RON & PRIM | Haechan

RON & PRIM | Haechan

Black Rose

Pernah terpikir, jika sebuah awal kehidupan yang baru dan akhir dari sebuah kehidupan bisa hadir diwaktu yang sama pada orang yang berbeda?

Bagaimana jika itu menjadi awal dari sebuah takdir baru yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya?

...🥀...

Dua orang lelaki di pertengahan umur 20an dan sepasang suami istri paruh baya itu tampak tengah tak tenang hati, jantung mereka berdegup kencang, ujung jari juga ikut mereka mendingin.

Sambil duduk wanita paruh baya itu tangannya saling meremat, pandangan khawatirnya tertuju pada pintu putih itu.

"Udah mama tenang aja, Sara yakin Lana kuat. Mama kan tau sendiri anak bungsu nakalnya mama gimana? Dia bisa lewatin ini, percaya sama Sara." Aksara merangkul pundak ibunya, sesekali tangan kanannya mengusap-usap punggung rapuh ibunya.

Mamanya tenang, kini sang papa yang tak tenang. "Ini Efendi mana sih ga keluar keluar?!" Hary sedikit berteriak di ruangan sepi itu.

"Pah sabar dong, om Efendi pasti lagi nanganin Lana. Tenang dong pah." Kini giliran adik kembar Aksara yang berbicara, Aksana yang jarang berbicara itu sedikit terpancing emosinya karena sang papa yang tidak sabaran.

Tak lama kemudian, pintu yang sedari tadi ditunggu terbuka, kini terbuka betulan. Lelaki dengan Scrub biru itu keluar.

Aksara, Aksana dan mama papa pun bangkit dari duduknya. "Gimana Fen? Alana baik-baik aja kan?"

"Engga mbak, kali ini Alana gak baik-baik aja."

Papa menarik baju lelaki itu dengan emosi, benar-benar kuat sampai dagu om Efendi terangkat, "maksud kamu apa? Berani-beraninya bilang ponakan sendiri gak baik-baik aja!"

Aksana dengan sigap menjauhkan papanya dari om Efendi, "sabar dong pah! Biarin om Efendi jelasin dulu!"

"Maaf mas, tapi aku disini harus jujur dan profesional. Alana kritis, jantungnya bener-bener melemah, dia pernah ngeluh sakit gak ke kamu Sana? Atau ke kamu Sara?" Tanya Efendi.

Aksara dan Aksana kompak menggeleng, setau mereka adiknya itu terlihat sehat-sehat saja akhir-akhir ini.

"Setau Sana, Lana ga ngeluh apa-apa." jawab Aksana.

"Ke Sara juga engga Om."

"Alana harus cepet-cepet dapet donor jantung yang cocok. Kita udah gak bisa nunggu lama."

...🥀...

Malam ini giliran Aksana yang bergantian menjaga Alana di rumah sakit, setelah sehari semalam Aksara yang menjaga adik bungsunya.

Langkah kaki Aksana melewati ruangan yang tampak amat sibuk. Dokter perawat dan staff lain sibuk berjalan kesana kemari. IGD hari ini benar benar hectic.

Entahlah ada apa dengan hari ini, Aksana rasanya ngeri sendiri mendengar sirine ambulan yang saling bersautan. Ini bahkan tengah malam, tapi IGD begini sibuknya.

"Permisi permisi kasih jalan" suara yang cukup menggema dalam ruangan itu mendistraksi Aksana.

Satu brankar dengan wanita muda yang berlumuran darah terbaring diatasnya, terburu-buru didorong staff ambulan masuk ruangan.

"Pasien kecelakaan, kesadarannya semakin menurun diperjalanan, GCS nya 3, kesadaran pasien stupor, ga ada reaksi apapun setelah diberi rangsangan." Jelas staff ambulan.

"Hubungi dokter bedah syaraf, suster Eva dokter Nina tolong siapkan pasien untuk CT scan." Mereka yang diberi perintah bergegas pergi.

Dokter berkali-kali memberi rangsangan untuk memeriksa respon wanita itu tapi nihil. Bisikan, cubitan bahkan tepukan pun tak memberikan hasil yang diharapkan. Kemungkinan terburuknya...

Ah tidak, semua harus berpikir positif kan? Semua dokter ingin yang terbaik untuk pasiennya.

;

"Hasi CT scan nya jelek dok, mungkin ini mengarah ke mati otak. Kesadaran pasien koma, tidak ada reflek pupil, dan tidak bisa bernapas spontan."

Dokter dengan jas putih itu membuang nafasnya, "keluarganya sudah datang?"

"Belum, cuma ada beberapa temannya yang ada di tempat saat kejadian, orangtuanya di Jakarta, mungkin sekitar satu jam lagi mereka sampai."

"Gini dokter Nina, KTP pasien ada stiker pendonor organ, tapi kita tetap harus menunggu persetujuan keluarga. Sementara itu tanda tanda vital klien sekarang semakin menurun. Saya khawatir organnya bisa ikut rusak, coba kamu hubungi keluarganya, jelaskan secara lisan dan minta tanda tangan persetujuan ketika mereka sampai disini."

Dokter Nina mengangguk, "siap dok."

"Oh iya jangan lupa kamu juga jelaskan pada teman-temannya juga ya."

Dokter Nina yang sedang mengetik beberapa nomor keluarga pasien di ponselnya tiba tiba terhenti kegiatannya, teman-teman pasiennya yang didominasi laki-laki itu berdiri semua ketika ia berjalan didepan mereka.

Tapi ada satu laki-laki yang cukup mengalihkan perhatiannya, jaket denim nya berlumuran darah, tangan dan juga sepatunya juga tak terlewatkan, wajah dan bibirnya pun ikut pucat.

"Dok gimana? Gimana keadaan pacar saya? Dia gapapa kan? Dia bisa sembuhkan dok? Cepet jelasin dok kenapa diem aja?!" Ucap lelaki itu dengan emosi, dadanya naik turun cepat, nafasnya juga terdengar kasar.

Teman disebelahnya seketika memegangi lelaki yang diketahui bernama Aron itu, takut temannya melakukan hal yang tidak tidak pada dokter itu, "Sabar Ron sabar!"

"Kecelakaan pasien cukup parah, Pasien cedera kepala berat mengakibatkan suplai oksigen dan darah terhenti ke otak. Pasien mengalami kematian otak." Jelas dokter.

Semua yang ada disana, tidak ada yang bereaksi, hanya diam dan saling tatap yang bisa mereka lakukan. "Maksud dokter gimana?? Saya ga ngerti!! masa bodoh dengan semua penjelasan dokter saya butuh kepastian pacar saya bisa selamat kan? Dokter bisa pastikan itu?! HAH! JAWAB DOK!"

Dokter menggelengkan kepalanya, "pasien mati otak berbeda dengan pasien koma, pasien sudah tidak bisa sembuh kembali, semua detak jantung dan napas pasien dibantu alat. Saya permisi saya harus menghubungi keluarga pasien."

Aron meremat kencang rambutnya. Gagal ia gagal menjaga kekasihnya, ia gagal menahan Cherry untuk turun balapan.

"Anak Vallor gimana?" Tanya Adnan pada Regan.

"Balik. Mereka bubar setelah tau Cherry kecelakaan di sirkuit. Mereka gamau terlibat."

"Brengsek."

Aron hanya bisa melihat Cherry dari kejauhan. Wajah cantiknya memucat, mata indahnya tertutup rapat, bibir mungil favoritnya terpasang selang yang Aron sama sekali tak tahu apa fungsinya. Jelasnya ia ingin sekali mendekap wanitanya, tapi Cherry hanya bisa terbaring tenang diatas tempat tidur putih itu, terbaring hangat dengan selimut tebal putih menutupi separuh badannya.

"Cherr, kamu gak bisa sama aku aja? Disini, kita bareng-bareng aku janji bakal jagain kamu, janji ga ngerokok lagi, janji bakalan tua bareng kamu. Aku mohon Cherr disini aja ya sama aku?"

...✨ CAST ✨...

...[ Alana Prima Bratadikara ]...

...[ Kim Doyoung (as) Aksara Pradipta Bratadikara ]...

...[ Jeong Jaehyun (as) Aksana Javier Bratadikara ]...

...[ Lee Haechan (as) Aron Ethan Baskara ]...

...[ Jeong Somi (as) Cherry Alamanda Atmadja ]...

...[ Na Jaemin (as) Adnan Prabumi ]...

...[ Huang Renjun (as) Regan Arjuna ]...

...[ Lee Jeno (as) Jordan Ardhi Hartono ]...

Terpopuler

Comments

Puji Lestari Putri

Puji Lestari Putri

Wah, chapter sebelumnya keren banget, sekarang buruan update lagi biar gak ada putus asa.

2023-07-23

1

ZodiacKiller

ZodiacKiller

Saya tidak sabar untuk melihat kelanjutannya, semangat ya author!

2023-07-23

2

Kaworu Nagisa

Kaworu Nagisa

Author-im, kalau tidak update cepat, reader-im bakal pingsan menanti T.T

2023-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!