Pilu : Lara Dalam Cinta
Setelah percakapan itu selesai, Lia lalu melanjutkan perjalanannya untuk berangkat ke kantor menggunakan sepeda motornya. Lia cukup merasa lega, karena bulan ini masih ada uang lebih. Jadi dia tidak terlalu khawatir dengan biaya kuliah adiknya dan juga ke butuhan sehari-hari.
Perjalan Lia ke kantor tak memakan waktu sampai berjam-jam, hanya cukup 10 menit ketika menggunakan motor. Itu sudah memudahkan Lia ketika ingin mengambil segala keperluannya yang harus dibawa ke kantor.
Lia juga seorang karyawan yang baik dalam pekerjaannya. Teman-temannya sangat mengagumi dan bahkan menghormati Lia, walaupun di hanya sebatas karyawan. Dan disinilah awal permasalan hidup Lia mulai muncul.
Tak Lia sangka, ternyata temannya yang bernama Maya iri dengan Lia. Karena Lia sering mendapat pujian dari Bos dan juga rekan-rekan kerjanya. Sedangkan Maya, adalah karyawan yang sering mendapat teguran dari pemimpin perusahaan karena Maya seorang pemalas. Dan tidak pernah tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bosnya.
Maya lalu mendekati Lia, mencoba menakuti Lia dengan ocehannya itu. Tapi Lia tidak menggubrisnya, dan Lia tetap fokus pada pekerjaannya.
"Heh! Lia! Kamu ngga usah sok pinter deh!" (Maya)
"Mentang-mentang kerjaannya paling beres, sombong banget! Pakai acara minta jam lembur lagi!" (Maya)
"Maaf ya Maya, aku minta waktu lembur sama Bos supaya aku dapet uang tambahin buat biaya hidup keluarga ku May. Bukan maksudnya sok pinter. Kamukan juga bisa May minta jam lembur sama Bos." (Lia)
Lia mencoba menghadapi ocehan Maya dengan penuh rasa sabar. Walaupun hatinya begitu sakit mendengar ucapan Maya.
"Halah! Ngga usah alesan. Paling kamu juga cari kesempatan supaya bisa deket sama Bos. Ya kan? Ngaku aja deh, kamukan janda?" (Maya)
"Loh, memangnya kenapa May kalau aku ini janda? Lagi pula aku kan ngga pernah ganggu hidup kamu." (Lia)
"Udahlah! Ngga usah ngoceh. Dasar janda gatel!" (Maya)
"Astagfirullah. Ya Allah, tabahkanlah hatiku ini ya Allah." (Lia)
Lia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Teman-temannya pun mencoba menyemangati Lia kembali. Karena mereka juga banyak yang tidak suka dengan sikap Maya yang suka menyakiti orang lain.
"Sabar yah Lia. Ngga udah didengerin."
"Iya Lia, lagian juga kita semua emang udah tahu kalau kamu itu janda. Dan kita semua disini juga percaya kalau kamu itu baik. Yah, memang sih Maya omongannya pedes banget. Tapi ngga usah dipikirin. Yang penting sekarang kita kerja bareng-bareng disini saling membantu. oke."
"Iya temen-temen. Makasih yah, kalian udah baik banget sama aku. Aku juga ngga ambil hati kok soal omongannya Maya." (Lia)
"Iya Lia, sama-sama. Ya udah yah, kita lanjutin kerja lagi."
"Oh iya, silahkan." (Lia)
Lia kembali mengarahkan matanya ke depan komputer. Mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda karena Maya. Semua orang yang ada di kantor ini sudah biasa dengan sikap Maya yang selalu berbuat kasar kepada teman-teman kerjanya.
Sebernya Maya adalah anak orang kaya raya. Tapi karena sifatnya yang sombong dan pergaulannya yang terlalu bebas, orang tuanya mengusir Maya dari rumah. Mereka merasa malu memiliki anak seperti Maya. Ini sebagai ujian juga untuk Maya agar dia bisa bersikap lebih dewasa.
Maya akhirnya hidup sendiri, dan bekerja sendiri. Untungnya dia memiliki teman yang baik, yaitu pemimpin perusahaan ini sendiri yaitu Angga. Karena itulah, walaupun kinerja Maya buruk, tapi Angga selalu memberinya toleransi.
Walaupun sampai sekarang Maya masih menyia-nyiakan kebaikan yang sudah dia terima dari temannya itu. Angga pun sebenarnya sudah bosan dan ingin sekali memecat Maya, tapi dia tidak tega melihat Maya terlunta-lunta mencari penghidupan kesana kemari. Apalagi kalau Maya tidak disibukkan dengan pekerjaan kantor, Maya pasti akan lebih liar lagi. Dan pergaulan bebasnya justru akan semakin meluas.
Angga sebenarnya teman Maya sejak kecil. Namun Maya memang salah pergaulan dengan teman-temannya yang lain. Ketika menginjak SMA, Maya mulai berubah sikapnya. Ditambah lagi dengan kurangnya pengawasan orang tua Maya, yang membuatnya menjadi kelewat batas seperti ini.
Angga juga sering curhat kepada Lia tentang Maya. Bahwa dulu Angga pernah mencintai Maya. Dengan perubahan sikap Maya yang seperti ini, akhirnya membuat Angga berfikir dua kali untuk mendekati Maya. Sekarang hubungan pertemanan mereka semakin renggang, dan Angga mulai menganggap Maya hanya sebatas karyawan biasa. Tak lebih dari itu.
Karena semakin lama Angga semakin geram dengan tingkah Maya yang semakin menjadi. Bahkan sekarang Maya tak segan untuk menampar Lia, kalau Lia mendapat pujian dari Angga dan juga karyawan yang lain. Semakin lama Maya semakin berani kepada Angga.
"May! Aku putusin yah sekarang hubungan pertemanan kita! Mulai sekarang kamu aku pecat!" (Angga)
"Heh Angga! Ngga bisa dong kamu pecat aku seenaknya kaya gitu!" (Maya)
Lia tanpa sengaja mendengarkan pertengkaran mereka dari luar ruangan kerja Angga. Mereka sepertinya cek-cok hebat waktu itu. Bahkan sampai ada suara gebrakan meja. Mungkin Angga sudah benar-benar kesal dengan tingkah polah Maya.
"Dengar yah May! Kamu udah ngelakuin hal yang kejam yang dulu ngga pernah kamu lakuin! Kamu itu kenapa sih?! Jadi kaya binatang buas!" (Angga)
"Oh! Jadi kamu gitu ya Ngga sekarang?! Tega kamu ngomong kaya gitu sama aku!" (Maya)
"Iya! Kamu mau?!" (Angga)
Maya lalu terdiam mendengar jawaban Angga yang sudah benar-benar marah. Nyali Maya tak segarang sebelumnya. Sekarang wajahnya menunduk, lalu keluar dengan cepat dari ruangan Angga.
Ketika mendapati Lia sedang berada di dekat pintu, mata Maya langsung melotot. Tapi dia tidak mengatakan apa pun. Karena dia tahu, kalau sampai Maya menyakiti Lia, pasti Angga tak akan segan untuk membalasnya.
Maya pergi begitu saja dari kantor Angga. Lalu Angga pun keluar untuk menemui Lia.
"Lia?" (Angga)
"Maaf pa, tadi saya ngga sengaja dengar pertengkaran bapa sama Maya. Saya minta maaf ya pa, gara-gara saya bapa jadi ribut sama Maya." (Lia)
"Lia. Itu semua bukan salah kamu. Waktu kamu belum kerja disini pun, Maya udah biasa kaya gitu. Yah... tapi memang baru sekarang aja saya marahin Maya sampai kaya gitu." (Angga)
"Iya pa. Kalau begitu saya permisi ya pa." (Lia)
"Tunggu Lia!" (Angga)
Lia kebingungan melihat Angga yang tiba memegang tangannya.
"Hmmmm... Maaf Lia, saya ngga sengaja. Ehh.... begini Lia, kamu mau ngga makan siang sama saya. Kan kita juga udah lama ngga ngobrol berdua." (Angga)
"Maaf pa. Saya ngga enak sama karyawan yang lain. Maaf pa, permisi." (Lia)
"Lia!" (Angga)
Lia tak sedikit pun merespon Angga. Walaupun sebenarnya Lia memang ingin sekali makan berdua bersama Angga, tapi Lia tak mau lagi ada yang memberinya cao wanita penggoda. Lia lebih memilih untuk diam, dan berusah semampunya untuk menjaga jarak dengan Angga.
Dia hanya ingin menafkahi keluarganya. Dia tak mau ikut campur terlalu jauh dalam urusan pribadi Angga. Karena bagi Lia, bos dan karyawan harus bisa menjaga jarak. Agar urusan pekerjaan tidak terganggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Siti Lestari
aku ikut nimbrung
2022-09-18
0
Binti Asril Lubis
cara penulisan dialognya diperbaiki lagi ya mba author. banyak2 belajar tentang penulisan dialog.
2022-02-03
1
Jiayou🐼
Maya ini calon orang jahat🤣
2021-12-29
1