5. Iri Hati

Pagi ini Aruna bersiap ke tempat kerjanya sepeeti biasanya dia memakai seragamnya dan merapikan dirinya di depan kaca.

”Aruna kau tampak cantik sekali hari ini,” puji Dona yang tengah memperhatikan anak asuhnya itu.

”Itu sangat berlebihan sekali, Bu,” balas Aruna.

”Tapi memang benar yang ibu lihat kau lebih cantik. Apa kau akan lembur lagi hari ini?"

”Tidak, aku akan pulang lebih cepat hari ini.”

”Mm, boleh ibu minta tolong,” ucap Dona perlahan.

”Apa itu?”

”Sampaikan rasa terima kasih ibu pada bosmu, pemilik perusahaan tempatmu bekerja yang sudah memberikan donasi untuk panti.”

”Ibu tidak perlu khawatir soal itu nanti Aruna pasti bakal bicara padanya.”

”Terima kasih Nak, ibu sangat bersyukur karena kau bisa membantu mengatasi kesulitan yang sedang dialami oleh panti.”

”Aruna berangkat dulu ya Bu, jika ibu membutuhkan sesuatu hubungi Aruna.”

Dona hanya mengangguk singkat. ”Hati-hati.”

Aruna pun melangkah pergi ke kantor dengan sepeda motornya. Begitu sampai dia sudah ditunggu Farrel di lobi.

”Kau baru datang?” tanya Farrel.

”Benar, maaf apa saya terlambat?” balas Aruna.

”Tidak juga, kau sudah ditunggu di ruangannya.”

Aruna mengerutkan keningnya, ”Siapa?”

”Siapa lagi kalau bukan bosmu yang menyebalkan itu. Ikut denganku!” Farrel berjalan lebih dulu karena dia harus membawa berkas yang ada di lobi untuk diserahkan pada Aksa.

”Tunggu kau berjalan begitu cepat!” keluh Aruna.

”Dia sudah menunggumu sejak tadi, aku sendiri sedang banyak pekerjaan. Maaf jika hal ini membuatmu tidak nyaman,” ucap Farrel. ”Kamu langsung saja ke ruangannya aku masih ada urusan,” tambahnya.

Aruna melangkah ragu masuk ke ruangan Aksa dan melihat pria itu tengah sibuk dengan berkasnya.

”Kau datang terlambat lagi?” ucapnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Aruna.

”Maaf tapi sepertinya Anda yang datang lebih cepat dari biasanya.” Aruna menatap jam tangannya untuk memastikan jika dia tidak datang terlambat.

”Saya sedang banyak pekerjaan makanya datang lebih cepat. Tolong buatkan saya minuman seperti biasanya, segera!” titah Aksa.

”Baiklah.” Aruna menghembuskan nafasnya perlahan dan berbalik melangkah keluar menuju pantry.

Rupanya Sisil teman satu profesinya tengah duduk menunggunya. ”Kamu anak baru itu kan? Bisa bantuin saya bersihkan lorong kantor dekat gudang?”

”Duh maaf banget ya, Sil. Gak bisa, karena aku harus membuatkan minuman untuk pak bos.”

”Biar aku saja yang buatkan dan mengantarkan ke ruangannya, ya!” Sisil memaksa Aruna karena dia merasa belakangan hari ini gadis itu seakan mendapatkan perhatian lebih dari bosnya hal itu membuatnya curiga dan cemburu karena dirinya juga suka pada Aksa.

”Terserah kau saja, jadi aku harus bereskan lorong gudang sekarang?”

”Iya.”

Dengan langkah malas Aruna mengambil beberapa keperluan alat-alat pel bersiap untuk memulai pekerjaannya sedangkan Sisil dengan penuh percaya diri membuatkan teh untuk Aksa dan mengantarkannya ke ruangannya.

Aruna tengah sibuk mengepel dan merapikan barang yang ada di gudang saat Farrel mencarinya.

”Apa yang kau lakukan?” tanya Farrel begitu menemukan Aruna tengah merapikan barang-barang yang berantakan.

”Eh Pak Farrel saya sedang membereskan semua ini. Ada apa?” balas Aruna.

”Siapa yang menyuruhmu?” tanya Farrel dia tidak habis pikir kenapa Aruna melakukan pekerjaan ini sedangkan tugasnya hanya melayani bos besar Aksa.

”Mm, begini sebenarnya temanku yang memintaku untuk menggantikannya karena dia tidak enak badan,” jelas Aruna.

”Astaga kamu polos sekali, kamu tahu dengan apa yang kamu lakukan sekarang ini, bos sedang memarahi temanmu itu.”

”Apa?”

***

”Siapa yang menyuruhmu membuat teh ini?” Aksa menatap tajam pada Sisil pegawainya yang lama.

”Tidak ada Pak Aksa, saya hanya menggantikan Aruna membawakannya ke sini.”

"Lalu kemana gadis itu? Apa dia yang memintamu mengantarkannya ke sini?” teriak Aksa membuat Sisil bergetar hebat.

”Tidak, saya sendiri yang berinisiatif untuk menggantikannya dan sekarang dia sedang membersihkan lorong gudang.”

”Jadi maksudmu kau tukar pekerjaan dengannya, begitu maksudnya?”

”Be-benar Pak Aksa, saya yang memintanya untuk menggantikannya karena saya sedang tidak enak badan jadi ... ”

”Kenapa tidak ijin saja untuk libur daripada memaksakan diri masuk dan merepotkan orang lain.”

”Maaf Pak,” lirih Sisil.

”Kau pikir semua akan selesai hanya dengan kata maaf?”

Aruna masuk ke ruangan tersebut dan membuat keduanya mengalihkan pandangannya ada Aruna dan Farrel.

”Duduk!” titah Aksa pada Aruna.

”Kau bisa keluar sekarang, ingat jika sampai hal ini terjadi lagi maka saya tidak akan segan-segan untuk memecat siapapun.”

”Ba-baik Pak Aksa, saya minta maaf.”

Sisil segera keluar setelah sebelumnya melirik ke arah Aruna dengan tatapan penuh kebencian membuat Aruna merasa bersalah.

”Awas saja kau Aruna, aku pasti akan membalasnya!” gumam Sisil dalam hati seraya melangkah pergi.

”Kenapa kamu mengiyakan permintaannya mau membersihkan lorong gudang?” tanya Aksa menatap tajam ke arah gadis yang sedang tertunduk di depannya.

”Kamu sudah aku bayar mahal dan hanya dalam sehari saja kau melupakan pekerjaanmu ... Farrel hukuman apa yang pantas buatnya?”

”Aku tidak tahu kalian yang membuat perjanjian kontrak kerja tersebut jadi jangan melibatkan ku dalam masalah ini, aku keluar dulu selesaikanlah masalah dengan baik.”

Dengan cepat Farrel keluar dia tidak mau dilibatkan dalam masalah mereka berdua.

”Apa kamu puas sudah bermain-main pagi ini?” sindir Aksa. Aruna hanya menunduk tidak berani menatap ke arah Aksa.

”Bukankah dalam kontrak kamu hanya melayaniku saja selama di kantor kenapa kamu malah membereskan lorong gudang!” ucap Aksa penuh kekesalan.

”Sekarang buatkan saya teh!” titah Aksa. Aruna hanya diam dan langsung ke pantry membuatkan teh pesanan Aksa.

Aksa menghempaskan tubuhnya, memijat pelipisnya pelan pusing! Aksa sedang memiliki banyak pekerjaan tapi pegawainya justru menambah masalah buatnya.

Farrel datang terburu-buru ke ruangannya. ”Apa kau tidak mengangkat telepon dari mamamu?”

Aksa menatap ke arah Farrel belum memahami perkataan asistennya.

”Mamamu meneleponku, dia mencoba menghubungimu tapi tidak bisa. Kenapa kau berangkat pagi sekali ke kantor, apa kau sudah sarapan? Itu yang beliau tanyakan padaku.”

”Astaga wanita itu, pasti ujungnya dia memintamu untuk segera menikah!” keluh Aksa.

Farrel menatap iba pada Aksa sudah lebih dari tiga tahun dia tidak pernah terlibat asmara dengan wanita manapun, itu pasti ada alasannya dan farrel sama sekali tidak mengetahuinya.

”Cobalah membuka hati jangan hanya menanti sesuatu yang tidak pasti!”

”Apa maksudmu?”

”Kau bisa kan belajar mencintai orang lain, siapa tahu dengan kau memulai semua ini akan menjadi awal yang indah bersama dengannya,” ucap Farrel tersenyum mengejek pada Aksa.

”Siapa yang kamu maksudkan itu?"

”Siapa lagi kalau bukan Aruna gadis kecil itu, kamu cocok dengannya dan menurutku hanya dia yang berani melawan dirimu!”

”Apa Aruna gadis itu, yang benar saja. Aku bahkan sama sekali tidak menyukainya.”

”Belum, aku yakin kau pasti akan menyukainya suatu hari nanti."

”Aku tidak menyukai gadis itu, Aruna hanya kekasih kontrak titik!"

Aruna mematung di tempatnya begitu mendengar pengakuan Aksa.

Terpopuler

Comments

Mas Sigit

Mas Sigit

ga di dunia nyata ga di dunia halu psti ada aja org yg syirik dn iri pd org lain ya

2023-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!