Melihat ibunya yang semakin tua, Lia menjadi tidak tega dan ingin sekali mencurahkan segala isi hatinya. Tapi, kalau berbicara langsung Lia merasa kurang pas dan juga kurang enak. Karena yang Lia butuhkan adalah seorang sahabat yang mau menerimanya dan mau mendengarkan ceritanya.
Dia lalu teringat dengan Angga. Angga satu-satunya orang yang selama ini mau mendengarkan ceritanya dan selalu memberikan nasehat yang baik. Hatinya lalu tergerak untuk mencoba menghubungi Angga. Karena dia benar benar dalam fase kebingungan.
"Halo. Assalamualaikum." (Lia)
"Walaikumsalam Lia. Ada apa ya?" (Angga)
"Hmmmm.... Kamu sibuk Ngga?" (Lia)
"Ngga ko' Lia. Ada apa?" (Angga)
"Kalau kita ketemuan gimana ya? Soalnya aku mau ngobrol penting sama kamu." (Lia)
"Oke bisa. Di tempat biasa ya. Perlu aku jemput?" (Angga)
"Makasih Angga, tapi ngga usah. Aku berangkat sendiri bawa motor." (Lia)
"Oke. Aku siap-siap dulu. Assalamualaikum." (Angga)
"Walaikumsalam." (Lia)
Lia lalu bersiap-siap untuk menemui Angga. Seperti biasa, sebelum keluar rumah Lia selalu berdandan dan dengan gamis serra hijab yang menutupi kepalanya. Tak pernah ia merubah ciri khasnya sebagai wanita Sholehah.
Ibunya yang sedari tadi melihatnya berdandan, kemudian menegurnya karena tidak seperti biasanya Lia berdandan. Biasanya Lia hanya mengenakan gamis dan hijabnya, kemana pun ia pergi. Namun kali ini Lia bahkan memakai wewangian di tubuhnya.
Ibunya sedikit curiga melihat tingkah Lia yang sedikit berbeda. Seperti seorang gadis yang baru mengalami jatuh cinta.
"Lia?" (Ibu Lia)
"Iya Bu?" (Lia)
"Kamu mau kemana nak? kok dandan cantik sekali." (Ibu Lia)
"Oh ya Bu, aku mau ketemuan sama Angga. Biasalah Bu, masalah kerjaan. Ngga papa kan Bu?" (Lia)
"Ya ngga papa Lia, tapi ingat yah jangan terlalu malam pulangnya. Kamu kan tahu nak, tetangga kita bagaimana." (Ibu Lia)
"Iya Bu, Lia akan selalu ingat pesan Ibu. Ya udah ya Bu, Lia berangkat dulu." (Lia)
"Iya Nak, hati-hati ya." (Ibu Lia)
"Assalamualaikum Bu." (Lia)
"Walaikumsalam." (Ibu Lia)
Ibunya mengantar Lia sampai keluar rumah, dia sedikit khawatir dengan perginya Lia. Ibunya pun paham, kalau Lia pasti berbohong. Dia pergi bukan untuk urusan pekerjaan, tapi untuk membahas masalah pribadi.
"Bu, kak Lia kemana?" (Farah)
"Ya biasa Fa, urusan kerjaan lagi." (Ibu Lia)
"Hmmmm.... kasihan yah Bu kak Lia, padahal dia punya anak. Tapi harus urus semuanya." (Farah)
"Ya mau bagaimana lagi Fa. Namanya juga tanggung jawab, nanti kalau kamu sudah bekerja ya pasti juga seperti itu." (Ibu Lia)
"Iya Bu. Ya udah Bu, ayo masuk di luar dingin." (Farah)
"Ibu nanti saja Farah, masih ingin di luar. Kamu ambilkan teh hangat yah." (Ibu Lia)
"Iya Bu." (Farah)
Hati ibu Lia sangat tidak tenang, seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal dihatinya. Dia khawatir dengan Lia yang statusnya sebagai seorang janda. Banyak orang yang mencemooh Lia, karena Lia sering bepergian saat malam hari.
Walaupun Lia memang sering mempentingkan pekerjaan, tapi ibunya tak pernah sekhawatir ini. Bahkan biasanya ketika Lia pergi, ibunya tak pernah mengantarnya sampai keluar pintu.
"Bu, ini teh hangatnya." (Farah)
"Iya Farah, makasih ya nak." (Ibu Lia)
"Iya Bu. Ibu kenapa Bu? khawatir sama kak Lia?" (Farah)
"Ngga papa Fa. Kamu kan tahu, bagaimana orang-orang membicarakan keluarga kita. Lia itu janda, dan ibu khawatir kalau sampai terjadi apa-apa sama Lia nak." (Ibu Lia)
"Bu.... Ibu berdoa saja ya, mudah-mudahan kak Lia baik-baik saja." (Farah)
"Amin." (Ibu Lia)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Siti Lestari
aku mampir kesini kak
2022-09-19
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
memang benar semua orang butuh teman curhat...
ka Juan aku mampir disini ya...aku takut seram...🙂🙂
2020-10-03
0
Dedeck AZza
semoga Lia baik-baik saja Thor...
boomlike dan rate 5 kudaratkan.
semangat kak...ayo saling dukung sesama author 🤗🤗
mampir ya bosku 🙏🙏 aku pasti feedback kok 🤗🤗
ditunggu updatenya kak
2020-09-30
0