Kendra
Kalau keringet dingin gue ditampung, kayaknya udah menuhin satu kolam renang edisi luxurious private room ala-ala resort Bintang lima. Beneran.. sejak semalem gue cuma kedap-kedip, nggak bisa tidur. Gimana kalau gue lupa ijab qabulnya, gimana kalau acara nggak berjalan lancar, atau lebih dramatisnya lagi gimana kalau pengantin perempuan gue tiba-tiba kabur. Oke Ken, tenang.. opsi yang ketiga sangat kecil kemungkinan terjadinya.
Masalah ijab qabul, berminggu-minggu gue latihan ngucapinnya. Kadang latian sendiri sama guling di kamar, kadang sama kaca. Karena kalimat ijab qabul harus dibaca jelas dalam satu tarikan nafas. Cuma ada kesempatan tiga kali, kalau salah otomatis pernikahan hari itu batal.
Masalah ijab qabul masih menghantui, ditambah si kunyuk yang dari kemarin nggak kelar-kelar ceramah tentang cara berbagi keringat di atas ranjang. Gimana nggak bungkam gue sepanjang perjalanan tadi. Cuma diem aja. Kalau ditanya jawab seperlunya. Sampai-sampai si kunyuk terheran-heran dan nanya ke gue, "Lo kenapa sih bos diem aja dari tadi? Meragu ya? Apa puter balik aja?" candaannua sama sekali tidak lucu.
"Kampret! Gue puter balik kepala lo ntar!" sahut gue pelan jangan sampai kedengeran bapak ibuk di bangku belakang.
"Ya sapa tau aja saking shocknya hari ini bakal jadi tawanan seumur hidup macan betina, terus elo diem mulu" ujar Tristan ikut bisik-bisik.
"Regina lebih macan, tapi apa, lo bucinin juga kan."
"Hehe.. yang beringas emang lebih bikin engas. Iya kan bos?"
Suka bener deh..
Mobil yang dihias dengan pita putih itu melambat memasuki area parkir tempat gue akan melangsungkan akad nikah. Janur kuning yang masih segar melengkung di gapura depan. Dihiasi dengan rangkaian bunga yang berjajar rapi di sepanjang karpet merah. Gue menarik nafas panjang. Tapi ternyata hal itu tidak cukup untuk menenangkan detakan jantung gue yang semakin lama semakin tak terkendali. Tangan gue udah basah karena keringat dingin. Dan tiba-tiba aja gue jadi ling-lung dadakan.
"Eh bos, lo mau kemana? Jadi kawin kagak? Itu arah ke toilet.." Tristan nepuk bahu gue dari belakang.
"Eh.. Hah?" tuh kan gue linglung.
"Noh jalannya ke sana." Mantan anak buah gue itu nunjuk ke arah meja yang sudah dihiasi dengan nuansa hijau dan putih.
"Oh sana" baru gue jalan beberapa langkah, gue balik badan.
"Kenapa lagi bos?" tanya Tristan keheranan.
"Nggak ah. Gue ke kamar mandi dulu" gue berubah pikiran.
"Ya elah. Udah pake jarik gitu bos." Tristan protes.
"Daripada gue keluar waktu ijab qabul.." gue beralasan sebelum melangkah dengan cepat menuju kamar mandi.
Sengaja emang buat ijab qabul ini gue pake pakaian adat Jawa. Soalnya pas resepsi nanti gue bakalan pake seragam kedinasan. Sebagai orang jawa, gue pengen ngerasain pake pakaian adat untuk melangsugkan acara yang hanya akan terjadi sekali seumur hidup ini. Tapi gue saranin sama calon pengantin pria di seluruh permukaan bumi, terkhusus buat mereka-mereka yang mau pake adat Jawa, mending pake busana Jawanya pas resepsi aja, karena kalau dipake sebelum ijab, ribet kalau mau pipis gini.
"Cepetan elah. Udah mau keluar ini" gue goyang-goyang nahan sesuatu yang mau keluar.
"Diem dong bos. Susah ini nyari penitinya" Tristan masih berjuang mencari pengait diantara kendit yang melilit pinggang gue. "Nah, ketemu" teriaknya kegirangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
😆😆😆😆😆
2022-11-08
0
fa _azzahra
maksa bgt blangkon nya
2021-07-14
1
⛤Mursini Zahwa🆘
kereeenn👍👍
2021-07-14
0