obat ini pasti sangat mahal. Aku harus mengembalikannya pada orang itu,” kata Tisya khawatir. Obat mujarab seperti ini pasti sangat berharga dan penting.
Pria itu sudah sangat baik mau membantunya dan lagi memberikan obat yang sangat luar biasa seperti ini. Obat yang bisa menyembuhkan luka hanya dalam semalam pasti bukan obat yang biasa. Dia juga tidak pernah mendengar ada obat yang bisa menghilangkan memar dengan singkat.
Tisya menyimpan obat itu baik-baik. Dia akan menyerahkannya kepada pria itu ketika mereka bertemu lagi.
߷
Karena lukanya telah sembuh Tisya tidak mengambil cuti hari ini dia tetap pergi bekerja. Dia berharap bisa bertemu dengan peristiwa itu lagi sehingga dia bisa mengembalikan obatnya. Sayangnya hingga waktu pulang kerja dia tetap tidak bertemu dengan pria itu.
Tepat pukul sepuluh Tisya pulang kerja seperti biasanya, di tengah jalan beberapa pria tiba-tiba muncul menghalangi jalannya. Merasa mereka bukan orang baik, Tisya segera melarikan diri.
Tisya berlari hingga memasuki sebuah gang dan menemui jalan buntu. Dia segera berbalik ingin mencari jalan lain, sayangnya mereka sudah berhasil mengejarnya.
"Mau lari ke mana lagi, hah?" teriak salah satu pria.
Tisya berjalan mundur dengan waspada sambil mengeluarkan ponselnya dari tas dan buru-buru menekan tombol angka satu. Angka satu sudah dia set sebelumnya menjadi nomor pria yang menolongnya kemarin.
Panggilan telah terhubung, namun pengejar itu melihat perilaku Tisya berubah marah.
Azhar yang baru saja kembali ke asrama mendengar panggilan masuk dari ponselnya. Itu adalah nomor asing, namun dia tetap mengangkatnya.
"Halo?"
Azhar mendengar suara napas yang berat di susul oleh teriakan seorang pria. "Mau nelpon siapa kamu, hah?!"
Salah satu pengejar langsung merebut ponsel Tisya.
"Ahh! Kembalikan ponselku!" teriak Tisya ingin merebut ponselnya kembali.
Pria itu tersenyum sinis dan meremukkan ponsel yang sudah ketinggalan jaman itu dan membuangnya ke tanah dan panggilan pun terputus.
߷߷߷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
waw aku suka pria baik seperti azhar
2023-08-11
0
al-del
pengecut kan, malah kabur 😂
2023-08-09
0
al-del
tisya seperti punya bodyguard
2023-08-09
0