Rencana manusia tak melulu selaras dengan maunya takdir.
...🥀...
"Tumben lo Ron sendirian, Cherry mana?"
"Nyusul katanya dia, lawan siapa kita malem ini?"
Adnan menggembungkan pipi kanannya, membuat Aron seketika melirik ke arah kiri. Tampak sekumpulan orang dengan jaket Kulit hitam dengan kancing merah darah mencolok.
"Anjir Vallor lagi, bosen banget gue lawan mereka, kalo kalah suka ribet. Kali ini apa taruhannya?"
"Bukain anak Hellion table selama sebulan."
"Ya not bad lah."
Tiba-tiba bibir Aron tersenyum, lebar sekali sampai mata kecilnya ikut menyipit. Siapa lagi kalau bukan karena manusia favoritnya datang dengan pakaian serba hitam menjadi satu-satunya alasan Aron tersenyum lebar malam ini.
Cherry duduk di samping Aron lalu meneguk jus jeruk milik pacarnya, "udah pada kumpul kan?"
Cherry hendak memakai helmnya, tapi tiba-tiba tangan Aron menahannya, "Cherr, mending kamu jangan maju deh malem ini, perasaanku gak enak."
Cherry tersenyum, bukan sekali dua kali pacarnya khawatir setiap kali dia akan balapan, "kamu kebiasaan tiap aku turun pasti gini deh."
Aron menggelengkan kepalanya, "kali ini aku serius, aku gak bakal bolehin kamu balapan lagi!"
"Iya-iya tapi tanggung sayang, kita lawan Vallor malam ini, kamu mau nama baik Hellion tercoreng karena gak main profesional? Tau sendiri kan anak Vallor gimana? Lagian kamu gak liat muka Sharron udah belagu gitu? empet banget aku liatnya, rasa rasa pengen ngalahin dia udah membara nih hahahahaha."
Cherry menatap Aron yang masih memasang wajah seriusnya, sepertinya guyonan ia kali ini tak manjur, "iya iya ah serius banget mukanya, serem tau! Iya aku janji ini balapan aku yang terakhir ya, abis ini gak akan lagi balapan. Kalo aku bohong kamu boleh tinggalin aku."
Aron menggeleng cepat, "enggak! Aku gak bakal tinggalin kamu!"
"Iya iya gemes banget sih! Udah ah, udah pada siap tuh, doain aku menang ya?"
"Pasti"
...🥀...
"Gue liat banyak anak Hellion dibawah." Aksana membuka satu persatu kotak makan yang ia bawa dari rumah.
Aksara mengambil sepotong nugget ayam dan mencocolnya dengan saus tomat, "Hellion? Yang mana sih?"
"Hellion itu loh, gue pernah balapan lawan mereka taun lalu."
Aksara berpikir keras, pasalnya banyak geng yang pernah bertanding dengannya atau kembarannya itu. "Aduh ingetan gue lemah banget kalo soal begituan."
Aksana mengetuk kepala kembarannya itu, "Aduh ini otak makannya jangan diisi sama biji-bijian. Hellion rivalnya Vallor, ini deh emmm, red rose! red rose julukan mereka."
Aksara mengangguk cepat, Aksara menyunggingkan senyumnya merasa berhasil mengembalikan ingatan manusia itu. Emang susah punya kembaran pelupa.
"Inget gue inget, gue inget salah satu membernya siapa tuh yang kecil?" Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya, "Regan iya Regan, dia anak Hellion kan?"
Aksana mengangguk, "kok lo malah inget si Regan, padahal kan leader nya ada di angkatan lo, si Marko."
"Oh ya? Marko leader Hellion? Gue malah baru tau. Abisnya si Regan yang paling nempel di otak gue, dia kecil tapi mulutnya beuh anjir, waktu pertama kali ketemu dia gue udah kena mental sama dia."
"Kira-kira kenapa ya anak Hellion disini? Mana banyak banget, mukanya juga pada ga selow, kalo sebanyak itu berati ada yang gak beres sama mereka, bisa jadi salah satu member penting mereka yang sakit."
Aksara mengangkat bahunya, "au deh"
Aksana menengok ke arah adiknya yang masih terbaring memejamkan matanya, "Adek gimana? Kata dokter gimana udah ada kabar soal donor jantung?"
"Belom, belom ada kabar. Tapi kata mereka Alana ada di urutan daftar tunggu paling atas. Kalo ada donor yang cocok mereka bakalan hubungi kita."
Tiba-tiba ketukan pintu mendistraksi si kembar yang sedang menyantap makan malamnya mereka.
Sampai dimana Efendi yang muncul dihadapan mereka membuat si kembar bangkit cepat dari duduknya.
"Om"
"Papa kalian masih di luar kota?"
"Iya." Jawab mereka berbarengan.
"Ini siapa yang kakak sih? Aksana? Aksara?"
Aksana menunjuk Aksara, "dia om, beda 5 menit doang elah." Jawab Aksana dengan sedikit nada kesalnya.
Aksara menyunggingkan senyumnya, "aku kan abang. Emang kenapa om?"
"Gini Sar, Alana dapet donor. Om minta kamu sebagai kakak tertua gantiin papamu buat urus semuanya ya? Kemungkinan besok pagi adekmu bisa di operasi."
Si kembar melotot ke arah om Efendi, seketika kerja otak mereka berhenti sejenak mencerna beberapa kata yang baru saja keluar dari mulut Om mereka.
"Om beneran?"
Efendi menunjuk wajahnya sendiri, "San, wajah om emang keliatan becanda?"
Aksara menggaruk tengkuknya, bola matanya tak mau diam menatap sekelilingnya.
"Aduh nanti aja linglungnya. Om tunggu ya."
Efendi keluar dari kamar Alana, meninggalkan si kembar yang masih saja kebingungan. Mereka bingung perasaannya bercampur aduk senang, haru, sedih semuanya bercampur jadi satu.
"Sar adek, adek bakal sembuh." Mata nanar Aksana menatap sang abang yang masih saja terpaku berdiri sejak tadi.
"Iya San, adek kita bakal sembuh. Dia bisa main lagi sama kita. Dia gak bakal kesakitan lagi."
...🥀...
"Tante maafin Aron. Aron gagal jaga Cherry." Aron bersimpuh dekat kaki wanita yang tengah duduk sembari menangis tersedu itu.
"Tuhan lebih sayang Cherry Ron, kamu ga perlu nyalahin diri kamu sendiri."
"Tapi Aron gak mau Cherry pergi Tan, Aron ga bisa."
...🥀...
"Sayang hey bangun."
Aron membuka perlahan kelopak matanya, mengedipkan beberapa kali pandangannya yang masih kabur.
Cherry? Cherry ada tepat dihadapannya. Wanita itu berdiri didekatnya dengan gaun putih selututnya. Wanitanya itu tersenyum lembut, mata beningnya menatap Aron dalam.
Seketika lelaki itu menghambur ke pelukan Cherry, "Kamu sembuh? Kamu sembuh Cherr?"
Cherry membalas pelukan kekasihnya itu, "makasih ya Ron udah pernah hadir di hidup aku. Terimakasih sudah buat banyak kenangan indah di hidup aku. Terimakasih sudah menjaga aku bagai barang rapuh yang kamu genggam. Terimakasih sudah menjaga kehormatanku sebagai perempuan."
"Kamu ga perlu bilang makasih Cherr. Itu udah jadi tugasku. Yang aku butuh adalah cuma kamu yang terus disampingku jangan pergi kemanapun terus disini sama aku 'pun aku udah bahagia."
Cherry menggelengkan kepalanya, "aku harus pergi Ron. Kamu harus janji sama aku, kamu harus terus bahagia, lanjutkan hidup kamu, kamu harus janji itu sama aku. Aku ga akan pergi jauh, aku tetap disini Ron." Tangan kanan Cherry menyentuh dada Aron, sang lelaki pun segera menggenggam tangan kekasihnya, "aku akan tetap di hati kamu, kamu jangan takut kesepian."
"Gak boleh! Kamu ga boleh pergi Cherr. Sumpah demi tuhan aku gak akan ijinin kami untuk pergi. aku gak tau gimana hancurnya aku kalo kamu pergi."
"Kamu boleh sedih, tapi jangan terlalu lama. Aku pamit ya sayang."
...🥀...
"CHERRY!"
"Ron lo udah sadar??"
Netranya melihat sekelilingnya, "Gue dimana?"
Regan membawa segelas air putih hangat ke hadapan Aron, "minum dulu. Lo tadi pingsan."
Aron melihat tangan kirinya sudah terpasang infus, "gue mau ketemu Cherry!" Aron berontak di tempat tidurnya.
"Ron Cherry udah gak ada. Lo diem dulu disini, kata dokter infusnya harus habis dulu."
"Gak mungkin! Tadi Cherry ketemu gue, gue harus liat dia. Dia di mana? Dirumahnya? Biar gue jemput. Minggir lo!" Aron bangkit dari tempat tidurnya dan mencabut paksa infus yang terpasang.
"CHERRY UDAH GAK ADA LO DENGER GAK SIH RON?? CHERRY UDAH PERGI LO HARUS NGERTI RON. LO HARUS TERIMA!!"
Lelaki kuat itu kehilangan ketegarannya, air mata jatuh begitu saja tanpa permisi.
Regan yang melihat sahabatnya sebegitu rapuh, memeluk Aron erat.
"Lo gak usah takut. Gue, Adnan, Jordan, semua anak Hellion, kami disini ada sama lo. Sabar bro gue ngerti rasa sedih lo, tapi lo juga ga boleh sebegininya kami sedih liat keadaan lo sekarang."
...🥀🥀🥀...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Itzel Juárez
Pembaca setiamu melihatmu dan menantikan cerita selanjutnya, thor!
2023-07-23
1
Risa Koizumi
Tunggu tiap hari untuk update cerita ini, terima kasih thor!
2023-07-23
1