GADIS PENAKLUK HATI CEO

GADIS PENAKLUK HATI CEO

1. Bertemu Bos Menyebalkan

Aruna sangat terlambat datang ke kantor, seharusnya jam enam dia sudah sampai tapi karena adik-adiknya di panti asuhan sedang ujian akhir semester membuatnya harus mengalah dengan mereka yang berebut kamar mandi di pagi hari.

Nafasnya tak beraturan ketika sampai di pantry dengan cepat dia membuatkan teh sesuai keinginan bos besarnya, kemarin seharian dia sudah melakukan training lebih dulu untuk memastikan kelayakannya sebagai office girl di perusahaan tersebut.

Berbekal pengalamannya kemarin, Aruna dengan penuh percaya diri menyiapkan minuman tersebut ke meja bosnya. Setelahnya dia membawa kain lap dan juga kain pel untuk membersihkan ruangan tersebut.

Aruna dia adalah gadis yatim piatu yang dititipkan oleh ibunya ke panti asuhan sebelum wanita yang melahirkannya meninggal. Nasibnya memang malang, ayahnya meninggal karena kecelakaan bersama dengan selingkuhannya dan setelah beberapa bulan dia dilahirkan ibunya menyusul ayahnya karena penyakit yang dideritanya.

Gadis malang itu tumbuh menjadi gadis yang cantik dan juga periang, siapapun yang ada di dekatnya pasti akan terhibur dengan kehadirannya. Seperti hari ini meskipun dia datang terlambat tapi tidak sedikitpun bermalas-malasan seperti yang lainnya. Dirinya justru lebih bersemangat hal itu terlihat dari caranya dia bekerja dengan rambut digulung ke atas menampakkan leher jenjangnya yang panjang, sesekali dia bersiul seakan di dalam ruangan ini adalah sebuah hutan dengan aneka burung di dalamnya.

Aruna membersihkan beberapa barang setelahnya mengepel lantai yang sebenarnya tidak kotor. Langkahnya mundur ke belakang dan tanpa dia sadari ujung tongkat pelnya mengenai dada seseorang.

Dug!

”Awh, astaga apa kau tak punya mata?” seru Aksa kedua matanya melotot ke arah Aruna membuat gadis itu mengkerut melihatnya.

”Ma-maaf saya tidak sengaja sungguh,” sesal Aruna kemudian menunduk karena takut.

Berbeda dengan Aksa dirinya justru semakin kesal karena ada pegawainya yang tidak hati-hati dalam bekerja.

”Siapa namamu?”

Aruna gadis itu mengangkat wajahnya, ”Aruna, Tuan. Maaf saya benar-benar tidak sengaja melakukannya.”

”Sejak kapan kau bekerja di sini?”

”Baru kemarin saya mendapatkan pekerjaan ini.”

Aksa menatap lekat ke arah gadis muda yang ada di depannya terbilang muda karena bisa jadi dia seusia adiknya Devan.

”Cantik,” lirihnya masih terdengar meskipun samar, tapi kenapa dia mau bekerja di perusahaannya hanya sebagai office girl.

”Kenapa jam segini baru dibersihkan bukankah seharusnya satu jam sebelum saya datang tempat ini harus sudah clear?” Kali ini Aksa tidak lagi bermain mata, tatapannya tajam berwibawa membuat Aruna menciut nyalinya meski hanya untuk membalasnya.

”Kenapa diam saja, apa kau tuli?” cecar Aksa semakin kesal dengan respon Aruna yang lambat menurutnya.

”Saya terlambat datang karena di panti asuhan adik-adik berebut kamar mandi. Saya sebagai kakaknya mengalah untuk mereka,” jelas Aruna.

Aksa melipat tangannya di dada masih dengan tatapan tajam ke arah Aruna. ”Kamu pikir saya peduli dengan masalahmu di luar sana, jika besok kau masih saja terlambat dan pekerjaanmu tidak beres maka jangan harap lusa kau masih bekerja di sini. Mengerti?”

”Ba-baik, sekali lagi saya meminta maaf.”

Aruna pun segera pamit keluar dari ruangan tersebut, rasanya pasokan oksigen di tempat itu sungguh minim padahal di sana hanya mereka berdua. Apalagi mengingat tatapan tajam si tuannya membuat Aruna bergidik ngeri melihatnya.

”Kenapa dia mengerikan sekali,” lirih Aruna.

***

Aksa duduk di kursinya kedua tangannya saling bertautan perasaan cemas sedang melanda hatinya mengingat perkataan Devi, mamanya yang akan menjodohkannya dengan gadis pilihannya. Aksa berulang kali menolak tapi entahlah sepertinya kali ini dia bisa kalah.

Aksa mencoba menenangkan dirinya dengan meminum secangkir teh yang ada di mejanya, hal yang sering dia lakukan ketika pikirannya sedang kacau. Namun begitu teh itu menempel di bibirnya rasa aneh di lidahnya membuatnya memuntahkan lagi air yang telah masuk tersebut.

”Astaga air apa ini kenapa rasanya aneh sekali,” pekik Aksa lalu memperhatikan cangkir tersebut.

Benar cangkir itu adalah miliknya tapi kenapa rasanya aneh, lalu siapa yang buatnya apa orang itu sengaja ingin mencelakainya. Dengan cepat Aksa memanggil Farrel dan meminta pria itu memanggil orang yang membuatkan teh untuknya.

Selang beberapa menit, Farrel datang bersama dengan seseorang di belakangnya.

”Kau ... jadi kau yang membuat minuman untukku, apa kau berniat meracuniku?” tuduh Aksa.

Aruna pun menatap ke arah Aksa dan hal ini membuat kedua pria yang ada di sana tersentak karena baru kali ini ada pegawai yang berani menatap atasannya tersebut.

”Anda menuduh saya?” ujar Aruna. ”Saya berusaha bekerja dengan baik di sini tolong jangan buat saya berhenti dari pekerjaan ini karena saya sangat membutuhkannya.”

Aksa mengacak rambutnya, ”Jika bukan kamu lalu siapa? Bukankah kamu yang membuatkan teh itu dan memberikannya padaku?”

”Ya, saya yang membuatnya tapi saya tidak meracuni Anda darimana buktinya saya mau meracuni Anda, huh!” Aruna lama-lama kesal dengan sikap atasannya itu, masa bodoh jika dia harus kembali dipecat di hari pertamanya dia bekerja.

Aksa menyodorkan teh yang sempat diminumnya beberapa menit yang lalu pada Aruna. Tanpa menolak Aruna menerimanya dan mencicipinya. Baru menempel di bibir saja, Aruna langsung menyemburkannya dan mengenai kemeja Aksa.

”Astaga apalagi ini,” seru Aksa kesal karena kelakuan pegawai barunya itu.

”Apakah kau benar-benar mau saya pecat!” teriak Aksa.

”Eh, ma-maaf saya benar-benar gak sengaja, teh ini rasanya memang aneh mungkin saya salah menuangkan gula dengan garam,” ucap Aruna menyesal kali ini dia pasrah jika memang harus dipecat sekalipun.

”Kau tidak akan mendapatkan gaji bulananmu jika sampai tiga kali melakukan kesalahan.”

Aruna menutup mulutnya dengan telapak tangannya terkejut tentu saja, jika sampai itu terjadi maka sia-sia dia kerja banting tulang siang malam karena dia sedang butuh dana untuk membantu ibu panti merenovasi gedungnya yang bocor.

”Maafkan saya Pak Aksa, saya janji tidak akan mengulanginya lagi.”

"Good, balik kerja sana!” titah Aksa menatap sinis pada Aruna. Aksa menggeleng pelan kenapa nasibnya buruk sejak tadi pagi apakah dia kurang bersedekah hari ini sehingga kesialan terus saja menghampirinya.

Ditariknya lengan kemeja kerjanya untuk melihat jam yang melingkar di lengannya. ”Astaga sudah jam sebelas pantas saja perutku sangat lapar.”

Aksa segera memerintahkan Farrel untuk memesankan makanan keluar namun rupanya pria itu tidak ada di tempatnya. Kesal, Aksa menuju ke pantry berniat untuk membuat teh Rosemary, dia butuh ketenangan karena berbagai tekanan yang tengah dia rasakan saat ini.

Aksa menarik nafas banyak-banyak seakan khawatir kekurangan pasokan oksigen, mengingat tuntutan dari mamanya membuat dadanya kembali sesak.

Aksa berbalik hendak kembali ke ruangannya namun dirinya justru menabrak seseorang membuat teh yang ada di tangannya tumpah mengguyur kemejanya.

”Aish, sial!” gerutu Aksa dengan cepat melihat siapa yang menabraknya.

”Kau ... ”

Terpopuler

Comments

Mas Sigit

Mas Sigit

wkwkwkkkkkk

2023-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!