2. Pekerja Paruh Waktu

Aruna bergeming dirinya takut bosnya akan marah padanya sudah ketiga kali ini dia melakukan kesalahan rasanya hidup ini seakan tidak berpihak padanya.

”Maaf bos, saya tidak sengaja,” ucap Aruna membersihkan kemeja kerja milik bosnya membuat Aksa mengeram kesal karena seakan tangan mungil Aruna sedang menggoda dadanya.

”Hentikan!” teriak Aksa membuat Aruna terkejut dan menghentikan gerakannya lalu tertunduk takut pada tatapan tajam milik Aksa.

”Dasar pegawai tak berguna!” serunya. ”Hari ini kau aku pecat!”

Aruna spontan langsung menatap ke arah Aksa mendengar hal yang tidak ingin dia dengar. ”Bu-bukankah saya sudah meminta maaf padamu kenapa kau memecat diriku, tolong saya butuh pekerjaan ini.”

Aksa tidak peduli dirinya langsung keluar dari pantry dan mengganti pakaian di ruangannya. ”Pegawai sialan!” desisnya.

Suara derap langkah menuju ke meja kerja Aksa.

”Maaf aku baru kembali dari kantor cabang ada yang harus diurus di sana,” ucap Farrel tanpa melihat raut wajah kesal bosnya tersebut meletakkan berkas di mejanya.

”Siapa yang merekrut pegawai sialan itu?”

Farrel bingung dengan pertanyaan Aksa. ”Siapa yang kau maksudkan?”

”Office girl yang membersihkan ruanganku pagi ini.”

Farrel tampak berpikir sejenak. ”Oh gadis itu, dia masuk kemarin pagi dan sudah melakukan training sehari hasilnya bagus jadi tim HRD menerimanya. Apa ada masalah?”

”Aku sudah memecatnya,” ucap Aksa santai.

”Apa?” Farrel terkejut tapi apalah dia yang hanya seorang bawahan.

”Sudahlah jangan terlalu didramatisir, kita masih bisa cari penggantinya kan?”

”Bukan begitu ... masalahnya kantor kita sudah sering membuka lowker di bagian itu dan tak pernah ada yang betah di sana. Mereka bertahan hanya tiga hari dan paling lama satu minggu.”

”Lalu aku tidak boleh memecatnya setelah beberapa kali dia membuat kekacauan di kantorku, yang benar saja. Aku bos di sini dan aku berhak melakukan apapun yang aku mau,” ucap Aksa tegas tak ingin ada bantahan.

”Terserah kau saja.”

”Tolong pesankan aku makan siang, perutku sudah sangat lapar!” keluh Aksa membuat Farrel mau tidak mau harus melayani sendiri keinginan bosnya.

Hari sudah mulai beranjak sore, Aksa memilih untuk pulang dan beristirahat di rumah. Mobil yang dia kendarai pun melaju dengan kecepatan lambat karena jalanan mulai ramai waktunya orang-orang  pulang kerja. Dirinya berniat membeli beberapa cake untuk mamanya Devi yang sedang sakit di rumah.

Mengingat wanita itu membuat Aksa kembali pusing, permintaannya untuk segera menikah belum juga dia penuhi karena memang belum ada wanita yang cocok untuknya. Hatinya belum bisa mencintai seseorang karena jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia mencintai gadis kecil yang telah menyelamatkan hidupnya di masa lalu.

Aksa ingin mencarinya tapi tanpa data yang kuat itu akan sulit untuknya karena kejadian itu sudah sangat lama. Aksa memarkirkan mobilnya di halaman coffe shop yang cukup ramai, rupanya di sana sedang grand opening dengan cepat Aksa pun menghampiri tempat itu.

Kedua matanya membelalak manakala melihat gadis yang ada di kantornya sedang melayani pembeli dengan tersenyum ramah pada pelanggan yang datang.

”Selamat sore Tuan, maaf stock-nya habis Anda bisa datang lagi besok siang jam dua,” ucapnya lalu mengangkat kepalanya dan mengurai senyum di wajahnya namun baru beberapa detik senyum itu pudar begitu melihat siapa yang ada di depannya itu.

”Kau ... ”

”Rupanya kau mahir berjualan juga,” ucap Aksa.

”Maaf stock sudah habis dan toko akan segera tutup.”

”Kenapa kau ada dimana-mana apa kau itu seorang hantu?” ejek Aksa.

Aruna malas membalas perkataan bosnya itu bukan lebih tepatnya ’mantan bos’ karena Aruna baru saja dipecat tadi siang.

”Apa kau pekerja paruh waktu? Jika iya kembalilah besok ke kantorku karena saya masih membutuhkanmu.” Setelah mengucapkan hal itu, Aksa segera pergi tanpa mau mendengar jawaban dari Aruna.

***

Aruna pulang ke panti dengan keadaan yang sangat lelah seharian ini dia berputar mencari pekerjaan baru untuk mengganti pekerjaan yang hilang karena kesalahan yang tidak dia sengaja.

Dia benar-benar ingin mendapatkan uang lebih untuk membantu renovasi panti dan juga masa depannya. Meskipun dia bisa mencari bantuan pada donatur yang ada rasanya enggan buatnya untuk tetap bergantung pada mereka semua, menjadi pengemis bukanlah prinsip hidupnya selama dia mampu Aruna akan berjuang keras untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Sesosok wanita paruh baya menghampirinya dan duduk di sampingnya. ”Kau nampak lelah sekali Aruna, apa kau makan dengan baik di luar?”

”Tentu saja Bu, ibu tak perlu khawatir dengan keadaan Aruna.”

”Bagaimana pekerjaanmu di tempat yang baru?”

”Menyenangkan seperti biasanya dan Aruna bahagia karena sebentar lagi Aruna bisa membantu merenovasi panti ini,” ucap Aruna meskipun sebenarnya dia meringis melihat nasibnya tapi dia menutupinya karena tak ingin ibu panti kasihan padanya.

”Istirahatlah besok kau harus kenali bekerja bukan? Ibu ke kamar dulu mengecek adik-adikmu,” pamit ibu panti.

Aruna hanya mengangguk singkat dan segera mengambil handuk untuk mandi dan segera berisitirahat.

Di kantor Aksa pagi ini, dia sudah memarahi pegawainya karena ruangannya masih belum dibersihkan dan tidak ada teh hangat di mejanya hal itu membuatnya kesal dan memarahi semua pegawainya.

”Apa tugas kalian kenapa membersihkan ruangan ini saja kalian tidak mampu!” bentak Aksa.

Bukan masalah tidak mampu bagi pegawai yang telah ditraining dengan baik, yang menjadi masalah ialah mereka takut jika apa yang dilakukan tidak sesuai dengan keinginan bosnya.

”Kemana gadis yang kemarin membersihkan ruangan saya?” tanya Aksa memperhatikan satu per satu wajah karyawannya namun tidak didapati pegawai tersebut.

”Panggil Farrel ke sini!” Seseorang pun segera memanggil Farrel sesuai perintahnya.

Selang beberapa menit Farrel datang, ”Ada apa?” tanyanya tanpa rasa bersalah.

”Ada apa katamu, semalam aku memintamu memanggil kembali gadis itu kenapa hari ini dia tidak masuk?”

Farrel yang faham pun langsung bicara, ”Gadis itu tidak dapat dihubungi.”

”Datangi alamatnya,” titah Aksa.

Farrel memiringkan kepalanya, ”Kita datang dan sekalian beri mereka bantuan bagaimana?”

”Apa maksudmu?” tanya Aksa heran dengan perkataan Farrel.

”Dia itu tinggal di panti asuhan, jika kita datang ke sana dengan tangan kosong rasanya sangat memalukan mengingat perusahaan kita adalah perusahaan besar,” ujar Farrel.

Aksa menarik nafasnya perlahan, ”Jadi dia anak panti asuhan.”

Farrel mengangguk.

”Kemarin aku melihatnya berada di coffe shop di jalan Mawardi menjadi seorang pelayan di cafe itu.”

”Pekerjaannya memang paruh waktu lalu kau mau apa?”

Seringai licik tercetak jelas di wajah Aksa, dia yakin Aruna gadis itu bisa membantunya menyelesaikan permintaan mamanya.

”Cari dia segera dan bawa dia ke sini.”

”Bagaimana jika dia menolak?”

”Paksa dia bodoh!” Aksa mengeram kesal pada Farrel karena tidak biasanya sahabatnya itu bersikap bodoh di depannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!